Selain itu film Tamu Agung (1956) mendapatkan penghargaan film komedi terbaik di Festival Film Asia Pasifik di Hongkong tahun 1956.
Mengenang rekam jejak sutradara Usmar Ismail, Slamet Rahardjo, salah seorang yang memiliki "rekaman" pelajaran-pelajaran dari Usmar Ismail, mengisahkan sosok Usmar Ismail sebagai sosok yang lengkap. Usmar seorang sutradara, sastrawan, wartawan, budayawan, dan sekaligus seorang militer berpangkat mayor (seperti dikisahkan dalam blog cabiklunik.blogspot.com, "Mengenang Usmar Ismail di Karet Bivak", 6 April 2009).
Ditambahkan pula oleh Slamet Rahardjo"Ada yang selalu saya ingat dari Pak Usmar saat membuat film. Dia ingin membuat film yang mudah dimengerti karena dia wartawan. Dia ingin membuat film yang indah karena dia sastrawan, dan dia ingin membuat film yang cinta Indonesia karena dia militer. Usmar Ismail mengajarkan itu".
Dengan segala kiprah dan rekam jejaknya yang luar biasa di perfilman, kecintaannya kepada Indonesia yang dituangkan lewat film serta jasanya di masa perjuangan kemerdekaan, maka sangat layak beliau ditetapkan sebagai seorang pahlawan nasional. (AHU)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H