Meninggalnya Ruyati binti Satubi karena dihukum mati di Arab Saudi telah menyita perhatian publik. Ruyati dihukum mati karena telah membunuh ibu majikannya (bukan majikannya seperti yang banyak beredar di media massa) yang sudah tua dan duduk di kursi roda, dengan menggunakan pisau.
Keterlambatan pemerintah dalam menangani kasus Ruyati dan ketidakberesan penanganan ketenagakerjaan di dalam negeri, yang dari namanya semestinya menjadi tugas pokok dan fungsi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menjadikan kemarahan publik memuncak. Publik pun ramai-ramai menyalahkan pemerintah yang dipandang tidak mampu menangani penempatan tenaga kerja dan memberikan perlindungan yang semestinya.
Ditengah hiruk pikuk kasus Ruyati, beredar sebuah foto yang dikatakan sebagai fotongan kepala Ruyati setelah dipancung (lengkap dengan potongan badannya). Foto ini beredar luas dari group-group Blackberry Messenger (BBM) dan juga milis-milis di internet. Di dalam isi berita BBM dan milis tersebut bunyi pesan sebagai berikut “Jenazah ibu Ruyati stlah dieksekusi hukum pancung http://xxx.jpg (alamat link saya sensor).Mari kita do’akan semoga beliau diterima di sisinya. Warning yg gak berani lihat jangan coba2 buka … “
Peredaran foto ini tentu saja membuat heboh masyarakat dan ramai-ramai mereka memperbincangkan foto tersebut. Saya sendiri tidak langsung percaya terhadap informasi tentang foto tersebut. Setidaknya ada 2 alasan kenapa saya tidak percaya: pertama, berdasarkan cerita dari para saksi mata/penonton proses eksekusi, mereka tidak diperkenankan untuk mengambil gambar/memotret kawasan di tempat pemancungan dan pelaksanaannya baik sebelum, selama ataupun sesudah peristiwa pemancungan. Kedua, secara logika, tidak mungkin pemerintah Arab Saudi memerintahkan pegawainya untuk memotret jalannya eksekusi dan sesudahnya serta membagikan hasilnya ke publik lewat internet.
Dengan alasan tersebut di atas maka saya berani menyatakan bahwa foto yang dikatakan berisi gambar kepala Ruyati yang terpenggal dan beredar di BBM dan milis adalah berita bohong alias hoax. Ketidakpercayaan saya semakin kuat setelah saya googling dan menemukan gambar serupa di internet. Gambar tersebut ternyata adalah potongan kepala salah seorang siswi sekolah di Poso yang tewas ketika terjadi kerusuhan di beberapa waktu yang lalu. Karena sadisnya gambar tersebut, maka tidak saya sertakan dalam postingan ini. Tapi kalau anda penasaran bisa cari sendiri di google.
Akhirnya sebagai seorang blogger yang cinta damai, saya hanya bisa mengharapkan agar pihak-pihak yang suka menyebarluaskan berita atau gambar bohong hendaknya menghentikan segala aksinya. Kepada anggota masyarakat yang kebetulan menerima suatu berita atau gambar, sebaiknya menahan diri terlebih dan jangan terbawa arus untuk tanpa disadari ikut-ikutan menyebarkan berita atau gambar yang belum diyakini kebenarannya. Kasihan masyarakat yang sudah lelah setiap hari dijejali dengan berita-berita politik yang simpang siur dan tidak sedikit yang penuh dengan kebohongan. Daripada memperkeruh suasana, lebih baik kita melakukan kegiatan-kegiatan positif dan mencari solusi bersama yang bisa memajukan dan mensejahterakan masyarakat dan negerikita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H