Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sensasi Teh Tarik dan Martabak di Kaki Menara Kembar Petronas

12 September 2016   10:44 Diperbarui: 12 September 2016   22:38 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ris, gue tau elo pasti udah gak sabar untuk mencicipi salah satu kuliner kaki lima khas Malaysia kan?", tanya Yusron, rekan saya yang mulai tiga minggu lalu bertugas di KBRI Kuala Lumpur.

“Iya nich soalnya dari kemarin makan sea food terus. Pengen nyobain kuliner khas Malaysia seperti teh tarik di tempat asalnya”, ujar saya

“Ok, ada teh tarik di kaki Menara Kembar Petronas yang rasanya khas dan nikmat. Elo pasti suka. Selain dapat menikmati teh tarik, elo juga bisa menikmati pemandangan menara Kembar Petronas sepuasnya”, jawab Yusron

“Siip kalau begitu, tapi agak malaman dikit ya. Soalnya kita kan mesti menghadiri undangan makan malam dari Duta Besar terlebih dahulu”, ujar saya kemudian

“Siap, tapi nanti makan malam dengan Duta Besar jangan kenyang-kenyang, biar masih ada tempat untuk menikmati teh tarik dan kuliner lainnya”, saran Yusron

Jadilah malam itu seusai menghadiri makan malam dengan Duta Besar RI di Kuala Lumpur, saya dan Yusron serta 2 (dua) orang anggota tim saya meluncur ke sebuah tempat di Jalan Ampang Kuala Lumpur.

“Nama tempatnya NZ Garden Cafe. Kafe atau kedai ini merupakan kedai mamak yang buka 24 jam”, terang Yusron mengenai NZ Garden Cafe. “Di Malaysia, istilah ‘mamak’ biasanya merujuk kepada orang India beragama Islam. Kedai mamak disukai banyak orang Malaysia karena makanan dan minumannya relatif murah”, terang Yusron lebih lanjut.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya kami tiba di Jalan Ampang Kuala Lumpur dan masuk ke sebuah restoran di Jalan Ampang yang letaknya persis di seberang Menara kembar Petronas. Menara Kembar Petronas merupakan bangunan 88 lantai (452 m) karta arsitek Cesar Pelli dari Argentina. Menara ini dibuat dari beton bertulang dengan eksterior bangunan dari besi dan kaca yang dirancang untuk mencerminkan Islam di Malaysia. (Walau ada juga yang mengatakan kalau sesungguhnya arsitektur Menara Kembar Petronas ini terinspirasi Candi Prambanan).

Santai di teras NZ Cafe Kuala Lumpur / foto Aris Heru Utomo
Santai di teras NZ Cafe Kuala Lumpur / foto Aris Heru Utomo
Kami berempat segera menempati kursi dan meja kosong di teras cafe yang baru saja ditinggalkan pengunjung. Kursi-kursi dan meja lainnya terlihat penuh diduduki anak-anak muda Kuala Lumpur bergaya modis layaknya anak-anak muda di Jakarta. Dari teras ini kita seolah sedang berada di kaki Menara Kembar Petronas dan dengan leluasa dapat memandang gemerlap keperakan Menara tersebut.

Seorang pelayan keturunan India mendatangi meja kami dan dengan sigap menyodorkan menu makanan. Terlihat beragam makanan dan minuman tertulis buku menu seperti aneka roti bakar, rujak, martabak (orang Malaysia menulisnya murtabak) dan tentu saja teh tarik. Kami memesan 4 gelas teh tarik dan 2 porsi murtabak isi daging ayam dan sapi.

Seperti sudah disinggung di awal, teh tarik merupakan salah satu minuman khas dan populer Malaysia. Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Malaysia tanpa merasakan teh tarik di tempat asalnya.

Sesuai namanya, teh tarik adalah perpaduan teh hitam panas dan susu kental yang pencampurannya tidak dilakukan secara langsung, melainkan melalui proses tarik menarik berulang kali hingga muncul busa dan suhu teh susu tidak panas lagi. Karena proses pembuatannya melalui “tarik menarik”, maka semakin ahli si pembuat teh tarik melakukan proses “tarik menarik”, maka akan semakin nikmat lah teh tarik tersebut.

Menikmati secangkir teh tarik hangat di salah satu sudut jalan utama di Kuala Lumpur sambil memandang keindahan dan kemegahan Menara Kembar Petronas memang terasa menyenangkan. Selain disajikan hangat, teh tarik juga nikmat disesap sebagai minuman dingin, Saat disajikan, terlihat warna coklat susu dan busa di permukaan gelas. Begitu disruput, sensasi kesegaran dan kehangatan teh tarik langsung terasa di lidah dan tenggorokan. Manis alami yang berasal dari susu kental langsung menempel di lidah. Begitu pun busanya yang melimpah langsung melekat di bibir.

Sambil menikmati kesegaran dan kehangatan teh tarik, kurang lengkap rasanya jika tidak menikmati penganan khas Malaysia lainnya yaitu murtabak. Murtabak atau martabak, yang berasal dari kata bahasa Arab yang berarti terlipat, yang disajikan pada NZ Cafe ini memiliki dua pilihan kandungan martabak yang ditawarkan yaitu potongan halus daging ayam atau sapi. Potongan daging tersebut diaduk menjadi satu dan dicampur telor dan bumbu dasar seperti garam dan bawang putih dan bawang merah. Tidak terlihat adanya potongan daun bawang seperti halnya di martabak telor di Indonesia.

Potongan daging ditaruh di bagian tengah adonan kulit murtabak yang sudah disiapkan di atas pengorengan datar dan lebar. Setelah potongan daging diletakkan ditengah, kulit murtabak kemudian dilipat dari empat arah hingga menutupi keseluruhan potongan daging. Setelah itu, murtabak digoreng garing pada bagian kulitnya, dengan menyisahkan basah pada bagian dalamnya.

Rasa daging ayam atau sapi di dalamnya begitu terasa, terlebih lagi dimakan dimakan dengan saus kacang (untuk murtabak isi daging ayam) atau saus kari (untuk murtabak isi daging sapi) serta potongan bawang bombay yang diiris tipis-tipis. Rasa saus kacang atau kari yang menempel pada potongan murtabak menjadi suatu kelezatan terpadu yang sangat aduhai. Cocok menjadi teman minum teh tarik.

Didukung suasana terbuka di teras cafe dan cuaca yang bersahabat, kegiatan minum teh tarik dan mencicipi kuliner murtabak menjadi kegiatan nongkrong yang sangat menyenangkan dan mengasyikan. Obrolan berjalan lancar tanpa terganggu pengamen yang hilir mudik.

Sayangnya, meski NZ Cafe berada di tempat terbuka dan strategis, tidak ada WIFI gratis yang dapat diakses pengunjung. Hal ini sangat menyulitkan pada pengunjung yang memiliki waktu terbatas di Kuala Lumpur dan tidak memiliki nomor telepon lokal.

Para pengunjung mengalami kesulitan saat akan berbagi status atau gambar di sosial media secara real time. Padahal di era sosial media dewasa ini, banyak orang yang sangat tergantung kepada akses internet murah dan ingin segera berbagi sesuatu informasi dengan cepat dan tepat serta banyak dibaca orang.

Kuala Lumpur, 10 September 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun