Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Para Sepuh GKJ Sidomukti Salatiga, Taklukkan Puncak Gunung Prau, Lintas Jalur Dieng - Patak Banteng

14 Mei 2024   06:18 Diperbarui: 25 Juni 2024   06:50 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jarum jam menunjukkan pukul 21:15 WIB, ketika saya tiba di GKJ (Gereja Kristen Jawa) Sidomukti Salatiga, yang berlokasi di Jl. Brigjen Sudiarto no. 12. Disinilah titik kumpul pendakian kami ke Gunung Prau (kamis 9/5/2024).

Saya menerima ajakan tektok Pak Jatmiko ke Gunung Prau bersama dengan suatu komunitas pecinta alam, yang dimotori oleh jemaat GKJ Sidomukti. 

Komunitas ini hampir satu tahun terbentuk. Sebagai wadah untuk menyalurkan hobi dan passion yang sama, yaitu mencintai alam, menyukai tantangan dan olahraga.

Kegiatan rutinnya, diantaranya berenang di Pemandian Air Alam (kolam renang) Muncul dan mendaki gunung. 

Seiring dengan berjalannya waktu, anggotanya terus bertambah. Peran media sosial sangatlah besar. Postingan mereka ketika di Gunung Ungaran, Andong dan Telomoyo, memotivasi teman-teman mereka untuk turut bergabung. Ternyata, menjadi tua, tidak selalu identik dengan lemah fisik dan sakit-sakitan.

Aktivitas pendakian gunung tentulah membutuhkan stamina yang prima. Modal semangat saja tidaklah cukup. Persiapan fisik sebelum melakukan pendakian sangatlah penting. 

Pak Jatmiko (60) beserta istri melakukan olahraga lebih intensif lagi sebelum pendakian ke Gunung Prau. Tanjakan terjal ke arah Perumahan Tegalrejo Permai Salatiga, menjadi menu utama jalan pagi mereka. Sedangkan Mbak Estu (60) dan Bu Trisilowati (62), disiplin menjaga kebugaran fisik mereka di Kolam Renang Muncul.

Komunitas pecinta alam ini terbuka untuk warga diluar jemaat GKJ Sidomukti Salatiga yang ingin bergabung, karena moto mereka adalah: "Marilah kita sehat bersama-sama di usia tua."

Setelah packing barang dan semua kebutuhan pendakian ke bagasi mobil, Pak Teguh memimpin doa untuk keselamatan kami selama perjalan dan pendakian ke Gunung Prau.

Pukul 22:05 kami memulai perjalanan dari Salatiga. 17 peserta, yang terdiri dari 10 wanita dan 7 pria, dibagi ke dalam dua kendaraan, Toyota Avanza dan Hiace. 

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam, melalui jalan pintas, yaitu tanjakan terjal berkelok di kebun teh Tambi, akhirnya kami tiba di Basecamp Dieng. Suhu udara pegunungan yang dingin langsung menyambut kami ketika keluar dari kendaraan.

Basecamp Dieng berada di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Suasana malam di basecamp, didominasi oleh kendaraan roda dua yang diparkir. 

Kami akan melakukan pendakian lintas jalur. Naik dari Basecamp Dieng  lalu turun di Patak Banteng. Kedua kendaraan yang mengangkut kami segera dipindahkan ke Patak Banteng.

Sambil menunggu pendakian dimulai, saya berbincang dengan peserta pendakian yang paling sepuh (tua), yaitu Pak Darman (72). Inilah tips sehat dan bugar beliau: Selalu mendengarkan sinyal yang diberikan tubuh. Jika haus minumlah, jika lapar makanlah, jika mengantuk tidurlah, dan jika merasa lelah beristirahatlah. Sangat menginspirasi sekali.

Pak Darman (dokumentasi pribadi)
Pak Darman (dokumentasi pribadi)

Gunung Prau berada di dataran tinggi Dieng yang memiliki ketinggian 2.590 mdpl. Puncaknya berupa bukit-bukit dan sabana luas memanjang dari barat ke timur. Gunung ini merupakan tapal batas wilayah empat kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Wonosobo, Kendal, Temanggung, dan Kabupaten Batang (id.wikipedia.org).

Basecamp - Pintu Langit 

Pukul 01:40 pendakian kepuncak Gunung Prau pun dimulai. Namun terlebih dahulu kami mengabadikan momen spesial ini di depan gapura pendakian. Indahnya kebersamaan sangat terasa disini.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Kami berjalan melalui jalan setapak ditengah kebun warga. Trek masih datar berupa tanah yang masih basah. Cahaya lampu dari senter dan headlamps menerangi jalan kami.

Ketika menoleh ke belakang, kerlap kerlip cahaya lampu di kejauhan terlihat sangat indah. Menandakan keberadaan kami saat ini ada pada elevasi yang cukup tinggi.

Disepanjang pendakian, sorot lampu dari headlamp yang terpasang di kening, sesekali saya arahkan ke tanaman kentang yang tumbuh subur di kebun warga.

Mendaki gunung bisa untuk mengetes seberapa kuat stamina kita. Jika merasa kurang, bisa ditingkatkan intensitas latihan olahraganya.

Yoga menggabungkan serangkaian gerakan tubuh (asana), olah nafas dan relaksasi, kalau dilakukan secara rutin akan meningkatkan kelenturan dan kekuatan otot-otot tubuh. Sebagai praktisi yoga yang rajin berlatih di sanggar, Mbak Ayu mencoba menguji kekuatan otot-otot kakinya dengan mendaki Gunung Prau tanpa menggunakan trekking pole (tongkat).

Pukul 02:00 kami sampai di Pintu Langit. 

Pintu Langit (dokumentasi pribadi)
Pintu Langit (dokumentasi pribadi)

Pintu Langit - Pos 1

Trek dari Pintu Langit menuju ke Pos 1 masih landai. Kalaupun ada tanjakan tak bikin nafas ngos-ngosan. Pukul 02:10 kami sampai di Pos 1. 

Pos 1 (dokumentasi pribadi) 
Pos 1 (dokumentasi pribadi) 

Pos 1 - Pos 2

Uji stamina dimulai dari Pos 1 menuju ke Pos 2. Trek cenderung menanjak. Saya yang awalnya kedinginan pun terpaksa melepas jaket. Keringat mulai keluar dari pori-pori kulit. Setelah melepas jaket, mendaki terasa lebih nyaman. Pukul 03:00, rombongan terakhir sampai di Pos 2.

Pos 2 (dokumentasi pribadi) 
Pos 2 (dokumentasi pribadi) 

Pos 2 - Pos 3

Mendaki gunung pada dini hari pada kondisi gelap, perlu ektra hati-hati. Karena terkadang kita tak melihat ada akar pohon yang menonjol. 

Saya pun sempat tak melihat disebelah kanan longsor, hanya berjarak 1 meter dari saya. Lengah sedikit, alamat masuk jurang dan bisa berpindah alam. Kalau tidak salah lokasinya menuju ke Pos 3. 

Tak terasa kami sudah berada di Pos 3. Saat ini pukul 04:00.

Pos 3 (dokumentasi pribadi) 
Pos 3 (dokumentasi pribadi) 

Pos 3 (dokumentasi pribadi)
Pos 3 (dokumentasi pribadi)

Pos 3 - Puncak Gunung Prau 

Pendakian ke puncak Gunung Prau via Dieng hanya ada 3 pos. Setiap pos yang kami lalui tidak ada shelter. 

Dari Pos 3 ke puncak, treknya sepertinya tidak jauh berbeda seperti sebelumnya, masih menemui tanjakan, namun dalam tingkat kesulitan yang wajar.

Pukul 04:55 semua anggota pendakian sudah berada di puncak Gunung Prau. Selamat buat Bu Wiwiek (62). Inilah gunung pertama yang beliau daki.

Dokumentasi pribadi 
Dokumentasi pribadi 

Cukup lama kami menghabiskan waktu di puncak Gunung Prau. Mas Joko sibuk memasak air untuk menyeduh kopi dan Pop Mie. Kami beristirahat sambil menikmati sarapan, dan cuaca pagi ini cerah berawan.

Ketika sudah benar-benar terang, saya bisa melihat indahnya sabana, bukit teletubbis, Gunung Sindoro, Sumbing, Telaga Warna dan Pengilon.

Gunung Prau (Dokpri)
Gunung Prau (Dokpri)

Menuju ke Sunrise Camp 

Sekitar pukul 07:10, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Sunrise Camp. Setelah cukup istirahat, tubuh kami kembali bugar.

Selama pendakian kami bertemu dengan pendaki lain yang jumlahnya cukup banyak. Gunung Prau selalu ramai dengan pendaki. Apalagi selama long weekend ini.

Kami melewati sabana Gunung Prau dengan rangkaian bukit di kanan kiri kami. Sungguh panorama yang sangat mengagumkan. Itulah Bukit Teletubbies yang menjadi salah satu daya tarik Gunung Prau.

Di Telaga Wurung kami hanya menjumpai beberapa tenda yang didirikan, namun di Sunrise Camp telah dipenuhi tenda.

Dokpri 
Dokpri 

Dokpri
Dokpri

Dokpri 
Dokpri 

Dokpri
Dokpri

Sunrise camp (dokpri)
Sunrise camp (dokpri)

Turun ke Basecamp Patak Banteng

Sebelumnya, saya sudah pernah solo tektok ke puncak Gunung Prau via Patak Banteng lewat jalur lama. Namun kami memilih turun melalui jalur baru yang landai. Jalur pendakian baru ini dibuka beberapa bulan yang lalu.

Sepanjang perjalanan turun kami sungguh sangat menikmati alam pegunungan yang indah. Treknya masih berupa tanah. Terkadang ada batuan kecil. Sebelah kiri jurang. Konsentrasi wajib dijaga. 

Ketika menuruni trek ini, saya bisa melihat kawasan wisata Dieng Plateau, seperti Telaga Warna, Telaga Pengilon dan Kawah Sikidang. Terlihat cantik dari ketinggian.

Gunung Prau (dokpri)
Gunung Prau (dokpri)

Jalur Baru dan Jalur Lama bertemu di Pos 2 yang bernama Canggal Walangan. Pos 2 ini berada pada ketinggian 2.225 mdpl.

Singkat cerita, kami akhirnya sampai di Basecamp Patak Banteng. Jarum jam menunjukkan pukul 10:30. Puji Tuhan, pendakian kami berjalan dengan lancar dan selamat. 

Video pendakian kami bisa ditonton di bawah ini. Adiyuswa GKJ Sidomukti Salatiga tektok Gunung Prau (durasi 2,5 menit).


Penutup

Terima kasih buat mbak, mas, bapak dan ibu semuanya yang tergabung dalam pendakian Gunung Prau lintas jalur Dieng - Patak Banteng ini. Jika ada tutur kata dan sikap saya yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.

Selamat Ulang Tahun yang ke 72 buat Pak Darman. Maaf kami tidak tahu bahwa panjenengan berulang tahun pada hari pendakian, dan mendapatkan hadiah sepatu dari orang yang tak dikenal. Semoga sehat dan bahagia selalu Pak Darman. Tuhan memberkati kita semua.

Pak Darman mendapat hadiah sepatu dati orang yang tak dikenal (sumber gambar: grup WhatsApp pendakian gunung)
Pak Darman mendapat hadiah sepatu dati orang yang tak dikenal (sumber gambar: grup WhatsApp pendakian gunung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun