Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asal Mula Viralnya Hoaks di WAG

14 Januari 2021   07:41 Diperbarui: 14 Januari 2021   07:51 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perkembangan teknologi informasi yang diikuti perkembangan media sosial yang sedemikian cepat memang membuat masyarakat tergopoh-gopoh berhadapan dengan dunia yang baru tersebut. Hal itu, membuat masyarakat cenderung menelan sebuah informasi secara mentah-mentah. Pengguna media sosial menjadi pengedar informasi tanpa mampu melacak kebenarannya."

"Jadi kunci untuk mencegah penyebaran hoaks salah satunya adalah untuk kritis dan selalu mengecek ulang apakah informasi-informasi yang diterima benar adanya. Begitu kan Bang?"

"Wah sangat benar sekali itu bro. Kita mesti senantiasa melakukan cek dan ricek dan meningkatkan kemampuan literasi agar tidak terkecoh oleh informasi hoaks."

"Ngomong-ngomong Bang, saya barusan googling, perkataan abang bahwa saking mudahnya mengakses informasi, kita malah jadi terlalu abai dengan informasi seperti kata-katanya Tom Nichols di bukunya Matinya Kepakaran?"

"Ha ha ha benar sekali. Saya memang mengutip perkataan si Tom. Begitu dong lakukan cek dan ricek informasi. Jadi gak ikut-ikutan. Dan yang tidak kalah penting, kalau ikut WAG atau group percakapan apapun, jangan sungkan-sungkan manjat ke pesan-pesan sebelumnya. Siapa tahu ada informasi yang terkait dan bermanfaat. Gak apa-apa meski harus memanjat puluhan bahkan ratusan pesan."

"Iya Bang, kadang males juga bacanya kalau sudah ada puluhan atau ratusan pesan yang masuk di WAG."

"Ya kalau begitu gak usah ikutan WAG."

"Ach Abang bisa aja."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun