Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mendorong Diplomasi Lewat Film Animasi

6 April 2016   15:34 Diperbarui: 6 April 2016   20:58 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kembali ke tujuan awal penayangan film ini sebagai upaya untuk mendiseminasikan film tersebut kepada kalangan diplomat Indonesia sebagai salah satu aset diplomasi publik secara garis besar tujuan tersebut telah tercapai. Dengan sejumlah penghargaan internasional yang telah diraih dan sambutan yang baik dari masyarakat Indonesia, film ini memang layak untuk dijadikan sebagai salah satu pionir aset diplomasi lunak (soft diplomacy) Indonesia di mancanegara. Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sedemikian pesat, penggunaan film animasi sebagai alat diplomasi merupakan langkah yang sangat tepat. Penggunaan film animasi sebagai soft diplomacy bukan hanya bertujuan sebagai diplomasi budaya, tetapi juga dapat ditujukan sebagai suatu langkah diplomasi ekonomi.

Dengan harga pembuatan sebuah film animasi layar lebar yang bisa mencapai belasan miliar rupiah (untuk film Battle of Surabaya mengahabiskan dana 15 miliar rupiah) dan nilai jual di pasar internasional yang bisa mencapai jutaan dollar AS, maka sebuah film animasi yang baik juga akan menghasilkan jutaan atau puluhan juta dollar AS. Suatu harga yang fantastis dan bisa melebihi harga penjualan sebuah pesawat terbang. Karenanya jika industri film animasi terus dikembangkan di Indonesia, tidak tertutup kemungkinan bahwa film animasi akan jadi tambang emas baru dari industri kreatif.

Memahami hal tersebut, seperti dikatakan Wamenlu Fachir, Kemenlu dan Perwakilan RI di luar negeri akan mendukung penuh upaya promosi film animasi seperti Battle of Surabaya melalui tiga langkah yaitu: Pertama, ikut membantu penguatan sumber daya manusia di bidang pembuatan film animasi. Kedua, memperluas kerja sama dengan negara-negara yang telah maju teknologi pembuatan film animasinya. Ketiga, membantu pemasaran film di beberapa negara yang menjadi target tujuan.

Komitmen yang disampaikan Wamenlu Fachir seperti tersebut di atas sejalan dengan keinginan Prof Suyanto, yaitu berusaha membesarkan nama Indonesia dengan membawa film ini ke dunia. Salah satu caranya dengan membuat film dengan pola dan bahasa yang dimengerti dunia. Dan upaya menerobos pasar film animasi dunia akan lebih mudah jika para diplomat Indonesia juga turut serta aktif memasarkannya di negara di mana mereka ditugaskan.

Dan seperti dikatakan lebih lanjut oleh Prof Suyanto, “Dunia usaha atau suatu institusi di suatu negara akan lebih mudah dihubungi jika yang menghubunginya adalah wakil pemerintah atau pejabat kedutaan. Beda jika kami sendiri yang melakukan kontak langsung. Biasanya agak dipersulit.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun