[caption id="attachment_301220" align="alignnone" width="586" caption="Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia dan WNI di Beijing usai mencoblos di TPS / foto Aris Heru Utomo"][/caption]
“Waduh, tadi gue mesti bangun pagi-pagi biar gak kesiangan tiba di KBRI. Elo tau sendiri kan, libur-libur begini paling males bangun pagi. Enakan juga tarik selimut lagi daripada mesti ke KBRI naik kereta subway”
“Kalau gue sich gak masalah bangun pagi. Tapi gue gak bisa langsung keKBRI untuk mencoblos karena mesti ke gereja. Dari gereja baru dech ke KBRI. Gak apa-apa agak kesiangan, yang penting gak terlambat dan bisa memberikan suara di TPS (Tempat Pemungutan Suara)”
“He he he kalau gue sich, selain alasan susah bangun pagi, awalnya gue emang males untuk milih. Gue masih bingung untuk milih siapa. Makanya gue datang sekitar setengah jam sebelum TPS tutup”
Begitu lah beberapa dialog singkat yang terjadi di tengah keramaian hajatan pesta demokrasi untuk memilih anggota legislatif yang diadakan di halaman KBRI Beijing, 30 Maret 2014. Sejak pukul 9 pagi, WNI di Beijing sudah mulai mendatangani 2 buah TPS yang disiapkan Panitia Pemungutan Luar Negeri (PPLN) KBRI Beijing.
PPLN sendiri adalah panitia pemilihan yang dibentuk sejak sekitar pertengahan tahun 2013 yang bertugas untuk mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilu di luar negeri dimana ketua dan anggotanya adalah wakil-wakil anggota masyarakat yang ada di suatu negara. Jadi bukan hanya terdiri dari pejabat KBRI saja.
Dengan sigap, anggota PPLN dan KPPSLN (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri) langsung mengarahkan para calon pemilih untuk mencari nama masing-masing di Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri (DPTLN) yang dipasang pada papan pengumuman di depan setiap TPS. Tercatat setidaknya terdapat sekitar 1.200an nama di DPTLN Beijing.
Setelah menemukan namanya, para calon pemilih langsung masuk ke TPS yang sudah ditetapkan untuk melapor ke KPPSLN dan mendapatkan kertas suara. TPS 1 untuk anggota masyarakat yang namanya berawalan huruf A s/d M, sedangkan TPS 2 untuk anggota masyarakat yang namanya diawali huruf N s/d Z. Usai melapor dan mendapatkan kertas suara, Ketua KPPSLN kemudian memberikan arahan singkat mengenai tata cara pencoblosan yang benar, tujuannya agar suara yang diberikan tidak rusak dan karenanya menjadi tidak sah. Setelah paham dengan cara pencoblosan, calon pemilih dipersilahkan menuju bilik suara untuk mencoblos, setelah itu memasukan kertas suara ke kotak suara yang tersedia.
Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia Soegeng Rahardjo dan istri tercatat sebagai pemilih pertama di setiap TPS. Sejak pukul 9 pagi beliau sudah hadir di TPS dengan pakaian resmi dan menunggu di kursi yang disediakan untuk para pemilih. Duta Besar Soegeng Rahardjo tercatat menjadi pemilih pertama di TPS 2 (karena namanya berawalan huruf S) dan istri beliau (ibu Aslida Rahardjo) tercatat di TPS 1 (karena namanya berawalan huruf A). Usai memberikan suaranya, Bapak Duta Besar Soegeng Rahardjo dan istri kemudian mencelupkan jari kelingkingnya ke tinta yang disediakan panitia sebagai tanda sudah mencoblos.
Menjelang siang, para calon pemilih yang mendatangi TPS semakin banyak dan petugas KPPSLN pun semakin sibuk. Calon pemilih yang baru datang secara bergantian mencari namanya DPTLN sebelum masuk ke TPS.
“Wah aku ada nich namanya dan milih di TPS 1”