"Nah kalau begitu kita panggil orang pintar saja, saya punya kenalan seorang pendeta yang bisa mengusir hantu," ujar Bene yang Kristen ketika membahas cara mengusir hantu yang ada di wahana rumah hantu.
"Apa kau bilang?, Apa cuma pendeta yang kau anggap orang pintar," sela Jegel dan Oki yang Muslim bersamaan.
"Aku juga punya kenalan ustad yang pintar mengusir hantu tambah Jegel.
"Jangan pakai politik identias," tambah Oki.
"Bukan itu maksudku," jawab Bene dengan kebingungan. Bene pun Kemudian menjelaskan maksudnya dan akhirnya dapat diterima Jegel dan Oki.
Di atas adalah cuplikan dialog mengenai keberagaman di Agak Laen. Boris, Bene, Jegel dan Oki yang paham tentang keberagaman, tidak mengeksploitasi perbedaan sebagai sumber konflik.
Menjelang akhir cerita, sekeluarnya dari penjara karena dihukum bersalah menguburkan mayat seorang pengunjung yang meninggal di wahana rumah hantu tanpa melapor kepada yang berwajib, keempat pengelola wahana rumah hantu tersebut menatap masa depan yang lebih baik. Adegan terakhir ini dilakukan di pemakaman ibunda Oki yang wafat karena sakit. Masih di pemakaman, Naomi yang gagal dinikahi Bene karena keburu masuk penjara, tiba-tiba muncul.
"Dek, akhirnya kamu datang," tanya Bene ke Naomi. Bene kaget karena mengira Naomi sudah menikah sehingga tidak menemuinya.
"Iya lah Bang, dua tahun aku menunggu abang," jawab Naomi
"Tapi bukannya Adek sudah menikah dan punya anak," ujar Bene
"Aku belum menikah Bang, menunggu Abang," jawab Naomi