Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo Belajar Hingga ke Negeri China Soal Makan Siang Gratis

4 April 2024   16:13 Diperbarui: 4 April 2024   16:14 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dituliskan oleh Kompas bahwa untuk program makanan sekolah selama 10 tahun terakhir, Pemerintah China telah menghabiskan 147,2 miliar yuan atau Rp 324,321 triliun. Sementara mengutip berita dari Nikkei Asia, program ini dilakukan di 1.762 kota di 29 provinsi dan mencakup 40 juta siswa pedesaan pada Mei 2020.

Hasilnya, seperti dikemukakan Wakil ketua China Development Research Foundation, Lu Mai, program ini telah meningkatkan kondisi fisik anak-anak pedesaan secara signifikan.

Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, rata-rata tinggi badan siswi meningkat 1,69 sentimeter antara tahun 2012 hingga 2019 di wilayah yang termasuk dalam program makanan sekolah yang didukung negara. Sementara, rata-rata tinggi badan anak laki-laki juga bertambah sebanyak 1,54 sentimeter pada rentang waktu yang sama

Namun demikian, program makan siang gratis tersebut ternyata tidak menyentuh anak yang terlanjut stunting. Menurut kajian yang dilakukan peneliti China Economic Review, makan siang gratis mempunyai dampak yang kecil atau tidak ada sama sekali pada siswa yang paling terpinggirkan dan kemungkinan besar mengalami stunting. Tak hanya itu, jurnal tersebut juga mengungkapkan, program makan siang gratis tidak memiliki dampak yang berarti pada penurunan angka stunting

Hal lain yang mengemuka adalah program makan siang gratis di China sangat tergantung pada perekonomian negara dan perubahan selera masyarakat.

Data memperlihatkan bahwa meskipun terdapat kenaikan rata-rata subsidi untuk program makan siang gratis dari 3 yuan per anak setiap kali makan menjadi 4 yuan hingga tahun 2021, namun kenaikan subsidi tersebut belum dapat mengejar harga makanan pokok yang naik beberapa kali lipat. Hal ini tentu saja menambah tekanan keuangan pada pemerintah daerah dan sekolah.

Belum lagi kualitas program makan siang dan penerapannya juga berbeda-beda di setiap daerah. Menghadapi hal ini, pejabat daerah di China dituntut untuk tetap adaptif ketika menjalankan program ini.

Belajar dari pengelolaan program makan siang gratis di China dan melihat langsung prakteknya di salah satu sekolah di Beijing, Menhan Prabowo Subianto yang oleh KPU telah diumumkan sebagai pemenang pilpres dan akan menjadi Presiden RI berikutnya, kiranya dapat kembali melakukan perhitungan dengan seksama terkait makan siang gratis, baik dari sisi teknis pelaksanaannya di sekolah hingga subsidi ekonomi yang akan diberikan. Jangan sampai program makan siang gratis tidak tepat sasaran atau terhenti di tengah jalan.

Selain itu, Prabowo kiranya juga mesti sungguh-sungguh memasukkan anak-anak stunting dan Keluarga Risiko Stunting (KRS) dalam program makan siang gratis. Salah satu tujuannya adalah untuk mempercepat penurunan angka stunting di titik hulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun