Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Inspirasi Pancasila dari Bawah Pohon Sukun

20 Desember 2020   08:21 Diperbarui: 22 Desember 2020   15:25 722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Bung KArno dekat pohon sukun foto pribadi

Aku melihat Wishnu Yang Maha Pelindung dalam buah yang lonjong berwarna hijau. Aku meliha Shiwa Yang Maha Perusak dalam dahan-dahan mati yang gugur dari batangnya yang besar. Dan aku merasakan jaringan-jaringan yang sudah tua dalam badanku menjadi rontok dan mati di dalam.

Sementara itu seperti dikutip dari buku "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat" karya Cindy Adams, Bung Karno mengatakan bahwa "Suatu kekuatan gaib menyeretku ke tempat itu hari demi hari.

Di sana, dengan pemandangan ke laut lepas tiada yang menghalangi, dengan langit biru nyang tiada batasnya dan mega putih yang menggelembung, di sanalah aku duduk merenung berjam-jam. Aku memandang samudera bergejolak dengan hempasan gelombangnya yang besar memukuli pantai dengan pukulan berirama. Dan kupikir-pikir bagaimana laut bisa bergerak tak henti-hentinyan. Pasang surut, namun tetap menggelora secara abadi.

Keadaan ini sama dengan revolusi kami, kupikir. Revolusi kami tidak mempunyai titik batasnya. Revolusi kami, seperti juga samudera luas, adalah hasil ciptaan Tuhan, satu-satunya Maha Penyebab dan Maha Pencipta. Dan aku tahu di waktu itu bahwa semua ciptaan dari Yang Maha Esa, termasuk diriku sendiri dan tanah airku, berada di bawah aturan hukum dari Yang Maha Ada."

"Suatu kekuatan gaib yang menyeretku ke tempat itu (pohon sukun) hari demi hari," begitu benang merah yang dapat saya simpulkan untuk menjelaskan alasan Bung Karno kerap mendatangani pohon sukun dan melakukan permenungan.

Bung Karno memahami arti penting pohon sebagai sumber kehidupan manusia karena memiliki banyak manfaat baik untuk menjaga kelangsungan hidup. Dari pohon kita belajar mencapai ketinggian sebagai simbol dari kesuksesan tetapi pohon tidak pernah lupa melakukan gerakan ke bawah sebagai tempatnya berpijak.

Seperti kata bijak, semakin tinggi puncak sebatang pohon, semakin kencang angin yang menerpanya. Pohon-pohon yang kuat akarnya pasti akan bertahan dalam badai angin sedangkan pohon-pohon yang tidak kuat akarnya akan tumbang menjadi tanah.

Pancasila yang dipikirkan Bung Karno sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa dan Ideologi negara pun demikian, harus memiliki akar yang kuat di dalam kehidupan masyarakat agar tidak ditumbangkan oleh ideologi lain.

Tidak hanya itu, dalam kebiasaan masyarakat nomaden dimana manusia hidup berpindah-pindah, kita mengertahui bahwa pohon-pohon besar dan rindang yang dirasa aman seperti sukun kerap dijadikan sebagai tempat tinggal atau rumah alam.

Dengan fakta bahwa pohon merupakan awal dari rumah manusia nomaden, maka dalam konsep antropologi, pohon adalah salah satu tanda/simbol rumah alam dalam sejarah perjalanan umat manusia dari masa ke masa. Karenanya dikenal istilah pohon keluarga (family tree). Karenanya pula bukan merupakan suatu kebetulan jika Bung Karno kerap melakukan meditasi di bawah pohon sukun saat di Ende.

Tentu saja permenungan yang dilakukan Bung Karno di bawah pohon sukun hanyalah salah satu aktivitas yang dilakukan Bung Karno saat di pengasingan di Ende.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun