Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenangan Indonesia di Benak Diplomat Senior Meksiko

12 Januari 2019   11:19 Diperbarui: 13 Januari 2019   19:57 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, anda benar. Nama pulau tersebut adalah Pulau Banda Neira, di Kepulauan Banda. Berdasarkan sejarahnya, pulau tersebut awalnya bernama pulau Run dan dikuasai oleh Pemerintah Inggris. Namun melalui perundingan dan perjanjian Belgia antara Pemerintah Inggris dan Belanda, Pulau Run milik Inggris ditukar dengan properti milik Belanda di New Amsterdaam - Manhattan yang sekarang jadi New York,"  Ujar Dubes Rubio menjelaskan.

"Pulau Banda Neira sangat asri dengan pohon-pohon besar dan tua di sepanjang jalan. Pulaunya indah, tidak mengesankan kekejaman atau asosiasi lainnya yang identik dengan lokasi pembuangan. Terumbu karangnya juga indah," kata Dubes Rubio

Sambil mendengarkan penuturan Dubes Rubio, saya pun mencoba mengingat-ingat kembali pelajaran dan bacaan sejarah saya. Banda Neira adalah salah satu pulau kecil dari sekitar sepuluh pulau-pulau kecil di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah. Pulau Banda Neira pernah menjadi tempat pengasingan mantan Wakil Presiden Pertama RI Mohammad Hatta dan Perdana Menteri M. Sjahrir di tahun 1936 - 1942.

Banda Neira adalah pulau pengasingan terakhir bagi Hatta dan Syahrir setelah sebelumnya diasingkan ke Boven Digoel, Papua. Dari Banda Neira, keduanya kemudian dikembalikan ke Jakarta untuk kemudian bersama-sama mantan Presiden Soekarno dan tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan lainnya mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

"Saat berkunjung ke Banda Neira saya sempat berkenalan dengan alm. Des Alwi dan juga putrinya Tania Alwi. Sejak itu kami sering berkomunikasi dengan mereka," kenang Dubes Rubio menggambarkan kunjungannya ke Banda Neira dan perkenalannya dengan keluarga Alm. Des Alwi.

"Selain Banda Neira, daerah lain yang saya suka adalah Yogyakarta dan Bali. Dari kedua daerah tersebut saya menyimpan kenangan lewat lukisan yang saya beli. Saya sempat membeli dua lukisan minyak karya Vandersterten di Yogyakarta, sementara di Bali  saya membeli lukisan dekoratif batik Indonesia,"

"Ini lukisan gunung Merapi tengah menyemburkan lava. Lukisan tersebut karya Vandersterten  tahun 2006. Walau menggunakan nama Belanda, tapi si pelukis adalah  orang Indonesia. Saya beli di sebuah galery di Yogyakarta" jelas Duta Besar Rubio sambil menunjuk sebuah lukisan minyak bergambar gunung berapi meletus berukuran 70x60 cm.

"Mr. Ambasador, mengingat penugasan anda yang panjang dan pengalaman yang banyak mengenai Indonesia, mengapa tidak menulis tentang Indonesia?," tanya saya pada suatu kesempatan.

Dubes Rubio tersenyum dan berkata "Saya sebetulnya ingin menulis pengalaman saya di Indonesia. Tapi saya sibuk dengan tugas mengajar di berbagai universitas di Meksiko. Jadi keinginan tersebut sering terlewat"

"Lagi pula saya agak tertinggal soal penguasaan teknologi. Menulis di WA saja lambat dan sering pakai huruf capital semua"

Saya ikut-ikutan tertawa mendengarkan alasan Dubes Rubio. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun