Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Reformasi Sepak Bola Tiongkok Menuju Pentas Dunia

28 Februari 2015   19:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:21 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_353300" align="aligncenter" width="492" caption="Anak-anak mulai diajarkan sepak bola di sekolah dasr / foto Xinhua news"][/caption]

“Tiongkok mesti melatih bayi jika ingin negeri ini sukses dalam sepakbola dan menjadi salah satu yang terbaik dalam sepakbola adalah keinginan yang sangat menggebu-gebu dari seluruh anggota masyarakat,” demikian dikemukan Presiden Xi Jinping ketika memberikan persetujuan terhadap “Rencana Reformasi Sepakbola” Tiongkok pada Jumat lalu (28/02/2015).

Untuk itu melalui “Rencana Reformasi Sepakbola” diharapkan sepak bola Tiongkok meningkat pesar menjadi salah satu tim sepak bola terbaik di dunia dan menjadikan sepak bola sebagai olah raga utama di Tiongkok. Dan seperti dikatakan Presiden Xi ada tiga impian masyarakat Tiongkok di sepak bola yaitu “Tiongkok lolos ke kualifikasi Piala Dunia, menjadi tuan rumah dan menjadi juara dunia”.

Sejauh iniprestasi sepakbola Tiongkok memang masih memalukan masyarakat karena penampilannya yang buruk. Tim sepak bola nasional Tiongkok saat ini masih menduduki ranking 82 dunia. Dan meskipun pernah lolos sekali ke Piala Dunia 2002 di Jepang dan Korea Selatan, namun dalam kesempatan 3 kali bertanding di babak group semuanya berakhir dengan kekalahan tanpa pemainnya pernah mencetak satu gol pun. Sementara di tingkat Asia, prestasi terbaiknya adalah lolos ke babak perdelapan final Piala Asia 2015 sebelum disingkirkan Australia.

Selain prestasi tim nasional yang tidak menonjol, perilaku koruptif di kalangan pemain, wasit dan pengurus sepakbola masih sangat menonjol dimana skandal penyuapan dan judi sepakbola masih kerap terjadi.

Karena itu “Rencana Reformasi Sepakbola”, yang dikeluarkan pemerintah tentu saja disambut oleh masyarakat sebagai langkah peremajaan sepak bola secara menyeluruh. Rencana reformasi tersebut memperlihatkan keseriusan Pemerintah Tiongkok dalam membidik sepakbola sebagai salah satu target dari Impian Tiongkok yang mesti diwujudkan dan pada saat bersamaan menghapuskan praktik korupsi.

Untuk mewujudkan kesereiusannya, Pemerintah Tiongkok melibatkan Kementerian Pendidikan sebagai ujung tombak. Bahkan Kementerian ini yang sejak Nopember 2014 telah memasukkan sepak bola sebagai bagian dari pendidikan jasmani wajib di sekolah-sekolah dan berencana untuk membangun lebih banyak lagi akademi sepakbola.

Bersama-sama dengan Asosiasi Sepak Bola Tiongkok, Kementerian Pendidikan juga mendorong klub-klub di Tiongkok untuk merustrukturisasi sistem manajemennya agar bisa membidik calon-calon pesepakbola berbakat sejak awal dan mengintegrasikannya dengan klub profesional, amatir dan tim sekolah.

Bersama-sama dengan Nike, Kementerian Pendidikan juga mengembangkan kurikulum yang mengacu pada program-program klub sepak bola junior di Eropa. Uji coba selama 3 tahun akan dilaksanakan di Beijing, Shanghai dan Chengdu dengan mengkombinasikan pendekatan Barat dan Tiongkok. Program ini akan melibatkan 700 sekolah dasar di Tiongkok pada tahun 2015 guna memberikan kesempatan kepada para pelajar untuk mengenal teori-teori sepakbola dan latihan di lapangan seperti halnya sebaya mereka di Eropa. Filosofi dasarnya adalah membuat kurikulum yang menyenangkan sehingga anak-anak agar tetap betah di bermain bola dan tidak sekedar menjadikan murid-murid kelelahan.

Dan untuk mendorong lebih lanjut, di Beijing bakan direncanakan akan dibuat aturan yang mensyaratakan kelulusan mata pelajaraan sepak bola bagi pelajar SD sebelum yang bersangkutan melanjutkan pendidikan di sekolah menengah.

Selain menyasar pelajar SD, Kementerian Pendidikan juga menyusun kurikulum untuk para guru yang mencakup metode pengajaran untuk meningkatkan keahlian melatih sepakbola, termasuk kebugaran, teknik, nutrisi dan organisasi kompetisi. Melalui kurikulum ini diharapkan dapat dihasilkan pelatih sepak bola tingkat dasar sebagai cara mengurangi kebutuhan akan pelatih dalam jangka pendek. Targetnya, hingga tahun 2017 dapat dihasilkan pelatih sepakbola di sekolah dasar dan menengah sebanyak 20.000 orang atau meningkat 4 kali lipat dari jumlah 5.000 orang pada saat ini.

Melongok keseriusan Pemerintah Tiongkok membenahi sepak bola mulai dari sekolah-sekolah terlihat bagaimana Tiongkok memandang penting sepak bola bagi pembinaan karakter kaum mudanya dimana di dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Selain itu Tiongkok juga melihat bahwa sepak bola merupakan bisnis yang besar seperti yang terjadi di Eropa sehingga jika dapat diimplementasikan di Tiongkok dengan baik maka hal tersebut juga akan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakatnya.

Karenanya keberhasilan sepak bola di tingkat dunia merupakan suatu impian bagi bangsa Tiongkok, impian akan suatu bangsa untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya serta kuat sebagai bangsa. Dan jika Rencana reformasi sepakbola yang telah disetujui awal tahun 2015 ini dapat berjalan dengan baik dan bayi yang dilatih bisa menjadi pesepakbola tangguh, maka dalam 1-2 dekade lagi kita akan melihat sepak bola Tiongkok sebagai kekuatan besar di dunia sepak bola yang melewati Korea Selatan, Jepang atau Australia yang selama ini selalu menjadi langganan Piala Dunia.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Sabar … para pemimpin di Indonesia, termasuk pengurus sepak bolanya, masih sibuk dengan urusan politik. Nanti kalau sudah selesai berpolitik, mudah-mudahan ada waktu memikirkan dan membina sepak bola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun