Pada suatu malam usai pulang kantor, saya menyempatkan diri mampir ke warung Jamu Bukti Mentjos di Jalan Salemba Tengah. Berbeda dengan warung jamu pada umumnya, warung Jamu Mentjos memiliki interior mirip kafe dengan meja panjang mengelilingi penjual dan kursi-kursi yang agak tinggi.
Ramuan jamu yang sudah berbentuk bubuk terlihat ditata rapih dalam toples bernomor dan diletakkan di rak. Sebuah papan bertuliskan "Rakyat Sehat Negara Kuat" terpampang di salah satu bagian di tempat penjualan.
Di sudut lain, terdapat beberapa meja emat persegi dengan setiap mejanya dikelilingi empat kursi. Bentuk warung saat ini sangat berbeda sekali dengn saat pertama kali didirikan pada tahun 1950. Sebuah foto hitam putih yang terdapat dalam brosur memperlihatkan bangunan awal warung jamu yang sangat sederhana.
"Mbak, ada jamu untuk mencegah atau mengobati gangguan sakit jantung?," begitu pertanyaan yang saya dengar dari seorang pengunjung warung jamu
"Ada pak, itu ramuan nomor 55 namanya Sijantung.  Ramuan tersebut untuk mengobati gangguan kesehatan seperti jantung sakit atau lemah, dada sesak, berdebar-debar cepat lelah karena  jalannya darah tidak lancar, " begitu jawab si mbak penjaga warung
"Kalau untuk memperkuat daya tahan tubuh atau vitalitas pria juga ada mbak," tanya yang lainnya sambil tersenyum
"Ada juga pak, nomor 15, namanya Satria Plus Ginseng," jawab si mbak
Saya yang awalnya hanya mendengarkan kemudian ikut nimbrung dalam percakapan dan bertanya "Selain ramuan tersebut, Â ramuan apa lagi yang tersedia?"
"Banyak pak, seperti tercantum di menu setidaknya ada 59 jenis ramuan jamu yang dapat diminum langsung disini atau dibawa pulang, " jawab si mbak.
Begitu sedikit cuplikan percakapan yang saya simak di warung Jamu Mentjos. Percakapan yang menyiratkan keingintahuan masyarakat mengenai berbagai racikan jamu dan khasiatnya untuk menjaga kesehatan atau melakukan pengobatan, Â
Mengingat di Indonesia memiliki tanaman herbal berjumlah cukup banyak, maka jamu yang disajikan pun beragam jenisnya. menyesuaikan dengan tanaman herbal yang tumbuh di daerah. Beberapa tumbuhan dan tanaman herbal yang kerap dijadikan jamu antara lain  kunyit, laos, jahe, bahkan dedaunan seperti butrawali.
Pengolahan jamu pada umumnya dilakukan dengan mengambil sari dari perasan tumbuhan herbal atau dikeringkan dan kemudian ditumbuk. Dalam pembuatan jamu terdapat keunikan tersendiri karena disesuaikan takaran tiap bahan, suhu, lama menumbuk atau merebus, dan lainnya. Jika tidak diperhatikan dengan baik, akan kehilangan khasiat dari bahan-bahannya bahkan bisa membahayakan tubuh.
Bukan rahasia lagi apabila jamu pernah dipandang sebelah mata, khususnya di dunia kedokteran, sebagai ramuan yang tidak layak mengobati penyakit.Â
Alasannya, kandungan suatu racikan jamu tidak memiliki komposisi baku dan dpat dipertanggungjawabkan secara medis. Selain itu, pengolahan dan sajiannya tidak higienis.
Berkat pengalaman meracik jamu sejak lama, warung jamu seperti Warung Jamu Mentjos telah mampu menunjukkan kemampuannya menjaga tradisi minum jamu tradisional sebagai upaya pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit yang bisa diterima masyarakat.Â
Jamu yang dijual di warung ini merupakan ramuan jamu Jawa asli, seperti Galian Singset yang berfungsi merampingkan dan menghilangkan kelebihan lemak di dalam tubuh yang kegemukan, menjaga badan tetap singset dan menurunkan kolestrol.
Merujuk pemahaman budaya sebagai upaya manusia untuk menterjemahkan sekaligus menjawab persoalan dalam suatu masyarakat, maka dari literatur peradaban umat manusia diketahui bahwa kebiasaan meramu jamu sesungguhnya sudah menjadi suatu budaya suatu masyarakat. Jamu menjadi identitas budaya yang unik dan hanya dapat ditemui dalam peradaban suku bangsa tertentu.
Percobaan-percobaan atau penelitian mengenai ramuan yang telah dilakukan manusia sejak lama pada dasarnya merupakan bagian dari pembudayaan untuk mencari solusi suatu penyakit yang terdapat di masyarakat.Â
Karena itu tidak mengherankan jika setiap negara memiliki tradisi mengolah ramuan dan minum jamu. Masing-masing memiliki tradisi yang khas, mulai bahan, cara meraciknya, bentuk penyajiannya, dan model penjajaannya.
Dari deretan jamu tradisional di Indonesia, banyak resep-serep yang manjur dalam mengatasi berbagai penyakit yang di derita masyarakat. Setiap penyakit memiliki resep jamu yang berbeda-beda seperti resep untuk mengatasi menurunnya nafsu makan, demam, mencret, kepala pusing, flu, masuk angin dan lain-lain.
Maka lahirlah sederet jenis jamu tradisional seperti kunir asam, jamu pahitan, kudu laos, uyup-uyupan/gepyokan yang dikhususkan bagi ibu menyusui, beras kencur dan masih banyak lagi.
Karena itu menurut geneologinya, jamu dan tradisi minum jamu sesungguhnya merupakan praktik budaya asli yang lahir dari rahim kebudayaan bangsa Indonesia. Artinya jamu merupakan salah satu kebudayaan integral, identitas dan karakter bangsa.
Karena itu pula mari jadikan jamu sebagai tuan rumah di negerinya sendiri dengan mulai minum jamu untuk menjaga kesehatan. Bukankah rakyat yang sehat akan menjadikan negara kuat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H