Idul fitri merupakan sebuah momentum istimewa bagi mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam. Mereka menyambut dan merayakannya dengan penuh kebahagiaan dan suka cita. Berbagai tradisi lokal dan nasional di seantero nusantara tercinta ini turut meramaikan momentum istimewa tahunan ini. Selain tradisi nasional mudik yang membuat banyak pihak sibuk, tradisi urbanisasi juga merupakan sebuah tradisi yang turut mengundang perhatian banyak pihak. Permasalahan kependudukan, perekonomian, lingkungan, dan lain sebagainya merupakan topik serius yang menjadi pembahasan di level nasional terkait dengan tradisi urbanisasi, khususnya pada pasca idul fitri.
Kamus Besar Bahasa Indonesia versi daring mendefinisikan urbanisasi sebagai proses perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan). Betapa banyak saudara-saudara kita melakukan urbanisasi pasca Idul Fitri setiap tahunnya. Biasanya mereka akan ikut menuju kota bersama family, handai tolan yang telah lebih dahulu menjadi kaum urban.
Terlepas dari berbagai faktor yang melatarbelakanginya, ada satu harapan besar kaum urban dengan menjalani kehidupan barunya di kota, yaitu dapat memperbaiki nasib, terutama nasib perekonomiannya. Sepertinya harapan besar kaum urban ini tidak dapat dibendung. Berbagai pihak dengan berbagai upayanya menekan tingkat urbanisasi, namun tidak dapat meredam harapan besar yang ada di setiap hati dan pikiran para kaum urban. Â
Berbicara mengenai nasib perekonomian, memang merupakan harapan dari setiap individu untuk dapat memperbaikinya. Karena telah tertanam dalam mindset mereka bahwa dengan perbaikan ekonomi, kebahagiaan hidup akan terwujud. Selain itu, dengan cerita-cerita indah dari para kaum urban terdahulu, dan ditambah dengan pemberitaan serta siaran televisi yang banyak mengekspos sisi-sisi indah kehidupan di kota, membentuk sebuah mindset bahwa kota merupakan satu-satunya tempat yang dapat mewujudkan perbaikan ekonomi. Sehingga dengan mindset tersebut, para kaum urban tidak dapat berpikir panjang dan mendalam sebelum melakukan urbanisasi.
Melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan beberapa pesan kepada saudara-saudaraku tercinta yang berniat untuk melakukan urbanisasi. Saudara-saudaraku sekalian yang tercinta, sebelum Anda melakukan urbanisasi, perhatikan dan renungkan beberapa pesan berikut ini;
1. Bersyukurlah atas segala fasilitas kehidupan yang telah diberikan oleh Allah SWT, termasuk profesi yang sedang dijalani saat ini, yang menjadi titian rezeki selama ini. Menjalani kehidupan untuk mencari penghidupan di desa maupun di kota itu sama saja, karena Allah SWT menebarkan rezeki tidak hanya terbatas di daerah-daerah tertentu. Dia tidak hanya menurunkan rezeki hanya untuk manusia yang hidup di kota. Melainkan Dia adalah Dzat yang Maha Pemberi Rezeki kepada orang-orang yang mau berusaha dengan gigih dimanapun dia berada, di desa maupun di kota.
Allah SWT berfirman dalam Surat al-Jumu'ah ayat 10 yang artinya lebih kurang: "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk mencari rezeki dan usaha yang halal), dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung".
Allah SWT memberikan rezeki tidak digantungkan pada lokasi dimana seseorang berada, namun rezeki Allah SWT digantungkan pada kualitas usahanya dan tingkat keimanan dan ketakwaannya. Walaupun seseorang hidup di kota, namun kualitas usahanya tidak sungguh-sungguh dan tidak dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, mustahil rasanya akan mendapatkan kehidupan yang layak. Dan sebaliknya seseorang yang hidup di desa, namun dengan usahanya yang gigih dan tingkat keimanan dan ketakwaan, kehidupan yang layak dan berkecukupan akan mudah diraihnya. Dengan demikian, masalahnya bukan terletak pada dimana seseorang mencari penghidupan, melainkan sejauhmana kualitas tingkat keseriusan dan kegigihan usaha yang dilakukannya, serta keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya.
2. Pada hakikatnya tidak ada suatu profesi itu lebih unggul atau lebih bergengsi dari profesi lainnya. Bukan berarti bekerja di kantor itu lebih unggul atau lebih bergengsi dari pada bekerja di desa sebagai petani atau nelayan. Seluruh profesi itu sama nilainya, sama-sama berpotensi menjadi titian rezeki menuju perbaikan nasib ekonomi, asalkan dijalani sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, dengan penuh kesungguhan dan cinta, serta dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Artinya meyakini profesi yang dijalani itu sebagai sebuah kewajiban, wujud penghambaan (ibadah) kepada Allah SWT, dan menjalani profesi dengan penuh kehati-hatian karena apapun yang dilakukan, dimanapun dan dalam kondisi apapun tidak luput dari pengawasan Allah SWT. sehingga dalam menjalani profesinya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, baik yang ditetapkan oleh instansi atau tempat menjalani profesinya, terlebih ketentuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.Â
Selain itu menjalani profesinya tanpa dicampuri dengan perilaku-perilaku yang tercela, melakukan kecurangan, merugikan orang lain, atau perilaku tercela lainnya. Semua itu dilakukan semata-mata hanya untuk mendapatkan ridho Allah SWT, karena dengan ridho tersebut akan terwujud sebuah kebahagiaan yang melebihi dari hanya sekedar mendapatkan materi yang berlimpah. Bahkan dengan ridho tersebut berbagai urusan/problem dunia, termasuk masalah materi akan sangat mudah teratasi.
Coba perhatikan dalam fenomena kehidupan di masyarakat, betapa banyak orang yang berprofesi yang menurut mayoritas kalangan dianggap tidak bergengsi, bahkan dianggap rendah, seperti; petani, nelayan, dan pedagang. Dimana profesi mereka dianggap tidak dapat memberikan penghidupan yang layak, namun dalam kenyataannya mereka dapat hidup dengan tenang dan bahagia, dapat membiayai pendidikan anak-anaknya sampai jenjang perguruan tinggi, dan menghantarkan anak-anaknya menuju kesuksesan, dapat menunaikan ibadah haji dan/atau umroh, bahkan memiliki materi lebih dari mereka yang berprofesi yang dianggap bergengsi, seperti; PNS atau pekerja kantoran lainnya.
Dan tidak sedikit dari mereka yang menjalani profesi yang dianggap bergengsi, sebagai PNS atau pekerja kantoran lainnya di kota, namun tidak jarang dari mereka tidak menemukan ketenangan dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Selalu dihinggapi rasa kurang akan materi. Jangankan untuk menunaikan ibadah haji dan/atau umroh, untuk memenuhi kebutuhan rutin pun harus dengan melakukan usaha ekstra. Fenomena tersebut terjadi, selain karena kebutuhan hidup di kota yang begitu tinggi, ditambah dengan harus memenuhi kebutuhan gengsi karena terpengaruh oleh gaya hidup lingkungan perkotaan.
Dengan demikian, jangan berpikiran bahwa dengan menjalani kehidupan di desa, berprofesi sebagai petani, nelayan, berdagang, ataupun berprofesi yang dianggap tidak bergengsi, menutup jalan menuju kehidupan yang layak dan kebahagiaan dan ketenangan hidup, karena ketercapaian perbaikan nasib ekonomi menuju kebahagiaan tidak terletak pada kemasan sebuah profesi, namun semua itu terletak pada bagaimana cara menjalani profesi tersebut.
3. Jalani profesi yang saat ini sedang dijalani dengan tekun, ulet, dan penuh kesungguhan, serta dengan penuh keikhlasan. Apabila ingin menjalani kehidupan yang baru, dengan beralih pada profesi lain, pastikan terlebih dahulu profesi baru tersebut sesuai dengan minat, potensi, dan kompetensi yang dimiliki. Jangan beralih profesi hanya karena motif ikut-ikutan, ataupun hanya karena tergiur dengan nominal penghasilan sebuah profesi. Karena apabila menjalani sebuah profesi hanya karena motif ikut-ikutan, dan tergiur dengan nominal penghasilannya, tanpa didukung dengan minat, potensi, terlebih kompetensi, yakinilah bahwa semua itu tidak akan berjalan dengan lancar dan sukses.
Kemudian, apabila minat terhadap sebuah profesi, dan potensi mendukung, namun tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalani profesi tersebut, bekali diri terlebih dahulu dengan mengikuti pendidikan, kursus, pelatihan ataupun yang sejenisnya. Namun tetap berniatlah untuk meningkatkan kualitas diri, jangan hanya semata-mata untuk mengejar dan mendapatkan profesi yang diinginkan. Karena apabila mengikuti pendidikan, kursus, pelatihan dan lain sebagainya hanya sekedar untuk mengejar dan mendapatkan sebuah profesi, belum tentu di kemudian hari, profesi yang diinginkan akan didapatkan. Yang ada hanyalah sebuah kekecewaan yang akan menghampiri, apabila profesi yang diharapkan tidak didapatkan setelah menghabiskan waktu, pikiran, dan tenaga untuk mengikuti pendidikan, kursus, pelatihan atau yang sejenisnya. Namun, apabila semuanya diniati untuk meningkatkan kualitas diri, tentunya kualitas diri akan meningkat, dan yakini bahwa kualitas diri dengan sejumlah kompetensi yang dimiliki akan bermanfaat bagi diri sendiri dan banyak orang, bahkan bisa jadi profesi yang diharapkan juga akan didapatkan.
Selain meningkatkan kompetensi diri untuk beralih pada profesi baru yang diinginkan, tetaplah selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, bermunajat, berdoa, memohon petunjuk dan bimbingan agar selalu diberikan sesuatu yang terbaik menurut-Nya di dalam menjalani kehidupan ini. Karena belum tentu yang seseorang harapkan atau inginkan itu adalah yang terbaik untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan agamanya. Namun sesuatu yang terbaik menurut Allah SWT, tentu itu merupakan yang terbaik untuk dirinya, keluarga, masyarakat, dan agamanya. Sehingga dengan menjalani sesuatu yang terbaik menurut Allah SWT dalam kehidupan ini, seseorang akan menjalaninya dengan penuh kebahagiaan, keberkahan, kemanfaatan, dan pastinya akan mendatangkan kebaikan untuk dirinya dan banyak orang.
4. Berkaryalah selalu dimanapun berada dengan segala sesuatu yang kita miliki. Bukan berarti dengan keberadaan di desa menjadi penghambat untuk berkarya. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada di desa, jadikan sebagai motivasi untuk berkarya demi kemajuannya, yang tentunya akan mendatangkan manfaat bagi diri sendiri.Berkarya di desa akan sangat lebih berarti bagi kehidupan khalayak banyak. Dapat melakukan sesuatu dan berkarya di desa merupakan sebuah karya besar dalam hidup ini, karena desa sangat membutuhkan sentuhan-sentuhan karya putra daerahnya untuk kemajuan kampung halamannya, yang nota benenya telah banyak ditinggalkan oleh putra daerahnya melakukan urbanisasi.
Sadarilah bahwa selama ini sekecil apapun karya putra-putra daerah di kampung halamannya dalam berbagai bidang, baik pertanian, perkebunan, perikanan, perdagangan, ataupun bidang-bidang lainnya telah memberikan kontribusi besar terhadap kemajuan negara yang kita cintai ini.
Pesan ini saya sampaikan sebagai wujud cinta yang mendalam kepada saudara-saudaraku sekalian, agar kita semua meraih kesuksesan dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan di dunia ini, dan di akhirat kelak nanti, dan pesan ini disampaikan bukan semata-mata karena saya saat ini sedang dalam kondisi yang sukses atau sedang menjalani profesi bergengsi menurut banyak orang, sehingga dengan mudahnya saya menyampaikan pesan-pesan tersebut. Namun sebelum saya dalam kondisi saat ini, saya pun cukup lama pernah menjalani kehidupan yang penuh dengan kesusahan dan kepedihan, bahkan semua itu saya awali dengan proses hijrah dari kota ke desa untuk memulai sebuah kehidupan baru.
Dan setelah saya menjalani dua kehidupan tersebut, saya menyimpulkan bahwa profesi hanyalah salah satu titian untuk mencapai sebuah kesuksesan dan kebahagiaan. Namun terkadang kita banyak terpesona dengan sebuah profesi tertentu yang sebenarnya hanyalah sebuah kemasan, yang belum tentu dengan keindahannya akan mendatangkan sesuatu yang substansial yang kita harapkan dan butuhkan. Carilah dan kejarlah sesuatu yang substansial dalam kehidupan ini, tanpa terpesona dengan keindahan kemasannya.
Semoga pesan ini bermanfaat bagi kita semua, dan semoga Allah SWT senantiasa membimbing dan memberikan yang terbaik bagi kita semua dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Aamiin ya Robbal'alamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H