Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Diplomasi Media Sosial ala Menlu Retno Marsudi

9 Oktober 2016   10:33 Diperbarui: 9 Oktober 2016   12:43 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sabtu, 8 Oktober 2016, Kompasianival 2016 berlangsung di Gedung Smesco Jakarta. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi hadir sebagai keynote speaker dalam ajang kopi darat tahunan blogger Kompasiana. Kehadirannya sangat ditunggu oleh para bloggger dan pengguna media sosial yang ingin mendengarkan pandangan seorang diplomat senior dan Menlu perempuan pertama di Indonesia mengenai kegiatan diplomasi di era global, era di mana kegiatan diplomasi tidak lagi dilakukan konvensional namun sudah digital dan real time (digital diplomacy). Era di mana laporan yang disampaikan diplomat Indonesia sifatnya really exactly real time dan bisa langsung dilakukan analisis terhadap laporan yang dikirimkan.

Mengenakan kemeja putih lengan panjang dan selalu tersenyum khas diplomat di hadapan para blogger Kompasiana dan pengguna sosial media lainnya, Menlu Retno langsung mengemukakan mengenai pentingnya teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang dapat digunakan untuk menunjang pekerjaan dan kegiatan diplomasi yang menuntut komunikasi yang baik dengan diplomat di negara lain, pihak kedutaan, dan pemerintah negara lain.

Dikemukakan oleh Menlu Retno bahwa sebagai seorang menteri, dirinya dapat dikatakan memegang gadget hampir sepanjang waktu dan kesempatan. Hal itu dilakukan mengingat hampir setiap saat pesan masuk dari Perwakilan RI di seluruh dunia yang ingin menginformasikan suatu kejadian atau melaporkan suatu permasalahan yang memerlukan keputusan cepat dari pimpinan dan dilaporkan hasilnya ke Presiden RI. Bukan hanya informasi dan laporan dari Perwakilan RI di luar negeri, informasi dan pertanyaan pun datang dari banyak pihak di dalam negeri. Dalam kaitan ini, bagi Menlu Retno media sosial sangat membantu pekerjaannya dan tugas-tugas diplomat dalam mendapatkan informasi yang cepat mengenai suatu permasalahan.

Memperhatikan apa yang disampaikan Menlu Retno tersebut di atas, saya melihat ada konsistensi dan komitmen kuat dari seorang menlu untuk senantiasa memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk memaksimalkan pelaksanaan diplomasi Indonesia. Kenapa saya katakan konsisten? Karena apa yang dikatakan Menlu Retno sebenarnya bukan hal baru dan sudah kerap dikemukan dan disampaikan dalam pernyataan pers Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan diberitakan di media massa. Sebagai contoh adalah pernyataan pers Kemenelu saat penutupan pendidikan berjenjang fungsional diplomat pada Bulan Juni 2016 di Jakarta. Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno memberikan arahan kepada para diplomat Indonesia untuk melakukan real time diplomacy. “Diplomat kini hidup dalam era real time diplomacy, harus cepat tanggap dan dapat berkoordinasi dengan baik. Untuk itu para diplomat diharapkan dapat memaksimalkan pemanfaatan gadget dan memanfaatkan sosial media,“ begitu arahan Menlu Retno.

Konsistensi Menlu Retno tersebut memperlihatkan adanya sikap adaftif dari Kemenlu dalam menyikapi kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, yang antara lain terlihat dari keseriusannya menanggapi kehadiran media sosial sebagai bagian dari revolusi informasi. Kemenlu terlihat memandang penting interaksi di media sosial di mana komunikasi antar manusia semakin mudah dan dapat dilakukan kapan pun tanpa batas dengan substansi yang sangat beragam serta dapat mendorong terjadinya perubahan-perubahan. Media sosial memiliki peran penting sebagai medium merangkum aspirasi, komunikasi dan partisipasi netizen dalam beragam isu dan permasalahan, termasuk isu kebijakan dan politik luar negeri.

“The biggest mistake (suatu kekeliruan besar) bila kita tidak ikut dalam media sosial dalam melakukan diplomasi. Jadi kita harus join sekaligus melakukan diplomasi kita," begitu disampaikan Menlu Retno kepada para blogger Kompasiana dan para pengguna media sosial lainnya. Karenanya, tidak mengherankan jika Menlu Retno sangat mendorong pelaksanaan diplomasi publik yang lebih dinamis dengan antara lain memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan informasi dan memantau berbagai hal yang sedang ramai dibicarakan di masyarakat, baik domestik maupun internasional.

Melalui media sosial, Kemenlu dapat menyebarluaskan upaya-upaya diplomasi Indonesia dalam mempertahankan dan menegaskan kedaulatan NKRI, memperjuangkan kepentingan ekonomi dan memberikan perlindungan kepada WNI yang berada di luar negeri. Suatu upaya diplomasi yang tidak ringan di tengah tantangan konstelasi politik global yang dinamis dan hanya akan dapat dijawab dengan baik dengan dukungan nasionalisme yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di dalam dan luar negeri.

Untuk itu, selain memiliki website kemenlu.go.id, Kemenlu juga memiliki sejumlah akun di media sosial seperti Facebook, Twitter (@Portal_Kemenlu_RI), Instagram dan lain-lain yang digunakan untuk berbagi informasi mengenai suatu perkembangan internasional dan domestik disertai pandangan Pemerintah RI dalam menyikapi suatu isu yang mengemuka di masyarakat. Sebagai contoh, dalam menanggapi isu Papua, melalui media sosial, Pemerintah RI melalui Kemenlu memantau situasi yang terjadi di Papua dan secara terus menerus memberikan informasi mengenai Papua berdasarkan fakta yang sesuai di lapangan kepada masyarakat di dalam dan luar negeri. Langkah ini dilakukan untuk mengimbangi disinformasi yang selalu dicoba disebar-luaskan oleh kelompok-kelompok separatis Papua.

Jika mengandalkan cara lama untuk menyampaikan informasi tentang suatu permasalahan di Papua, maka butuh waktu beberapa hari hingga informasi itu sampai ke pihak yang dituju dan ketika diterima bisa jadi sudah tidak sesuai lagi dengan informasi terbaru. Sementara itu, isu yang ada akan bergulir lebih luas karena informasi resmi dari otoritas berwenang tak kunjung dipublikasikan. Karenanya, kecepatan untuk mengolah informasi yang didapat dan segera menyampaikan informasinya ke masyarakat melalui media sosial menjadi kunci untuk tidak membiarkan suatu permasalahan mengendap dan memunculkan kekhawatiran yang berlama-lama di masyarakat.

Salam Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun