Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

BPIP Bekali Calon Putri Indonesia dengan Nilai-Nilai Pancasila

6 Maret 2024   07:01 Diperbarui: 6 Maret 2024   08:02 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: IG BPIP

"Malam grand final pemilihan Putri Indonesia tahun 2020 yang berlangsung tanggal 6 Maret 2020 di Jakarta Convention Center sepertinya menjadi salah satu malam yang ingin dilupakan oleh salah seorang finalis yaitu Louis Calista Wilson Iskandar asal Sumatera Barat. Berhasil masuk ke babak 6 besar tinggal sedikit lagi Calista bisa meraih impian menjadi putri Indonesia 2020," begitu bunyi paragraf pertama dari tulisan "Pancasila yang Tertukar" yang terdapat di dalam buku "Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana" yang baru penulis terbitkan pada Januari 2024.

Tulisan yang awalnya ditulis di blog ini menceritakan peristiwa malam final pemilihan Putri Indonesia dimana terdapat seorang finalis yaitu Calista yang gagap ketika diminta oleh seorang anggota dewan juri untuk menyebutkan sila-sila Pancasila. Calista tidak sempurna menyebutkan bunyi sila ke empat sehingga menjadi bulan-bulanan netizen.

Akibat kegagalan Calista menyebutkan sila ke empat, netizen bukan hanya merundungnya tetapi juga  ramai-ramai mempermasalahkan kompetensi Pemda Sumatera Barat  (daerah asal Calista) dan Panitia Pemilihan Putri Indonesia dalam membina wawasan Pancasila bagi para calon putri Indonesia.

Menariknya, bukan hanya kedua institusi itu yang dipermasalahkan oleh netizen, tetapi juga Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Menurut netizen, sebagai sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan Perpres no. 7 tahun 2018 tentang BPIP, Badan ini seharusnya bisa membina wawasan Pancasila seluruh masyarakat, termasuk para calon putri Indonesia. BPIP harusnya masuk memberikan pembekalan sejak awal. Padahal BPIP sejak awal tidak pernah terlibat atau dilibatkan dalam proses pemilihan Putri Indonesia.

Sebetulnya, apa yang disampaikan netizen sebagian ada benarnya. Idealnya BPIP memang mesti hadir memberikan penguatan tentang Pancasila dalam berbagai program dan kegiatan kementerian/lembaga, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan komponen masyarakat lainnya.

Namun harus dipahami bahwa sebagai suatu Badan baru yang dibentuk pada tahun 2018, BPIP tidak bisa langsung berlari melakukan pembumian dan penguatan Pancasila ke seluruh komponen masyarakat Indonesia.

Yang dapat dilakukan BPIP adalah secara bertahap menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan pembumian dan penguatan ideologi Pancasila.

Langkah yang telah dilakukan antara lain melakukan internalisasi atau pelembagaan Pancasila yang tercermin dari berbagai  upaya mendorong agar setiap kementerian dan lembaga pemerintah menyusun dan melaksanakan program dan kegiatan yang ada rasa Pancasila.

Selanjutnya BPIP juga melakukan penyelarasan hukum yang tidak sesuai dengan Pancasila dan menyiapkan materi pembinaan ideologi Pancasila bagi aparatur negara dan seluruh komponen masyarakat lainnya.

Dalam kerangka berpikir semacam ini, dapat dipahami apabila baru mulai satu atau dua tahun ini BPIP bisa turut serta dalam penguatan ideologi Pancasila dalam proses pemilihan Putri Indonesia, seperti yang belum lama ini dilakukan oleh Wakil Kepala BPIP Dr. Rima Agristina di Jakarta pada Jumat, 1 Maret 2024.

Dalam kesempatan tersebut Wakil Kepala BPIP menekankan pentingnya rasa nasionalisme yang berpedoman pada nilai-nilai Pancasila.  Ditekankan pula pentingnya untuk dapat memahami dan memiliki karakter Pancasila serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 

Menurut penulis, bagian akhir dari pesan Wakil.Kepala BPIP ini patut digarisbawahi karena penerapan nilai-nilai Pancasila bukan sekedar hapalan atau pengetahuan, tetapi juga soal keyakinan dan keteladanan. 

Sebagai pemudi dan calon-calon tokoh wanita Indonesia di masa depan, para finalis Putri Indonesia harus dapat meyakini keberadaan Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Mereka juga harus menjadi teladan dalam penerapan Pancasila di dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari lingkungan terdekat.

Nilai-nilai Pancasila yang berupa ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan, merupakan dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus dapat ditunjukkan dalam tindakan. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun