Hari ini 6 Juni 118 tahun yang lalu di Surabaya (bukan Blitar) telah lahir seorang anak lelaki bernama Koesno Soesrodihardjo dari pasangan suami istri Raden Soekemi Soesrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Koesno Sosrodihardjo yang kemudian berganti nama menjadi Soekarno atau akrab dengan sebutan Bung Karno merupakan salah seroang bapak pendiri bangsa yang menghabiskan sebagian besar masa hidupnya untuk berpikir dan berjuang atas nama kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sebagai pendiri bangsa dan Proklamator/Presiden RI pertama banyak tulisan yang mengisahkan sosok Bung Karno, mulai dari kisah masa kecilnya, masa perjuangan, masa kejayaan, himgga masa keterpurukannya
 Dari sekian banyak tulisan mengenai Bung Karno, salah satu tulisan yang menarik adalah tulisan "Soekarno Head to A Nation" yang menjadi artikel utama majalah Newsweek terbitan 15 Februari 1965.
Sebuah tulisan faktual yang mengisahkan kebijakan Bung Karno di tahun-tahun yang dikenal sebagai "A Year of Living Dangerously", masa dimana terjadi pertarungan politik memperebutkan kekuasaan yang dipimpin Partai Komunis Indonesia.
Dalam majalah bersampul coklat yang menampilkan foto Bung Karno dalam pakaian kebesaran, lengkap dengan atribut dan tanda jasa serta peci hitam, diceritakan mengenai sikap Bung Karno sebagai pemimpin tertinggi di Indonesia yang flamboyan, penuh kharisma, dan memiliki personalitas yang kompleks.
Newsweek menyebutkan bahwa Bung Karno merupakan seorang pemimpin yang telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang diegenai, tidak saja di Asia Tenggara, namun juga dunia.
Di bawah kepemimpinan Bung Karno, Indonesia sangat percaya diri dengan potensi yang dimiliki dan mempergunakan potensinya tersebut untuk melaksanakan kebijakan politik luar negeri yang bebas dan aktif dengan tegas dan penuh percaya diri.
Menurut Newsweek, salah satu bentuk kepercayaan diri Bung Karno diperlihatkan ketika ia mengumumkan bahwa Indonesia akan memiliki bom atom sendiri pada akhir tahun 1965. Sebuah pengumuman yang sontak saja memunculkan kekhawatiran di dunia Barat.
Di tengah meluasnya pengaruh dan ancaman komunisme di Asia Tenggara, dunia Barat. khawatir Indonesia akan menjadi salah satu ancaman terhadap stabilitas keamanan dan perdamaian di Asia Tenggara, selain ancaman komunisme dari China.
Newsweek juga menuliskan fakta bahwa Bung Karno kemudian tergusur dari puncak kekuasaan pasca pemberontakan Partai Komunis Indonesia pada 30 September 1965.
Namun demikian, tergusurnya Bung Karno dari puncak kekuasaan tidak mengurangi pengakuan dan penghargaan masyarakat Indonesia terhadap kontribusinya yang sangat besar dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).