Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Inspirasi Pancasila dari Bawah Pohon Sukun

20 Desember 2020   08:21 Diperbarui: 22 Desember 2020   15:25 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pohon Sukun di Ende foto Pribadi

Selain berkebun dan membaca sebagai kegiatan rutin, Bung Karno menemukan caranya sendiri untuk dapat aktif kembali di tengah sambutan dingin dan ketakutan raja dan bangsawan distrik Ende yang merupakan pegawai Pemerintah Belanda. Bung Karno berpaling kepada rakyat kecil yang sederhana dan tidak mengerti apa-apa.

Bersama rakyat kecil inilah Bung Karno membentuk masyarakatnya dan mulai berbicara. Jiwa seni Bung Karno pun kembali tumbuh. ia pun mulai melukis, sebuah lukisannya masih dapat disaksikan di situs museum pengasingan Bung Karno, dan membentuk dan membina grup sandiwara tonil dengan nama Klub Tonil Kalimutu, yang diambil dari nama danau yang tidak jauh dari Ende.

Di tengah keterbatasan yang bisa dilakukan di tempat pengasingan yang begitu jauh dari Ibu Kota, Bung Karno juga mulai mempelajari lebih jauh soal agama Islam dengan antara lain berkirim surat secara diam-diam ke tokoh Islam di Bandung bernama T. A. Hassan.

Bung Karno juga belajar soal pluralisme dengan berkunjung secara rutin ke Biara Santo Yosef untuk bergaul, membaca buku-buku milik Biara ataupun perorangan dan berdiskusi intens bersama prater dan bruder yang ada di Biara.

Dilansir dari buku "Ekspedisi Jejak Peradaban NTT: Laporan Jurnalistik Kompas" dijelaskan bahwa selama di Ende, Bung Karno dekat dengan tiga pastor Katolik, yaitu Pater Yohanes Bouma, Regional Regio SVD Ende (wilayah Sunda Kecil); pastor paroki katerdral Ende Pater Huyjink; serta Brider Conradus W Thuis yang mempersilahkan Bung Karno menggunakan Gedung Imakulata untuk pementasan tonil. (Kompas, 19/08/2019).

Sedikitnya ada 13 naskah tonil yang dibuat Bung Karno di Ende, yakni Dokter Setan, Rendo, Rahasia Kelimutu, Jula Gubi, Kut Kutbi, Anak Haram Jadah, Maha Iblis, Aero Dinamit, Nggera Ende, Amoek, Rahasia Kelimutu II, Sang Hai Rumba, dan 1945. Tema tonil diangkat dari cerita rakyat didukung tarian adat. Selain itu tonil juga dimainkan untuk membangkitkan semangat membebaskan Indonesia dari belenggu penjajah.

Masih dari buku Ekspedisi Jejak Peradaban NTT: Laporan Jurnalistik Kompas diceritakan tentang Djae Bara pengikut setia Soekarno yang meninggal akhir tahun 1990-an pernah memaparkan bahwa dalam satu karya tonil, Bung Karno meramalkan Indonesia akan terbebas dari penjajahan tahun 1945. Bung Karno juga membayangkan kemerdekaan itu tidak direbut dari penjajah Belanda, melainkan dari sesama bangsa Asia.

Bekasi, 19 Desember 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun