Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila di "Agak Laen"

19 Februari 2024   06:00 Diperbarui: 21 Februari 2024   19:01 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dari kiri ke kanan, Boris Bokir, Oki Rengga, Benedion, Indra Jegel dalam film Agak Laen (2024). Sumber: IMAJINARI

Di tengah keriuhan tayangan hitung cepat (quick count) suara Pemilu 2024, rumah produksi film Imajinari mengabarkan bahwa film "Agak Laen" yang diproduksinya meraih angka penonton lebih dari 5 juta pada Jumat (16/2) pukul 12.00 WIB.

"Sampai pukul 12.00 WIB, 5.000.000++ penonton udah cukup belum kasih Naomi dan Bene nikah di istana?" tulis rumah Produksi Imajinari di akun Instagramnya  

Lewat capaian angka tersebut, film yang diproduseri Ernest Prakasa dan Dipa Andika dengan penulis cerita dan sutradara Muhadkly Acho diperkirakan bisa menempati posisi ke-6 dalam daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Agak Laen bisa melewati jumlah penonton Dilan 1991 yang diputar pada tahun 2019 (5,25 juta), Sewu Dino (film tahun 2024 dengan penonton 4,9 juta), Laskar Pelangi (2008 dengan penonton 4,7 juta), dan Habibie & Ainun (2012 dengan penonton 4,6 juta). Keempat film ini sebelumnya menduduki peringkat 6 s.d 9 daftar film Indonesia terlaris sepanjang masa.

Pencapaian Agak Laen ke posisi ke-6 bisa terjadi karena sejak diputar pertama kali di gedung bioskop kali pada 1 Februari 2024, hingga kini masih diminati penonton. Di Theater XXI Summarecon Bekasi saja misalnya, pada Sabtu siang (17/2/2024) Agak Laen masih diputar serentak di empat theater.

Menggunakan judul yang sama dengan nama siniar (podcast) yang digawangi empat komedian jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) Kompas: Boris Bokir, Bene Dion, Indra Jeggel dan Okky Rengga, Agak Laen menghadirkan film bergenre komedi horor.

Film ini bercerita tentang empat sekawan, yakni Jegel, Boris, Bene, dan Oki yang mengelola wahana rumah hantu di Pasar Malam Rawa Senggol. Saat dikelola Jegel, Boris dan Bene, wahana rumah hantu tersebut selalu sepi pengunjung sehingga tidak heran bila ketiganya sampai menunggak sewa rumah yang dijadikan sebagai wahana rumah hatu tersebut. Ketiganya diancam untuk pindah oleh pengelola Pasar Malam yang bernama Jongki (diperankan Arie Keriting), apabila tidak segera melunasinya. Bukan hanya menunggak pembayaran sewa rumah hantu, ketiganya juga dihadapkan pada masalah keuangan pribadi yang tidak ringan.

Jegel selalu dikejar-kejar preman penagih hutang alias debt collector karena tidak mampu membayar hutangnya. Boris tidak punya uang untuk menyogok oknum tentara yang diharapkan dapat mewujudkan cita-citanya menjadi tentara. Adapun Bene sedang pusing menghadapi persyaratan nikah yang diminta calon bapak mertuanya.

Di tengah kesulitan tersebut, datanglah Oki yang baru keluar dari penjara. Oki yang merupakan sahabat Jegel, Boris dan Bene, pada awalnya datang untuk meminta bantuan pekerjaan karena sekeluarnya dari penjara, ia sulit mendapatkan pekerjaan. Pada saat yang sama, ia harus menanggung biaya pengobatan ibunya yang sedang sakit.

Alih-alih mendapatkan pekerjaan, Oki justru dihadapkan pada keluhan yang dihadapi ketiga sahabatnya. Oki kemudian menyampaikan usulan untuk merenovasi rumah hantu menjadi menasik dengan biaya yang didapat dari menggadaikan sertifikat tanah ibunya secara diam-diam.  

Ketiganya setuju atas usulan Oki untuk merenovasi rumah dengan dana yang didapat dari menggandaikan sertifikat tanah. Setelah direnovasi, wahana rumah hantu tersebut mulai ramai kembali. Namun belum lagi menghasilkan pemasukan yang cukup, seorang pengunjung yang ternyata seorang politikus justru meninggal di dalam wahana.

Sumber gambar: Aris Heru Utomo
Sumber gambar: Aris Heru Utomo

Walhasil, Jegel, Boris, Oki, dan Bene harus mencari cara agar kematian sang politikus tak merusak sumber keuangan mereka. Disinilah kelucuan-kelucuan lahir.

Dimainkan oleh sebagian besar komedian alumni SUCI, termasuk para pemeran pembantu dan cameo,  Agak Laen berhasil menghadirkan ledakan tawa sepanjang film yang juga bisa menjadi pereda stres di tengah suasana memanas politik 2024.

Selain cerita komedi, Agak Laen juga menampilkan drama keluarga yang tampak antara lain dari adegan Oki merawat ibunya yang sedang sakit dan pertengkaran antara Bene dan Oki.

Terdapat pula sekilas masalah percintaan antara Bene dengan pacarnya.  Keinginan Bene menikahi pacarnya yang bernama Naomi (diperankan oleh Anggito Marito) terhalang permintaan calon bapak mertuanya agara acara pernikahan putrinya dihadiri seribu orang dan menghadirkan hiburan musik live. Sedangkan Bene tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi permintaan tersebut.

Terlepas dari jenis film yang bergenre komedi horor, penulis melihat bahwa Agak Laen memuat pesan yang menyentuh tentang aktualisasi nilai-nilai Pancasila secara nyata seperti kerjasama atau gotong royong, persahabatan dan keberagaman.

Di tengah keterbatasan ekonomi, keempatnya bergotong royong melakukan perbaikan pengelolaan dan inovasi terhadap wahana rumah hantu agar kembali ramai dikunjungi. Di Agak Laen, pesan gotong royong bukan hanya digambarkan di film, tetapi tetapi diperlihatkan secara nyata dari keterlibatan banyak sekali komika, mulai dari produser, sutradara hingga pemain.

Meski sekilas, sejumlah komika hadir di Agak Laen. Mereka adalah Mamat Alkatiri sebagai Beben, Sadana Agung Sulistya sebagai Obet, Arief Didu sebagai Basuki Munandar, Praz Teguh sebagai Bedul, Soleh Solihun sebagai oknum tentara, Ernest Prakasa sebagai ahli bahasa isyarat, Aci Resti, Ardit Erwandha, Denny Gitong, Dicky Mangoy, Kristo Immanuel, dan Nopek Novian sebagai pengunjung rumah hantu, Rais Marasabessy sebagai preman, Ge Pamungkas sebagai pelempar bola dan Yono Bakrie sebagai pria berwajah unik.

Selain pesan gotong royong, pesan lainnya adalah mengenai persahabatan dari keempat Pengelola wahana rumah hantu. Keempatnya bahu membahu daam menyelesaikan masalah yang dihadapi, misalnya mendukung Oki agar terus memberikan pengobatan ibunya yang sedang sakit atau menyemangati Bene agar dapat memenuhi permintaan calon bapak mertuanya.

Pesan berikutnya adalah mengenai keberagaman yang diselipkan dengan apik dalam Agak Laen. Lihat saja komposisi pengelola wahana Agak Laen. Meski  mereka berasal dari etnis dan agama yang berbeda, namun ke empatnya tetap dapat bekerja sama dengan baik tanpa kendala isu identitas.

"Nah kalau begitu kita panggil orang pintar saja, saya punya kenalan seorang pendeta yang bisa mengusir hantu," ujar Bene yang Kristen ketika membahas cara mengusir hantu yang ada di wahana rumah hantu.

"Apa kau bilang?, Apa cuma pendeta yang kau anggap orang pintar," sela Jegel dan Oki yang Muslim bersamaan.

"Aku juga punya kenalan ustad yang pintar mengusir hantu tambah Jegel.

"Jangan pakai politik identias," tambah Oki.

"Bukan itu maksudku," jawab Bene dengan kebingungan. Bene pun Kemudian menjelaskan maksudnya dan akhirnya dapat diterima Jegel dan Oki.

Di atas adalah cuplikan dialog mengenai keberagaman di Agak Laen. Boris, Bene, Jegel dan Oki yang paham tentang keberagaman, tidak mengeksploitasi perbedaan sebagai sumber konflik.

Menjelang akhir cerita, sekeluarnya dari penjara karena dihukum bersalah menguburkan mayat seorang pengunjung yang meninggal di wahana rumah hantu tanpa melapor kepada yang berwajib, keempat pengelola wahana rumah hantu tersebut menatap masa depan yang lebih baik. Adegan terakhir ini dilakukan di pemakaman ibunda Oki yang wafat karena sakit. Masih di pemakaman, Naomi yang gagal dinikahi Bene karena keburu masuk penjara, tiba-tiba muncul.

"Dek, akhirnya kamu datang," tanya Bene ke Naomi. Bene kaget karena mengira Naomi sudah menikah sehingga tidak menemuinya.

"Iya lah Bang, dua tahun aku menunggu abang," jawab Naomi

"Tapi bukannya Adek sudah menikah dan punya anak," ujar Bene

"Aku belum menikah Bang, menunggu Abang," jawab Naomi

"Tapi kenapa adek tidak datang waktu abang pertama kaliu keluar dari penjara?," tanya Bene

"Aku sebenarnya ingin datang bang, tapi cucian banyak. Jadi aku selesaikan cucianku dulu dan menjemurnya," ujar Naomi dengan kalem

Ha ha ha akhir yang tetap lucu, namanya juga film komedi. (AHU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun