Biar saja ku tak seharum bunga mawar
Tapi slalu kucoba tuk mengharumkanmu
Biar saja ku tak seelok langit sore
Tapi slalu kucoba tuk mengindahkanmu
Â
Kupertahankan kau demi kehormatan bangsa
Kupertahankan kau demi tumpah darah
Semua pahlawan-pahlawanku
Â
Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Â
Merah putih teruslah kau berkibar
Di ujung tiang tertinggi di Indonesiaku ini
Â
Ku akan selalu menjagamu
Begitu potongan lirik tembang "Di Bawah Tiang Bendera" dari group band Cokelat terdengar mengalun di radio. Sebuah tembang tentang bendera merah putih dan harapan agar bendera tersebut dapat berkibar selama-lamanya. Keterbatasan pada setiap individu, bukanlah alasan untuk menjaga kehormatan dan kesucian bendera merah putih.
Pemutaran lagu tersebut juga lagu-lagu nasional lainnya di radio ataupun televisi tentu saja sangat menarik. Melalui lagu, kita semua diajak untuk mengingat arti penting bendera merah putih sebagai simbol identitas jati diri bangsa yang mengandung filosofi sangat mendalam. Kita diajak untuk mengingat bahwa bendera yang dikibarkan merupakan hasil perjuangan para pahlawan, perjuangan ikhlas hingga rela mati demi menjaga, membela, dan merebut dari tangan penjajah.
Untuk itu, dalam rangka menyambut peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintah melalui Menteri Sekretaris Negara selalu mengimbau kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk mengibarkan bendera Merah Putih di lingkungan masing-masing mulai 1 sampai 31 Agustus 2021. Bukan hanya itu, pemerintah juga menginstruksikan kementerian/lembaga serta pemerintah daerah memasang dekorasi, umbul-umbul, dan hiasan lainnya di lingkungan masing-masing.[1]
Â
Kemudian, pemerintah juga meminta kementerian/lembaga serta pemerintah daerah menyelenggarakan program, kegiatan, dan kampanye baik secara daring maupun luring untuk menyemarakkan bulan kemerdekaan. Berikutnya, pada 17 Agustus, pukul 10.17 sampai 10.20 kementerian/lembaga serta pemerintah daerah diminta menghentikan semua kegiatan. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan di berbagai lokasi dan daerah untuk menghormati peringatan detik-detik proklamasi.
Â
"Bro, sebentar lagi hari kemerdekaan bangsa Indonesia, apakah sudah siap mengibarkan bendera merah putih di halaman rumah?", tanya seorang temanku.
Â
"Tumben elo ingat soal pengibaran bendera merah putih," jawab saya agak sedikit heran. Sepahaman saya, teman saya ini dikenal acuh tak acuh soal bendera nasional. Seingat saya, semasa SMA, teman saya tersebut dikenal jarang mengikuti upacara bendera setiap Senin. Selalu ada saja alasan untuk menghindar, mulai dari jalanan macet hingga kurang enak badan.
Â
"Ha ha ha ... dari awal gue udah yakin kalau elo bakalan heran saat gue ngomong soal bendera merah putih, bendera nasional," ujar teman saya tersebut.
Â
 "Sekarang gue bukan anak SMA lagi seperti yang elo kenal. Gue sekarang sudah lebih nasionalis ha ha ha ... . Sekarang gue lebih paham soal makna bendera nasional dan pengorbanan para pejuang dalam merebut kemerdekaan dari penjajah dan menegakkan bendera nasional, bendera merah putih. Elo lihat kan bagaimana para atlit yang menang di Olimpiade langsung menunjukkan bendera nasional masing-masing? Itu karena para atlit tersebut bangga dengan bangsa dan negaranya, karenanya mereka ingin menunjukkan kebanggannya tersebut lewat bendera" jelas teman saya dengan penuh semangat.
Â
 "Elo tahu kan bro kalau Bendera, Bahasa, Dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009. Dalam undang-undang disebutkan bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," ujar teman saya lagi.
Â
      "Jangan lupa bro, Undang-undang tersebut juga menyebutkan bahwa bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaan yang berakar pada sejarah perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujar teman saya lebih lanjut.
Â
"Bendera merah putih ini mempunyai makna khusus. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Merah melambangkan tubuh manusia, sedangkan putih melambangkan jiwa manusia. Keduanya saling melengkapi dan menyempurnakan," tambah teman saya.
Â
      "Benar banget bro. Saya baca di Encyclopedia Britannica (2015), bendera dengan warna merah putih ini sebenarnya sudah digunakan sejak zaman kerajaan. Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa Timur menjadikan bendera merah putih sebagai lambang kebesarannya pada ke-13 hingga ke-16," saya mencoba menimpali.
Â
Saya pun menambahkan penjelasan berikut "Konon sebelumnya, Kerajaan Kediri sudah menggunakan warna merah putih sebagai panji kerajaan. Bahkan bendera perang Sisingamangaraja IX dari tanah Batak memakai warna merah putih. Pada beberapa perang di Aceh, para pejuang juga menggunakan bendera perang dengan warna merah putih. Kemudian di awal abad ke-20 di bawah kekuasaan Belanda, para pelajar dan kaum nasionalis menggunakan bendera yang dinamakan Sang Merah Putih".
Â
"Setelah Perang Dunia II dan Indonesia merdeka, bendera merah putih mulai digunakan sebagai bendera nasional. Bendera Sang Saka Merah Putih pertama kali dikibarkan di Indonesia pada 17 Agustus 1945 saat proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia. Setelah itu hingga sekarang bendera merah putih dikibarkan setiap upacara bendera," ujar saya menambahkan.
Â
      "Oh iya, saya juga pernah baca sebuah artikel di situs Historia.id berjudul "Meluruskan sejarah bendera pusaka," bendera pusaka merah putih dijahit oleh ibu Fatmawati Sukarno". Pada artikel yang merujuk pada pengakuan Fatmawati di bukunya "Catatan Kecil Bersama Bung Karno, Volume 1, terbitan tahun 1978, diceritakan bahwa suatu hari, Oktober 1944, tatkala kandungannya berumur sembilan bulan (Guntur lahir pada 3 November 1944), datanglah seorang perwira Jepang membawa kain dua blok, masing-masing berwarna merah dan putih. Pemberian kain tersebut kemungkinan dari kantor Jawa Hokokai terkait dengan pengumuman Perdana Menteri Koiso pada 7 September 1944 bahwa Jepang berjanji akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia "kelak di kemudian hari. Dengan kain itulah, Fatmawati menjahitkan sehelai bendera merah putih dengan menggunakan mesin jahit tangan.," sela teman saya mencoba menambahkan.
Â
      Perbincangan mengenai bendera merah putih, apalagi menjelang hari ulang tahun kemerdekaan RI selalu menarik. Selain membincangkan sejarah pembuatan bendera pusaka, yang tidak kalah menarik adalah membicangkan pemasangan bendera merah putihnya. Setiap menjelang hari kemerdekaan, banyak orang disibukkan dengan urusan mencari bendera merah putih dan tiang benderanya.
Â
Karena dikibarkan hanya setahun sekali saat hari peringatan hari kemerdekaan, bendera merah putih yang dimiliki seseorang biasanya lebih banyak tersimpan di lemari. Kalau tidak rapih menyimpannya, bisa jadi sulit untuk menemukan bendera tersebut dalam waktu singkat. Kalaupun akhirnya ketemu, bisa jadi benderanya sudah lusuh dan warnanya luntur.
Â
Masalah lain muncul, ketika bendera akan dipasang ternyata tiang benderanya tidak ada atau sudah lapuk. Tidak semua keluarga memiliki tiang bendera di halaman rumahnya. Biasanya tiang bendera terbuat dari tiang bambu yang ditancapkan ke tanah atau diikatkan ke pagar.
Â
Keadaan ini yang kemudian dimanfaatkan para pedagang bendera musiman. Mereka menawarkan bendera dengan berbagai ukuran dan umbul-umbul, termasuk tiang bendera dari bambu. Biasanya di akhiur Juli atau awal Agustus para pedagang bendera mulai menggelar barang dagangannya di sejumlah tempat ataupun berkeliling menggunakan gerobak.
Â
Bagi mereka, masa-masa menjelang hari kemerdekaan merupakan kesempatan baik untuk menjajakan dagangannya berupa bendera aneka ukuran, umbul-umbul dan pernak pernik lainnya, termasuk tiang bendera dari bambu. Mereka rajin berkeliling ke berbagai tempat untuk menawarkan dagangannya, salah satunya adalah Mang Kusen yang belum lama ini saya jumpai di Kawasan perumahan Galaxy Bekasi.
Â
Senin pagi ini (2 Agustus 2021) saya menjumpai Mang Kusen ketika ia tengah mendorong gerobak dagangannya yang berisi bendera merah putih berbagai ukuran dan umbul-umbul serta tiang bendera dari bambu.
Â
Wajah Mang Kusen terlihat sangat ceria saat saya menghentikan gerobaknya dan menanyakan harga bendera merah putih serta tiang bendera. Hari ini saya memang berniat untuk membeli sebatang bambu tiang bendera dan sebuah umbul-umbul merah putih.
Â
"Tahun ini kita pasang umbul-umbul merah di depan rumah biar suasana peringatan Kemerdekaan RI tahun ini lebih terasa kemeriahannya meski tengah Covid-19. Kita tidak perlu menunggu pengurus RT yang memasangnya," ujar istri saya saat menyampaikan gagasannya untuk memasang umbul-umbul.
Â
"Kita juga perlu membeli tiang bendera karena tiang bendera yang ada sudah patah," tambah istri saya. Saya langsung menyetujui usulan istri karena mengingat kebiasaan di RT kami yang sering terlambat memasang umbul-umbul, meski di beberapa RT lain sudah memasangnya. Sedangkan untuk tiang bendera sudah saatnya ganti karena kondisi tiang bendera yang ada sudah tidak layak digunakan.
Â
"Berapa harga umbul-umbul da tiang bendera Mang," tanya saya sambil menunjuk umbul-umbul merah putih di gerobak.
Â
"Oh kalau umbul-umbul harganya Rp 60 ribu, panjangnya lima meter. Kalau tiang bendera panjangnya 3 meter, harganya Rp. 10 ribu," jawab Mang Kusen sambil mengeluarkan umbul-umbul dari kantong plastik.
Â
"Bendera dan tiang bendera bikin sendiri atau kulakan dari grosir?," tanya saya
Â
"Ada juragan di Cirebon yang membuat bendera, tiang bendera dan pernak-pernik lainnya Pak. Saya tinggal bawa dan menjualnya. Kemarin sore kami tiba di Bekasi menumpang truk bersama teman-teman. Kami sewa kamar di dekat Pasar Kranji untuk tidur dan istirahat. Sekarang hari pertama kami berkeliling menjajakan dagangan" ujar Mang Kusen
Â
"Mohon doanya Pak supaya dagangan saya laris. Bapak adalah orang pertama yang melihat-lihat dagangan saya dan semoga membelinya," ujar Mang Kusen penuh harap.
Â
"Insya Allah Mang. Kebetulan saya memang berencana membeli sebuah tiang bendera dan umbul-umbul" jawab saya.
Â
Setelah memilih-milih tiang bendera dan umbul-umbul yang cocok akhirnya saya membeli sebuah tiang bendera dan umbul-umbul merah putih serta hiasan bendera merah putih kecil untuk dipasang di kendaraan.
Â
"Terima kasih pak. Semoga peringatan hari kemerdekaan RI tetap semarak merah putih dan masyarakat semakin sehat. Tidak banyak yang jadi korban korona," ujar Mang Kusen sambil menerima pembayaran dari saya.
Â
"Tetap semangat dan jangan kasih kendor. Pelihara semangat merah putih agar tetap menyala di dada sepanjang masa, bukan hanya saat menjelang perayaan kemerdekaan," jawab saya mengakhiri pembicaraan sambil menuju kendaraan.
Â
Bekasi, 2 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H