Mungkin sekilas judul di atas terkesan membingungkan, tapi inilah yang sedang dihadapi oleh sebagian masyarakat kita. Terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah, termasuk kampung halaman saya. Pembangunan yang demikian pesat berkembang tentu membuat kita menganggap bahwa ekonomi kita berarti membaik. Berdirinya mega mall di kota-kota besar seolah menjadi ikon dan kebanggaan tersendiri bagi kota tersebut. Mall-mall ini dielu-elukan, masyarakat yang tinggal dikota tersebut. Akantetapi pernahkah kita menengok sedikit kebelakang apa sebenarnya yang mendukung perkembangan kota-kota besar kita ini.
Bukan saja masalah pembangunan Mall tapi pembangunan secara keseluruhan membutuhkan berbagai persiapan dan dukungan dari daerah lain. Misalnya dalam hal pengurugan lahan yang akan dijadikan lokasi. Hal ini sangat jarang disoroti oleh khalayak, mengingat jarang sekali orang memperhatikan proses pembangunan yang terjadi sejak awal. Biasanya untuk membangun sebuah bangunan kita membutuhkan permukaan tanah yang datar, agar bangunanya nanti terlihat proporsional. Lalu timbul pertanyaan, bukankah dikota sangat sulit kita mendapatkan tanah yang cukup untuk proses pengurugan lahan yang terkadang membutuhkan tanah berpuluh-puluh truck. Dari mana asal tanah ini? Jawabanya tentu dari daerah yang masih banyak lahan kosong, dan menginginkan tanahnya diambil. Dari sinilah hubungan timbal balik itu terbentuk. Disatu sisi perkotaan membutuhkan banyak tanah untuk berbagai keperluan dan di sisi lain daerah terutama daerah pegunungan ingin agar tanahnya menjadi rata agar dapat didirikan bangunan atau bisa lebih dimanfaatkan. sekilas memang ini hubungan yang saling menguntungkan. Tapi pernahkah kita melihat sisi negatif dari hubungan ini.
Akibat keinginan manusia yang terlalu jauh, kadang mereka tak lagi mengindahkan alam ini dalam mengekploitasinya. Sebagai contoh terkadang masyarakat daerah terlalu berlebihan dalam mengambil tanah mereka untuk proses pengurugan. Akibatnya lahan miring yang seharusnya dijaga betul tanamanya justru dirusak dan diambil tanahnya sesuka hati menggunakan alat-alat berat. Saya pernah menyaksikan lahan yang semula hijau subur sekarang menjadi lereng yang terjal tanpa satupun pohon yang hidup. Keadaan ini tentu sangat berbahaya bila dibiarkan begitu saja. Bukan tidak mungkin jika suatu saat terjadi hujan yang sangat lebat , lereng ini akan longsor akibat tidak adanya kanal air yang baik dan tidak adanya peresapan air hujan. Masih baik jika dibawahnya tidak dijadikan lahan pemukiman, namun apa yang terjadi jika lahan pemukiman penduduk ini terletak dibawah lereng gunung tersebut. Tentu bencana kembali menghiasi headline news surat kabar kita bukan? Selain itu masih ada juga akibat negatif yang akan dialami masyarakat kita, terutama pengguna jalan raya yang menjadi jalur yang dilewati truck pembawa tanah ini. Polusi udara oleh partikel tanah tentu akan menghiasi sepanjang jalan. mulai debu yang mengganggu pemandangan sampai adanya beberapa tanah yang jatuh yang tentu mengganggu para pengguna jalan. Sudah polusi dari asap kenalpot masih ada lagi polusi debu yang menyerang, kasian benar masyarakat kita ini.
Rasanya memang perlu adanya sosialisasi lingkungan yang baik kepada masyarakat kita, agar kesadaran mereka akan lingkungan semakin tinggi. Saya fikir kita tak bisa menyalahkan begitu saja masyarakat daerah kita yang berlaku berlebihan terhadap alam ini. Mungkin saja mereka belum mengerti benar mengenai masalah lingkungan. Kadang mereka berfikir bahwa untuk mencari uang buat makan saja susahnya minta ampun kok mau mengurusi masalah lingkungan yang memang terkesan membutuhkan pengorbanan yang besar, baik pengorbanan waktu, tenaga terlebih lagi pengorbanan dana yang sedemikian besar. Jadi memang dibutuhkan peran aktif pemerintah untuk berupaya mensosialisasikan masalah lingkungan, dan berupaya memeratakan kesejahteraan dan pembanguan agar tidak ada lagi alasan mengorbankan lingkungan demi memenuhi kebutuhan hidup. Tetapi menjadi berjalan beriringan antara pemenuhan kebutuhan dengan kesadaran merawat dan menjaga lingkungan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H