Mohon tunggu...
Aris Giyanto
Aris Giyanto Mohon Tunggu... -

ARIS GIYANTO\r\nMAHASISWA TEKNIK INDUSTRI\r\nUNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA\r\nANALIST QC PT ALKINDO MITRA RAYA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan untuk Mengubah Indoneisa

26 Juli 2011   12:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:21 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini Indonesia seperti kehilangan taringnya, padahal di masa lalu Indonesia sempat membuat gentar negara-negara di dunia. Sejarah telah mencatat, bahwa Indonesia pada masa lalu merupakan Negara yang mempunyai peran yang besar dalam pergulatan dunia. Indonesia pernah menjadi pelopor gerakan non-blok, termasuk negara yang mempelopori berdirinya ASEAN, aktif dalam berbagai kegiatan PBB, dan masih banyak lainya. Artinya negara kita bukan hanya negara ecek-ecek yang tak punya kekuatan. Kita adalah negar besar yang punya segalanya, bahkan putra-putra indonesi adalah putra-putra yang selalu mendobrak mata dunia dengan berbagai prestasi yang didapatnya.

Ketika kita mau menengok ke luar, maka kita akan menemukan banyak sekali putra-putra bangsa yang menduduki jabatan bergengsi di perusahaan ataupun berbagai lembaga kelas dunia. Padahal kita sama-sama tahu bahwa pendidikan di negeri ini katanya masih terpuruk. Dalam benak saya tefikir jika dalam dunia pendidikan yang masih carut marut saja kita masih bisa mencetak putra bangsa yang begitu berkualitas lalu bagaimana nanti jika kita bisa menciptakan dunia pendidikan yang kondusif di negeri kita ini. Berapa banyak lagi generasi unggul yang dapat lahir, yang mungkin saja saat ini terganjal karena masalah mahalnya biaya pendidikan.

Kita tentu masih ingat kisah film trilogy lascar pelangi, dimana andrea mencoba menceritakan bahwa ia punya sahabat yang super jenius yang bernama lintang. Lintang yang harus meningalkan bangku sekolah karena masalah ekonomi, padahal mungkin saja ia adalah calon SDM negeri yang sekaliber dengan Eistens. Itu baru sekelumit cerita dari ribuan anak negeri ini yang harus terputus pendidikanya gara-gara masalah ekonomi. Pada hal dalam UUD 45 dikatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, tapi kenyataanya? Ironis memang.

Kita kadang terlalu sibuk iri dengan Negara maju seperti Negara-negar eropa dan AS dengan sibuk berdebat dan saling menyalahkan satu sama lain. Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa kwalitas pemegang tangkup pemerintahan negeri kita ini, masih terlalu mementingkan perutnya masing-masing. Para pengurus Negara ini belum benar-benar tulus berusaha memajukan Negara ini. Mereka masih itung-itung apakah itu menguntungkan untuk dirinya, lingkunganya, partainya dan lain sebagainya.

Kita lupa bahwa kita seharusnya banyak belajar dari negara maju terutama tentang apa yang bisa membuat mereka sampai semaju ini. Belajar dari Malaysia yang dulu pernah berada di bawah Negara kita, tentu kita teringat diera orde baru dimana malaysia jor-joran membeli para pengajar negeri ini dengan harga mahal unutk mengajar di negarnya. Mereka tahu bahwa untuk maju mereka harus memperbaiki kondisi generasi penerusnya. Beda dengan kita  yang lupa untuk mengurus dan mengorganisir generasi muda kita.

Kita lihat sekarang ini negara kita masih setengah-setengah mengurus masalah pendidikan. Melihat anggaran yang baru 20% saya fikir ini masih kurang untuk mengurus masalah pendidikan yang masih seperti ini. Ingat di Negara kita ini masih banyak gedung-gedung sekolah yang perlu diperbaiki. Jika dana ini dikucurkan tanpa pengawasan yang serius mungkin hanya akan ada berapa banyak yang benar-benar akan membantu menyambung para pelajar yang terancam putus sekolah akibat masalah ekonomi. Mungkin dana ini akan lebih banyak terfokus pada masalah perbaikan gedung dan biaya penyelengaraan pendidikan.

Jika kita lihat juga masalah sebenarnya yang membuat Negara ini lambat berkembang adalah kurangnya apresiasi pemerintah terhadap penemuan-penemuan yang didapat oleh para putra bangsa ini. Berbagai penemuan yang mungkin saja dapat menciptakan produk baru sebagai terobosan baru, terkadang harus berhenti sebatas penemuan saja tanpa adanya upaya komersialisasi dan pengembangan akibat tidak adanya penelitian lebih lanjut. Penyebabnya sangat klasik yaitu dana. Sementara kita sama-sama tahu bahwa Negara kita adalah negara yang kaya raya. Lihat saja berapa banyak mobil-mobil mewah yang berseliweran di jalan-jalan negeri ini. Presiden kita saja punya pesawat pribadi, para pejabat Negara kita saja naiknya mobil-mobil yang mentereng. Negara tidak memberikan ruang yang cukup untuk dunia penelitian dan pengembangan pendidikan.

Pendidikan bukan menjadi kebutuhan lagi tetapi menjadi sebuah hal yang wajib sebagai motor penggerak kemajuan bangsa ini. Karena bukan masalah otaknya saja yang dapat berkembang ketika seseorang bisa mendapatkan pendidikan, tapi juga cara berfikir dan sudut pandang yang juga akan berubah. Orang akan berubah cara menyelesaikan masalah ketika orang tersebut bisa melihat sudut pandang lainya dari masalah tersebut. Dan itu hanya bisa terjadi ketika seseorang mampunyai pengetahuan yang lebih, yang artinya ada transfer pengetahuan sehingga orang dapat berbuat lain dengan apa yang selama ini menjadi budayanya. Dan itu akan didapat salah satunya dengan pendidikan formal di sekolah. Seseorang yang berpendidikan tinggi juga lebih mudah diberi pengertian sehingga mudah diatur.  Intinya pendidikan adalah kunci kesuksesan negeri ini.  Tentunya pendidikan yang mengedepankan berbagai aspek kebaikan bukan hanya pendidikan yang mengabaikan moral dan nilai kebenaran. Semakin baik pendidikan warga negara kita berarti akan semakin membaik kondisi negara kita.

Oleh : Aris Giyanto.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun