Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Sambut Tahun 2024 dengan Solo Tektok ke Puncak Alap-Alap Gunung Andong 1.692 MDPL, Jalan 54 Menit

12 Januari 2024   15:57 Diperbarui: 19 Januari 2024   05:42 3096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Merbabu dan Merapi (dokpri)

Gunung Andong nampaknya masih akan tetap menjadi favorit para pendaki untuk dijelajahi di tahun 2024 ini. 

Dua basecamp pendakian Gunung Andong yang populer, yaitu via Dusun Sawit dan Pendem, masih cukup ramai disinggahi pendaki walaupun di musim hujan. Keduanya terletak di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Gunung Andong memiliki tiga puncak, yaitu puncak Andong 1.726 MDPL, puncak Alap-Alap 1.692 MDPL dan puncak Makam. 

Walaupun Gunung Andong bukan gunung yang tinggi, namun persiapan fisik perlu dilakukan, agar pendakianmu jadi menyenangkan, serta mengurangi resiko cedera. Dan sebelum berangkat mendaki gunung, perut juga wajib diisi dengan makanan sumber energi sehingga tubuh tetap fit selama pendakian.

Bulan Januari sudah memasuki musim hujan. Jalur pendakian tentunya basah dan licin. Kamu harus berhati-hati ketika trekking ke puncak. Kenakan sepatu gunung yang nyaman dan gunakan trekking pole. Alat bantu berupa tongkat ini membantu keseimbanganmu ketika mendaki.

Hari Sabtu pukul 06:15 WIB saya tiba di Basecamp Pendem, bersiap melakukan solo tektok. Namun terlebih dahulu saya melakukan registrasi di Pos yang berada di lokasi parkir. Total membayar Rp. 25.000 sudah termasuk parkir sepeda motor.

Sebelum mendaki, terlihat sekelompok anak muda, laki dan perempuan berfoto dahulu di depan gapura yang diatasnya bertuliskan "Pendakian Gunung Andong via Basecamp Pendem Andong Jaya."

Dokpri 
Dokpri 

Sebelum memulai pendakian, suatu keharusan bagi saya untuk melakukan peregangan guna melenturkan otot-otot kaki, sehingga kaki ringan untuk melangkah, dan terutama untuk menghindari cedera. Kalau berdoa, saya sudah melakukannya di rumah sebelum berangkat.

Jalan paving yang semakin lama semakin menanjak menjadi medan awal pendakian. Pendakian sebelumnya, pernah saya tergesa-gesa ingin cepat mendaki tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu, dan baru berjalan sebentar di trek yang sedikit menanjak ini, nafas saya mulai ngos-ngosan karena kaki masih kaku dan terasa berat tuk melangkah.

Sebelum memasuki hutan bambu, di kanan kiri berupa ladang warga desa yang ditanami beragam tanaman sayuran, seperti cabai, tomat, kol dan lainnya. 

Sebentar berjalan, saya sudah berada di hutan bambu. Saya berjalan mendahui rombongan anak-anak muda tadi yang ternyata dari Magelang. 

Hutan bambu tak terlalu luas. Setelah melewati hutan bambu, ada bangku bambu. Bisa buat duduk, namun tak pernah saya lihat ada pendaki yang duduk disitu. Di sini ada jalur percabangan, ke arah kiri (selatan), nanti bertemu dengan jalur pendakian dari Basecamp Sawit. 

Saya berjalan lurus kearah barat, sedangkan kelompok anak-anak muda tadi lewat jalur persimpangan ke arah selatan. Saya pernah melewati jalur tersebut, treknya tak seberat yang akan saya lalui ini.

Pendakian kali ini merupakan pendakian saya ke puncak Gunung Andong yang ke 6 kalinya. Saya sudah pernah mencoba seluruh jalur pendakian, termasuk jalur sepi via Gogik. 

Jalur pendakian via Pendem tidak terlalu ramai, dan hutan pinusnya lebih indah dan rapat, sehingga lebih asri dan sejuk. Faktor inilah yang saya sukai. Dan trek nanjaknya lebih menantang dibandingkan yang via Sawit.

Pos 1 yang dinamakan Kenongan berupa shelter berada di hutan pinus. Pos selanjutnya yaitu Pos Grujugan. Disini ada sekitar 14 anak remaja laki perempuan siswa SMA dari Semarang. Mereka sedang beristirahat, dan nampak agak malu ketika saya yang sudah tua masih kuat terus berjalan. Tak terasa saya akan memasuki usia ke 53 tahun.  

Menurut saya, usia muda tidak menjamin seseorang akan kuat mendaki gunung jika tidak terbiasa melakukan olahraga aerobik. Di Youtube video,  mbah Man (70),  masih kuat tektok gunung Sindoro. Yang terpenting bagaimana seseorang disiplin dalam menjaga kesehatan. Dengan cukup istirahat, menjaga pola makan sehat, rajin berolahraga, dan bisa mengelola stres dengan baik.

Pos Grujugan (dokpri)
Pos Grujugan (dokpri)

Tak jauh dari Pos Grujugan, ada bonus berupa trek yang landai. Bagi pendaki ini sangat berarti sekali. Bisa untuk mengatur nafas dan meredakan otot-otot kaki yang penat. Sebentar trek landai, lalu dihadang tanah berundak cukup terjal yang disokong oleh potongan kayu agar tanahnya tidak tergerus air hujan.

Di musim hujan, jalur pendakian Gunung Andong agak licin, trek tanah masih agak basah. Penggunaan trekking pole sangat membantu saya ketika mendaki. Fungsinya untuk menjaga keseimbangan tubuh dan mengurangi beban di lutut. Dari pengalaman saya mendaki gunung, beberapa kali hampir terpeleset karena trek licin, namun bersyukur masih bisa ditopang oleh trekking pole.

Di pendakian ini, jika merasa cape, saya berhenti sejenak untuk minum dan mengatur nafas. Coklat batangan yang saya bawa, saya makan sedikit demi sedikit. Indeks glikemiknya tinggi, sehingga glokusanya cepat diserap tubuh, menambah energi pada tubuh saya.

Saat itu langit agak mendung. Menurut ramalan cuaca yang dirilis oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMGK),  jam 13:00 di wilayah Kecamatan Ngablak mau hujan petir. Penting bagi semua pecinta pendakian gunung untuk mengikutj perkembangan cuaca. Keselamatan harus tetap menjadi prioritas utama.

Ketika saya menoleh ke belakang, Gunung Merbabu dan Merapi terlihat cantik berpayung awan.

Gunung Merbabu dan Merapi (dokpri)
Gunung Merbabu dan Merapi (dokpri)

Tak lama kemudian saya sampai di Pos 2 yang dinamakan Kendit. Disini merupakan jalur persimpangan, mempertemukan jalur pendakian Gunung Andong via Gogik dengan via Pendem. Namun tidak ada shelter disini, ditengah hanya ada beberapa batu yang cukup besar. Jika pendaki merasa cape biasanya saya lihat mereka duduk beristirahat disitu.

Dari sini ada petunjuk arah panah ke puncak. Jadi kamu yang baru pertama kali hiking ke puncak Gunung Andong via Pendem tak perlu khawatir tersesat. Ikuti saja panduannya, dan manfaatkan peta yang sudah didapat dari Pos Registrasi.

Dari sini trek terus menanjak sampai puncak. Vegetasi sudah tidak rapat lagi. Lalu area sudah terbuka ditumbuhi banyak ilalang. Tanjakan cukup ekstrem. Perlu ektra hati-hati ketika melangkahkan kaki. Disini saya berpapasan dengan beberapa pendaki yang turun.

Dokpri 
Dokpri 

Sebelum sampai puncak, disebelah kiri ada batu besar tertulis Area Batu Pertapaan. Dari atas batu besar itu, merupakan salah satu spot terbaik untuk menikmati panorama indah pegunungan. Namun jangan terlalu pinggir ya karena didepannya jurang dalam.

Dari Area Batu Pertapaan merupakan tantangan terakhir sebelum sampai Puncak Alap-Alap. Trek menanjak cukup ekstrem. Untunglah  tidak terlalu panjang karena Gunung Andong tergolong gunung pendek.

Pukul 07:18 WIB saya akhirnya sampai di puncak Alap-Alap. Menurut aplikasi Map Runner, dari Basecamp Pendem ke puncak, saya telah berjalan sejauh 1.9 km dalam waktu 54 menit. 

Suasana di puncak Alap-Alap tidak seramai ketika di musim kemarau. Hanya ada beberapa tenda. Di musim hujan, warung di puncak gunung masih tetap buka.

Gunung Andong (dokpri)
Gunung Andong (dokpri)

Gunung Andong (dokpri) 
Gunung Andong (dokpri) 

Menurut saya, Gunung Andong akan selalu menjadi daya tarik bagi penghobi naik gunung, terutama kalangan muda. Nanjaknya minimal namun vienya maksimal. Dari puncak Alap-Alap saya bisa melihat puncak dari Gunung Telomoyo, Merbabu, Merapi, Sindoro, Sumbing, Prau dan Gunung Ungaran.

Sedangkan bagi para pendaki senior dan sudah berpengalaman, mereka memanfaatkan pendakian Gunung Andong sebagai sarana untuk meningkatkan stamina mereka. Mereka bisa naik turun Gunung Andong beberapa kali dalam durasi waktu yang singkat. 

Saya pernah bertemu dengan seorang lelaki. Usianya terlihat tidak berbeda jauh dengan saya. Ketika itu, ia sudah turun gunung lalu naik lagi. Jalannya lincah dan cepat,  lalu saya tanya: "Mas, sudah naik turun yang ke berapa kali nih?" Dan ia menjawab," yang ketiga kali!"

Hobi mendaki gunung selain membuat tubuh terasa lebih bugar, saya pun bisa banyak belajar pengalaman pendakian dari orang lain. 

Inilah sebagian cerita pendakian saya ke puncak Gunung Andong pada hari Sabtu, 6  Januari 2024. Ada beberapa hal positif yang saya dapatkan ketika mendaki Gunung Andong di musim hujan. Yaitu tidak panas, tidak berdebu dan tidak terlalu ramai. Sungguh, saya sangat menikmati pendakian kali ini. 

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun