Bagi bangsa Indonesia sendiri, yang saat itu dijajah Belanda , kemenangan Jepang atas Rusia mendorong semangat pergerakan nasional Indonesia, memberikan keyakinan kepada tokoh-tokoh nasionalis Indonesia bahwa mereka bisa seperti Jepang, yang berasal dari Asia. Bahwa bangsa Indonesia bisa mengalahkan bangsa Eropa, yaitu Belanda. Bangkitnya semangat nasionalisme di Indonesia dapat dilihat dari lahirnya organisasi-organisasi pergerakan nasional, seperti Budi Utomo pada 1908
Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di awal abad ke-20 dan belajar dari perjuangan dan pemikiran tokoh-tokoh besar berbagai negara, Bung Karno bukan hanya mengagumi tokoh-tokoh tersebut, tetapi juga belajar bahwa gerakan kemerdekaan Indonesia harus menjadi satu bagian dari gerakan emansipasi dari seluruh dunia jajahan.
Bukan hanya melihat gerakan kemerdekaan sebagai satun bagian dari gerakan emansipasi, seperti disebutkan dalam pidatonya di hadapan sidang Badan Penyelidik usaha Persiapan Kemerdekaan 1 Juni 1945, Bung Karno melihat bahwa kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, namun jembatan emas, bahwa di seberangnya jembatan itulah disempurnakan masyarakatnya.
Oleh karena itu, Bung Karno melihat bahwa dalam hal berdirinya negara Indonesia adalah negara yang semua untuk semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun yang kaya, tetapi semua buat semua. Oleh karena itu pula Bung Karno melihat bahwa prinsip pertama yang baik untuk menjadi dasar Indonesia merdeka adalah kebangsaan. Prinsip lainnya adalah kemanusiaan atau internasionalisme, kerakyatan, kesejahteraan sosial dan Indonesia merdeka berdasar ketuhanan yang maha esa. Prinsip-prinsip yang kemudian dikenal sebagai Pancasila.
Kini, setelah 79 tahun lahirnya Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan RI dan 54 tahun wafatnya Bung Karno pada 21 Juni 1970, Â penyempurnaan masyarakat di seberang jembatan emas seperti yang dicita-citakan Bung Karno masih terus berlangsung. Tentu saja jalan panjang masih membentang dan perlu kerja keras dan gotong royong untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dan lazimnya manusia yang selalu ingin dikaruniai umur panjang dan kesehatan, Bung Karno pun ingin berumur panjang, hidup seribu tahun lagi. Seperti dituliskan Bung Karno dalam pidato 17 Agustus 1965, "Salah seorang penyair kita menyatakan ingin hidup seribu tahun lagi. Aku pun ingin hidup seribu tahun lagi. Tetapi hal ini tentu tidak mungkin. Tidak ada satu manusia pun yang mencapai umur seribu tahun. Tetapi aku mendoa, ya Allah ya Rabbi, moga-moga gagasan-gagasan dan ajaran-ajaranku itu akan hidup seribu tahun lagi!"
Doa Bung Karno terkabul. Sejauh Bangsa dan Negara Indonesia tetap berdiri maka sepanjang itu pula Bung Karno tetap hidup, bahkan bisa melampauinya. Untuk segala pengabdiannya bagi bangsa Indonesia dan kemanusiaan, semoga Allah SWT menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H