Mohon tunggu...
Aris Dwi Kurniawan
Aris Dwi Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh - Mahasiswa Program Studi Administrasi Bisnis STIAMAK Barunawati Surabaya

Mari Menebar Kebaikan ~Rahayu~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Anak Rantau

16 Oktober 2020   20:57 Diperbarui: 16 Oktober 2020   21:01 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: clipartmax.com, diolah oleh penulis

Kali ini saya akan berkisah tentang kehidupan saya pribadi di perantauan, tepatnya di sebuah kota yang besar yaitu kota Surabaya. ini merupakan suatu hal yang baru bagi saya dimana sejak dua tahun yang lalu tepatnya awal januari 2018 saya memutuskan untuk pergi merantau, selain ingin hidup mandiri saya juga ingin menambah pengalaman saya belajar suatu hal yang baru bagi hidup saya yang mungkin akan bermanfaat bagi saya untuk masa yang akan datang.

Diawali oleh sebuah pembicaraan saya bersama paman saya supaya bekerja diluar kota agar saya bisa menjadi pribadi orang yang tangguh,mandiri, tidak bergantung pada orang tua. Kebetulan waktu itu ada sebuah lowongan pekerjaan di Surabaya tepatnya dilingkup pelabuhan di sebuah PT.TANJUNG EMAS DAYA SEJAHTERA saya mencoba untuk mengikuti proses melamar di PT tersebut. Tahap demi tahap saya lalui dan akhirnya pada bulan februari saya diterima bekerja di sana. Alhamdulillaah.. ucap syukur saya, bisa mendapatkan pekerjaan.

Saya bekerja di PT.TANJUNG EMAS DAYA SEJAHTERA ini sudah cukup lama, mulai 2018 sampai sekarang. Disini saya digaji dengan upah UMR yaitu sebesar RP 4.200.000 per bulan. Cukup besar bagi saya anak rantau dari desa. Saya berasal dari desa di sebuah kota kecil yaitu kota Kediri.

Di Surabaya saya tidak hanya merantau bekerja mendapatkan uang lalu uang itu saya gunakan sendiri secara pribadi. Sebagai seorang anak kedua dari dua bersaudara saya juga ikut membantu kebutuhan orang tua saya di desa, ya walaupun orang tua saya juga bekerja. Kebutuhan saya disini cukup terbilang besar, apalagi setelah saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah disebuah kampus STIAMAK.

Dalam satu bulannya pengeluaran rata-rata saya sekitar Rp 3.500.000. iya cukup besar bagi saya, namun itu semua harus saya penuhi tiap bulannya. Dimana ada pengeluaran kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder dan kebutuhan yang tak terduga.

Sumber: clipartmax.com, diolah oleh penulis
Sumber: clipartmax.com, diolah oleh penulis
Pengeluaran kebutuhan pokok saya berupa bayar sewa penginapan/kost: Rp 350.000 biaya makan perhari sekitar Rp 25.000. kemudian biaya beli air minum gallon sekitar 2kali pembelian per bulan yaitu Rp40.000. Alhamdulillah di kantor saya bekerja juga mendapatkan makan 1kali, cukup membantu bagi saya. Terbilang lumayan juga karena kalau makan diluar terus ya bisa tekor juga.

Di sini saya juga menyisihkan sedikit uang saya untuk orangtua saya di kampung yaitu kurang lebih Rp500.000 terbilang sedikit, tapi ya mau gimana lagi… kata orang tua saya juga tidak apa apa. Mereka juga mengerti kebutuhan saya diluar kota. Dalam perbulan saya juga mengeluarkan uang bahan bakar untuk kendaraan bermotor saya

Pengeluaran kebutuhan sekunder saya berupa biaya angsuran motor dan biaya pembayaran spp kuliah, kalau ditotal ya sekitar Rp 1.450.000. karena saya sebelumnya tidak mempunyai kendaraan sendiri. Akhirnya ya saya ambil kredit motor supaya saya ini bisa kemana mana. Dan tidak bingung saat ingin pergi pulang kampung.

Pengeluaran kebutuhan lain-lain. Inilah pengeluaran yang menurut saya juga banyak, seperti kebutuhan ketika saya pulang kampung, ketika nongkrong sama teman-teman, kebutuhan pembayaran kuota internet, kebutuhan mandi dan mencuci seperti pembelian peralatan mandi dan sabun cuci pakaian. Belum lagi kebutuhan pembelian buku-buku saat kuliah, walaupun masih kuliah daring namun juga membutuhkan buku serta alat tulis.

Dalam semua pengeluaran saya diatas, saya juga harus mempunyai tabungan uang untuk keperluan yang bersifat urgen. Kalau misal saya sedang sakit, keluarga sedang ada kebutuhan mendadak yang bersifat sangat urgen dan penting.

Begitulah sedikit perincian keuangan saya selama hidup merantau di kota Surabaya.

Suka duka hidup di kota orang ini ya cukup banyak, saya senang bisa mengenal banyak orang-orang baru dalam hidup saya, dukanya juga ada. Mungkin saya tidak setiap hari setiap minggu bisa melihat serta bertatap muka langsung dengan keluarga saya yang ada dikampung.

Itulah sedikit kisah saya selama saya hidup merantau di Surabaya ini… mungkin bisa dijadikan bahan pembelajaran bagi siapapun yang membaca ini. “karena tidak semua pengalaman itu harus kita alami sendiri secara langsung, kita bisa belajar dari kisah pengalaman orang lain tanpa kita harus mengalaminya secara langsung”. Terimakasih selamat membaca, semoga sehat selalu. Mari menebar kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun