Maraknya kasus bullying di lingkungan sekolah cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, sekolah yang menjadi tempat menimba ilmu dan wadah bersosialisasi yang baik malah menjadi tempat untuk melakukan aksi yang menyimpang. Yang lebih disayangkan lagi, untuk menghentikan persoalan ini bukanlah perkara mudah. Kesehatan mental anak pun dikhawatirkan menjadi terancam, terlebih bisa menghambat tumbuh kembangnya.
Kasus bullying atau perundungan sudah seperti santapan informasi yang lumrah dikonsumsi oleh para media di Indonesia, mulai dari media koran, televisi hingga media online. Seringkali dalam berita disampaikan dari berbagai perspektif, mulai dari perspektif pihak sekolah, perspektif guru, perspektif orang tua hingga perspektif korban anak. Khususnya pada perspektif yang terakhir ini, korban selain perlu berhadapan dengan trauma nya, juga berhadapan dengan awak media.
Perilaku bullying bukanlah perkara remeh. Ini adalah suatu tindakan mengintimidasi seseorang melalui sikap, tindakan dan perkataan. Jadi perilaku ini tidak terbatas pada kekerasan secara fisik saja, tetapi juga menyerang psikis. Gosip, mengejek hingga pengucilan adalah salah satu contoh tindakan mengintimidasi yang bisa menyerang psikis orang.
Tentunya perilaku bullying ini bisa membuat anak merasa tidak nyaman. Dan tanpa disadari, kesehatan mental anak bisa terganggu. Berikut adalah beberapa pengaruh bullying yang bisa mempengaruhi kesehatan mental anak:
1. Perasaan Kecemasan Hingga Depresi
Korban bullying anak akan merasa tertekan secara terus menerus hingga mengakibatkan gangguan psikosomatis atau keluhan fisik akibat tekanan pikiran dan batin.
Anak yang menjadi korban bullying sering mengalami gejala psikosomatis akibat cemas. Contohnya merasa sakit perut dan pusing saat hendak ke sekolah padahal kondisi fisiknya tidak bermasalah.
2. Tidak Percaya Diri
Salah satu tanda akibat bullying terhadap kesehatan mental ialah anak akan menjadi tidak percaya diri seperti biasanya, merasa rendah diri dan merasa dirinya tidak berharga di mata orang lain. Hal ini bakal menganggu kemampuan bersosialisasi anak bahkan ketika telah berusia dewasa.
3. Suka Menyendiri
Korban bullying secara perlahan akan menarik diri dari segala kehidupan sosial dan mengurung diri. Ia akan menghindari hubungan dengan teman atau orang lain, bahkan bisa menghindari keluarganya sendiri. Perasaan trauma ini yang sulit dihadapi, tetapi juga sang korban tidak tahu harus membicarakannya kepada siapa. Artinya, korban tidak percaya kepada siapapun.
4. Memiliki Keinginan Bunuh Diri
Pengaruh bullying terhadap kesehatan mental anak yang cukup berbahaya dan tidak boleh disepelekan. Anak yang mengalami bullying dapat mengalami depresi yang tak berujung hingga memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. Walaupun itu hanya candaan saja ketika sedang mengobrol bersama seseorang, jangan dianggap remeh.
Itulah dampak kesehatan mental anak akibat bullying, khususnya bila terjadi di sekolah. Topik tentang kesehatan mental terkadang tidak dipahami atau diabaikan oleh sebagian orang tua. Padahal, kesehatan mental anak bisa mempengaruhi kehidupan mereka ketika telah beranjak dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H