Masyarakat menanti bagaimana para capres menempatkan pendidikan Pancasila sebagai upaya membangun character and nation building, yang diantaranya dilakukan melalui P5.
Keberhasilan pelaksanaan P5 akan menjadi indikator keberhasilan pemerintah dalam menguatkan pemahaman akan Pancasila di kalangan generasi muda, khususnya belajar. Â Jangan sampai nantinya para pelajar tidak paham mengenai Pancasila dan aktualisasinya sehingga kemudian menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan karenanya bisa diganti.Â
Kekhawatiran tersebut di atas bukan sesuatu yang mengada-ada, karena seperti yang terungkap dari hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID), tercatat 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen dan bisa diganti.
Akhirnya, sebagaimana debat-debat sebelumnya, semua capres tentu saja dihadapkan pada keterbatasan waktu untuk menyampaikan gagasan-gagasannya. Namun demikian, keterbatasan waktu tersebut kiranya tidak menjadi penghalang bagi para capres dalam menyampaikan gagasan-gagasan prioritasnya, khususnya terkait pendidikan Pancasila. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H