Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menjawab Keraguan Kurikulum Merdeka

25 Maret 2024   13:38 Diperbarui: 26 Maret 2024   19:55 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polemik jadi tidaknya penerapan Kurikulum Merdeka kembali mencuat seiring masih belum diberlakukannya kurikulum tersebut hingga saat ini. Padahal sudah sejak beberapa waktu lalu digaungkan bahwa dalam waktu dekat berlaku Kurikulum Merdeka menggantikan Kurikulum 13.

 "Kurikulum Merdeka tetap akan diluncurkan dalam waktu dekat untuk menggantikan kurikulum yang berlaku saat ini. Jadi tidak benar bila Kurikulum Merdeka tidak jadi dilaksanakan dan diganti kurikulum nasional," jelas Sapto Aji, Pejabat Fungsional pada Pusat Kurikulum, Kemendikbudristek.

Penjelasan tersebut disampaikan pada kegiatan Diklat Pembinaan Ideologi Pancasila berbasis Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila bagi guru SD, SMP SMA/SMK dan sekolah khusus di Jakarta, 25 Maret 2024.  

Sapto kemudian menjelaskan mengenai penerapan kurikulum di Indonesia sejak 1947 s.d sekarang. Menurutnya, sejak dimulainya rencana pelajaran (nama awal dari kurikulum) pada 1947 hingga tahun 2024 ini (Kurikulum 13) sudah terjadi penggantian/penyesuaian kurikulum sebanyak 12 kali. Sehingga apabila Kurikulum Merdeka diberlakukan, maka itu adalah kurikulum ke-13.

Ditambahkan oleh Sapto bahwa setiap perubahan kurikulum, tentu saja terjadi penyesuaian dan perubahan terhadap muatan kurikulum.

Dalam Kurikulum Merdeka, materi atau konten pelajaran yang tidak lagi padat. Sehingga guru dan siswa dapat mengelaborasi pembelajaran secara elastis atau fleksibel, baik secara struktur maupun implementasi.

Dalam Kurikulum Merdeka, guru diberikan kebebasan mengatur waktu pelajaran asalkan memenuhi target per tahun, bukan lagi per pekan.

"Jadi guru memiliki kebebasan memilih membuat rencana program pembelajaran ataupun modul ajar, sepanjang sejalan dengan capaian pembelajaran, arah tujuan pembelajaran dan tujuan pembelajaran," ujar Sapto. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun