Bila kita melintasi Jalan Jenderal Sudirman Pemalang Kota, pada malam hari, maka kita akan menjumpai deretan gerobak panjang penjual jajanan lokal yang menjual tahu Tegal atau tahu aci, kue putu dan kelepon.
Dari sekian jajanan tersebut, salah satu yang menarik perhatian saya adalah tahu tegal atau tahu aci.
Mengapa menarik? Karena meskipun di gerobak ditulis besar-besar 'Tahu Tegal', namun di dalam gerobak tidak tampak satu pun Tahu Tegal yang dimaksud.
Lho penipuan dong?
Sabar, jangan sedikit-sedikit bilang penipuan. Dengar dulu ceritanya.
Sebagaimana diketahui, tahu Tegal adalah jajanan gorengan yang berasal dari Kota Tegal. Jajanan ini populer sabagai santapan teman minum kopi atau teh, bahkan bisa menjadi lauk saat makan.
Tidak diketahui persis sejak kapan jajanan ini dikenalkan. Namun sejak tahun 1950-an jajanan ini sudah popular di kalangan masyarakat Tegal dengan sebutan tahu Jengger. Dinamakan demikian karena aci yang terdapat di bagian tengah tahu menyerupai jengger ayam.
Seiring perjalanan waktu, penyebutan tahu jengger berganti menjadi tahu aci. Mungkin karena lebih mudah penyebutannya.
Selain popular di kota Tegal, sekarang tahu Tegal juga disukai oleh masyarakat di kota-kota seperti Brebes, Slawi, Pemalang dan Pekalongan.
Namun, seiring kenaikan harga bahan baku, tahu Tegal atau tahu Jengger mengalami evolusi perubahan bentuk, tidak lagi berbentuk segi tiga dengan aci di tengahnya, namun kecil-kecil.
Karena ukurannya kecil, pedagang di Pemalang Kota memberikan nama tahunya sebagai tahu upil.