Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Pelobi Nyawa" Kisah Para Diplomat Tangguh Indonesia

27 Desember 2018   12:54 Diperbarui: 27 Desember 2018   13:07 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen shoot Mata Najwa 26 Desember 2018

Menutup acara, Menlu Retno Marsudi yang turut hadir sejak awal acara bersama Dirjen Protkol dan Konsuler Kemlu Andri Hadi dan Direktur Perlindungan WNI/BHI Lalu Muhammad Iqbal memberikan penjelasan mengenai tugas-tugas diplomat. Ada lima tugas pokok diplomat yaitu representing (mewakili negara), promoting (melakukan promosi dimana diplomat ditugaskan), negotiating (melakukan perundingan), reporting (melakukan pelaporan tentang berbagai hal di tempat tugasnya) dan protecting (perlindungan).

Menurut Menlu Retno, selama ini yang menonjol di publik adalah tugas yang terkait dengan negotiating (perundingan). Dimana publik melihat diplomat duduk di meja perundingan dengan berpakaian jas rapih, berpidato, bersalaman dan sering terlihat tersenyum. Padahal ada empat tugas lainnya yang tidak kalah pentingnya yang tidak terekspose.

Khusus Indonesia, saat ini tugas-tugas protecting (perlindungan) kepada WNI menjadi salah satu tugas yang sangat penting. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa tingkat mobilitas WNi saat ini telah sedemikian cepat dan luas, menyebar ke seluruh belahan bumi, termasuk ke kawasan konflik.

Karenanya, agar para diplomat Indonesia dapat maksimal melaksanakan tugasnya dalam memberikan perlindungan terhadap WNI yang berada di luar negeri,  sejak awal mengikuti pendidikan diplomat, para diplomat muda dibekali pengetahuan mengenai perlindungan WNI yang jauh lebih banyak dibandingkan diplomat jaman Menlu Retno.

Bukan hanya itu, memperhatikan kompleksitas permasalahan perlindungan WNI, tidak jarang kendali jalannya operasi perlindungan dipimpin langsung oleh Menlu seperti yang dilakukan saat melakukan evakuasi 2000-an WNI dari Yaman. Dalam operasi ini Menlu Retno memimpin langsung jalannya operasi dan mengikuti perkembangannya dari menit ke menit. Bahkan karena perbedaan waktu, bisa tidak tidur selama dua hari.

Dengan keterlibatan langsung tersebut, maka jika muncul hambatan-hambatan yang tidak bisa diselesaikan di level teknis di lapangan, bisa diselesaikan di level pimpinan yang lebih tinggi. 

Menlu Retno menceritakan pengalamannya saat harus menghubungi Menhan Arab Saudi ketika pesawat yang akan digunakan untuk mengangkut WNI yang dievakuasi dari Yaman tidak boleh mendarat di Arab Saudi.  Padahal para diplomat Indonesia yang berada di lapangan sudah minta ijin dan menjelaskan tujuan kedatangan pesawat karena alasan kemanusiaan. 

Setelah melakukan pembicaraan tingkat tinggi dan lobi ke Menhan Arab Saudi dan mengemukakan alasannya, tidak sampai 30 menit diperoleh ijin mendarat bagi pesawat yang akan mengangkut WNI.

Mendengar penjelasan Menlu Retno, tidak heran jika Najwa Shihab pun menyebut Menlu Retno sebagai "Ketua para Pelobi Nyawa" saat hendak menutup acara.

Sebagai penutup acara, apa yang dikatakan Najwa di akhir acata layak dicatat "Diplomasi untuk menyelamatkan warga menjadi misi mulia diplomat kita.  Inilah ujian ketrampilan diplomasi yang membutuhkan bujuk dan strategi tingkat tinggi. Dengan atau tanpa tebusan, dengan atau tanpa tukar tahanan, diplomat mesti menyelamatkan. Menjadi bukti bahwa negara masih bergigi. Bahwa Indonesia masih punya taji".
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun