Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Natal Dengan Karakteristik Tiongkok

28 Desember 2014   14:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:19 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14197272722033648505

Para anak muda tersebut pun tidak merayakan Natal bersama dengan keluarga, tetapi merayakannya bersama teman-teman atau berdua bersama pasangan dengan makan bersama di restoran bukan di rumah. Usai makan bersama, mereka tidak pergi ke gereja untuk melakukan misa, melainkan lanjut ke bioskop, karaoke, clubbing atau menyelenggarakan pesta bersama.

Natal juga menjadi suatu alasan tepat untuk berbelanja mengingat banyak penawaran diskon besar-besaran dilakukan selama musim dingin dan sebelum masuknya tahun baru Imlek pada bulan Februari, momen yang selalu ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota masyarakat di Tiongkok untuk menandai pergantian tahun dalam kalender Tiongkok dan kesempatan untuk berkumpul bersama orang tua dan keluarga besar. Musi,m penjualan menyambut tahun baru Imlek sendiri dimulai sejak pertengahan November. Dan karena Natal berada di bulan Desember, maka waktu tersebut dipandang sebagai momen yang tepat untuk melanjutkan penjualan hingga Februari.

Dan yang lebih seru, ketika CSSI menanyakan kepada para responden mengenai makna “malam kudus dan malam pertama”, banyak dari para responden yang menjawab bahwa hal tersebut terkait dengan kegiatan “memakan buah terlarang”. bersama pasangannya.

Menyikapi hal ini, professor Benoit Vermander dari Universitas Fudan di Shanghai seperti dikatakan kepada AFP, mengatakan bahwa pada hakekatnya peringatan Natal di Tiongkok tidaklah berbeda dengan peringatan hari Valentine yaitu momen, untuk berkumpul bersama teman dan sahabat, daripada momen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih.

Dan seperti halnya demokrasi di Tiongkok yang memiliki karakteristik tersendiri, maka Natal di Tiongkok juga memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan perayaan Natal di Barat. Natal di Tiongkok saat ini adalah kebersamaan dengan teman, rehat sejenak dari kesibukan akhir tahun dan belanja. Dan jangan lupa, Natal adalah bisnis besar dimana kebutuhan pernak pernik perayaan Natal sebagian besar diproduksi di Tiongkok dan diekspor ke seluruh dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun