Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Matematika Tawar-menawar di Pasar Meksiko

19 Februari 2019   09:15 Diperbarui: 19 Februari 2019   10:23 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana salah satu pasar / foto Aris Heru Utomo

Pasar merupakan urat nadi kehidupan masyarakat di berbagai negara. Di pasar beragam anggota masyarakat bertemu, mulai dari penjual dan pembeli, pengelola pasar, petugas pengamanan, petugas  kebersihan, tukang parkir, pemungut retribusi, pemulung dan lain sebagainya. Mereka melakukan aneka kegiatan yang tidak terbatas pada jual beli.

Di Meksiko, pasar telah hadir sejak jaman pre-hispanik atau Aztec dalam bentuk pasar tradisional di tempat terbuka yang disebut tianguis. Pada masa pre-hispanik tersebut pasar dibuka pada hari-hari tertentu dengan penjual kebanyakan petani yang akan memasarkan hasil pertanian dan perkebunannya. 

Kini di era modern, tianguis masih tetap digelar di tempat terbuka pada setiap hari tertentu. Sementara itu pasar modern (biasa disebut mercado), dimana para pedagang menggelar dagangannya di dalam suatu gedung atau mall yang dibangun pemerintah atau perorangan, buka sepanjang hari dari pagi hingga malam. 

Pasar modern tersebut luasnya bervariasi dan barang yang dijual tidak lagi terbatas pada sandang pangan kebutuhan sehari-hari tetapi juga barang-barang sekunder lainnya, termasuk barang antik. Karena itu berkunjung ke pasar bukan hanya sekedar berbelanja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga menikmati hiruk pikuk transaksi dagang, melihat warna kehidupan, mendengarkan suara dan bau serta menikmati rasa yang muncul serta tentu saja mencari hiburan.  

Sebagai pendatang, kesempatan untuk blusukan ke pasar-pasar di Meksiko tentu saja tidak akan dilewatkan. Saya blusukan mulai dari tianguis di kawasan tempat tinggal di Polanco hingga mercado milik pemerintah atau perorangan (mall). Tidak hanya di Mexico City, saya juga blusukan ke pasar-pasar di berbagai kota lain d yang sempat saya kunjungi.

Saat blusukan saya bisa menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mencari barang dan merasakan sensasi yang ada di pasar besar pengalaman berbelanja yang mungkin tidak terdapat di tempat lain, salah satunya pengalaman melakukan transaksi alias tawar menawar barang.

Sebagai orang Indonesia yang terbiasa melakukan tawar menawar saat berbelanja, saat transaksi merupakan salah satu kesempatan yang menarik. Bukan hanya berupaya untuk mendapatkan harga serendah mungkin, tetapi juga bisa membandingkan pengalaman di Indonesia dengan Meksiko.

Agar bisa blusukan di pasar-pasar dengan nyaman, salah satu modal utama yang diperlukan adalah kemampuan komunikasi dalam bahasa Spanyol. Sangat sedikit sekali pedagang di pasar-pasar, terutama di tianguis, yang bisa berbahasa Inggris apalagi bahasa Indonesia.

Karena bisa berkomunikasi dengan sedikit lancar kita tidak harus fasih berbicara bahasa Spanyol, cukup menguasai beberapa kata penting seperti "berapa", "yang itu", "yang ini" dan tentu saja angka-angka mulai dari satuan hingga ribuan. Selanjutnya bisa gunakan kalkulator kalau tetap bingung ... ha ha ha.

Menariknya, meski umumnya barang yang dijual di pasar sudah dilabeli harga, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk ditawar. Dari pengalaman, pedagang di Meksiko umumnya tidak marah jika barang dagangannya ditawar, kecuali jelas-jelas tertulis barang tidak boleh ditawar.

Selama masih bisa mendapatkan untung, umumnya pedagang tidak berkeberatan barang dagangannya ditawar. Tapi jangan coba-coba menawar hingga 50 persen di bawah harga yang ditawarkan seperti di Indonesia, bisa-bisa kita ditertawakan. Tawarlah dengan harga yang sekiranya pantas, biasanya sekitar 10-20 persen lebih rendah.

Itupun biasanya pedagang akan memastikan barang yang dijual masih menguntungkan atau tidak dengan mengecek harga dasar (modal) di buku contekannya (kalau tidak hapal). Walau tidak akan menyebutkan modalnya ke pembeli, tapi begitu sudah di bawah modal maka si pedagang tidak akan melepas barang dagangannya. Tidak ada istilah jual rugi hanya agar persediaan barangnya habis.

Selain itu, yang juga menarik perhatian saya adalah cara berhitung para pedagang saat akan menyetujui suatu harga tertentu. Biasanya matematika atau cara berhitung mereka agak nyeleneh. Sebagai contoh, ketika barang ditawarkan seharga 300 pesos per buah dan saya tawar menjadi 1000 pesos untuk empat buah (jadinya 250 pesos per buah), si pedagang menolak harga yang saya tawarkan tersebut. Tapi si pedagang setuju jika harganya 500 pesos untuk dua buah.    

Mendengar persetujuan si pedagang, saya sebenarnya ingin tertawa karena 1000 pesos untuk empat buah berarti sama saja dengan 500 pesos untuk dua buah. Tapi saya tidak jadi tertawa karena takut dianggap tidak sopan. 

Saya hanya tersenyum sambil cepat-cepat melakukan pembayaran dengan dua lembar 500 pesos, masing-masing untuk membayar dua buah barang yang saya akan beli (jadi totalnya empat buah barang). Saya cepat-cepat bayar sebelum si pedagang berubah pikiran dan kembali ke harga semula yaitu 300 pesos per buah.

"Kalau kamu sudah setuju dengan harga yang diberikan si pedagang, cepat-cepat bayar'," nasehat seorang teman saya.  

"Jangan pura-pura deh meninggalkan barang yang harganya sudah diturunkan tersebut seperti kebiasaan di Indonesia. Si pedagang tidak akan manggil-manggil untuk kembali. Yang ada, saat kamu kembali lagi untuk menyetujui harga yang sudah diturunkan, si pedagang justru sudah mengembalikan ke harga semula," ujar teman saya lebih lanjut

Ha ha ha benar juga apa yang dikatakan teman saya tersebut. Istri saya pernah beberapa kali mengalaminya. Pura-pura meninggalkan barang yang ditawar dan sudah diturunkan harganya, dengan harapan dipanggil dengan harga yang lebih rendah, yang ada malah dicuekin dan saat kembali harganya sudah kembali normal dan kadangkala lebih mahal.

Mexico City, 18 Februari 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun