Merujuk QS Al Humazahm Buya Syafii Ma'arif berpandangan bahwa orang yang hanya mengumpulkan harta dan kemudian hanya menghitung-hitungnya untuk diri sendiri tetapi tidak memperhatikan masyarakat, itu imannya tidak beres.
Menurut Buya Syafii Ma'arif, Islam bukan anti kekayaan, Islam adalah pembela orang miskin tetapi pada waktu yang sama kemiskinan itu harus lenyap dimuka bumi yaitu adanya kewajiban membayar zakat, "wa'atu zakat" itu artinya orang Islam tidak boleh miskin, kemiskinan itu harus bersifat sementara.
"Dalam Islam tidak ada perintah menerima zakat, yang ada adalah perintah mengeluarkan zakat. Dalam prakteknya, tidak sedikit ummat Islam terjebak dalam kemunafikan. Di satu satu sisi sholatnya rajin, naik haji berkali-kali, tapi tidak punya kepedulian kepada fakir-miskin. Sementara pada praktek bernegara, fakir-miskin yang semestinya dipelihara oleh negara, tapi justru belum memperoleh perhatian yang serius," begitu tegas Buya Syafii Ma'arif. Â
Ditambahkan oleh Buya Syafii Ma'arif bahwa sesuai bunyi QS Al-Ma'un, orang-orang yang mendustakan agama adalah mereka yang menghardik anak yatim dan enggan menolong atau memberi makan orang miskin. Artinya, siapapun yang suka berbuat kasar kepada anak yatim dan tidak memiliki kepakaan terhadap yang miskin, mereka itulah hakekatnya golongan yang mendustakan agama.
Pada titik inilah, Buya Syafii Ma'arif menegaskan keselarasan ketiga ayat-ayat dalam Al Quran tersebut dengan nilai-nilai Pancasila. Kiranya ummat Islam memiliki landasan syar'iah yang kuat untuk mewujudkan sila "Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia". Merealisasikan sila ini memang bukan pekerjaan mudah, tentu membutuhkan upaya yang keras dengan cara setiap pribadi harus mampu menjadi teladan bagi yang lain.
Karena itu dengan tegas Buya Syafii Ma'arif meminta agar pemimpin tidak boleh bertopeng-topeng, berpura-pura pintar, pura-pura dermawan tapi korupsi. Pemimpin tidak hanya mengumbar jargon kata "Pancasila" semata tanpa berbuat yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
"Kita harus terus berbuat, kita perbaiki mental kita, kita hidupkan hati nurani kita, kita hidupkan budi pekerti kita, kita hidupkan rasa pemihakan kita kepada orang miskin," seru Buya Syafii Ma'arif.
Buya Syafii Ma'arif berharap Indonesia kekal sampai hari kiamat dengan syarat para pemimpin harus memiliki kepekaan. Ia mengajak agar di bulan Ramadan kita semua melakukan introspeksi dengan bertanya dan memeriksa diri kita sendiri, sampai dimana keimanan kita, sampai dimana fungsinya iman kita. Dalam perintah agama diterangkan bahwa "jadikan sholatmu untuk mengingat Allah SWT" dan "sholat mencegah perbuatan keji dan mungkar," sehingga perbuatan yang merusak seperti korupsi, merusak alam karena itu termasuk perbuatan yang mungkar.
Selanjutnya Buya Syafii Ma'arif mengajak kepada seluruh ummat untuk bersama-sama melaksanakan taubat nasional, karena seperti hadits Rasullulah SAW yang berbunyi "kamu hanya bisa ditolong dan dimenangkan oleh bantuan orang-orang duafa yaitu yang lemah diantara kamu." Buya Syafii Ma'arif merujuk hadits tersebut karena jumlah orang-orang lemah jumlahnya sangat besar (di Indonesia). Kategori miskin yang penghasilannya 2 dolar atau 30 ribu rupiah per hari, jumlahnya besar sekali.
Buya Syafii Ma'arif dengan jelas mengungkapkan bahwa praktek ekonomi di negeri ini memang masih menunjukkan kesenjangan yang berakibat pada terjadinya distorsi bahkan amat bertentangan dengan sila kelima. Kesenjangan makin melebar karena praktek ekonomi yang terjadi lebih mengedepankan aspek kapitalistik.
"Keadilan sosial tidak mungkin terealisasi sepanjang praktek kapitalisme merajalela di negeri ini," tegas Buya Syafii Ma'arif.