Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Joglosemar

Jalan Kaki Pagi Hari, Menikmati Pesona Desa Candirejo Tuntang

10 Januari 2024   09:39 Diperbarui: 11 Januari 2024   10:22 1770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Candirejo adalah sebuah desa di Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Desa ini dikenal oleh pecinta kuliner karena keberadaan Angkringan Baloeng Gadjah dengan panorama hamparan sawah luas dan pegunungan yang indah. 

Bagi penghobi mancing, Desa Candirejo merupakan salah satu akses menuju ke Danau Rawa Pening. Melewati tepian sungai dan sawah.

Sedangkan bagi anda penyuka sejarah dan budaya, bisa berkunjung ke Museum Pandanaran yang berada di jalan utama Desa Candirejo.

Artikel kali ini mengisahkan pengalaman pribadi, setelah beberapa kali jalan kaki di pagi hari di Desa Candirejo. Jalan kaki merupakan olahraga yang aman namun menyehatkan. 

Salah satu hal menarik ketika melakukan aktivitas jalan kaki pagi ialah mengamati sesuatu yang unik dari suatu daerah yang saya kunjungi. Mungkin terlihat remeh bagi orang lain, namun bisa menjadi sesuatu yang berharga bagi saya.

Walaupun dalam skala kecil, Desa Candirejo bisa memberikan perpaduan wisata yang menarik, mulai dari museum, pesona alam desa, Danau Rawa Pening, dan terutama wisata kulinernya.

Museum Pandanaran

Museum Pandanaran berlokasi di Jalan Pangeran Mertokusumo, Desa Candirejo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Museum Pandanaran (dokpri)
Museum Pandanaran (dokpri)

Ketika saya memasuki halaman museum, saya disambut oleh Winarso (48), seorang petugas kebersihan. Lalu saya disuruh mengisi di buku pengunjung museum. 

Museum Pandanaran menyimpan benda-benda cagar budaya yang ditemukan di wilayah Kabupaten Semarang. Pengunjung museum tersebut umumnya para siswa sekolah yang sedang studi wisata.

Di pelataran museum ada tumpukan batuan Candi Paren yang ditemukan di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Ungaran Timur.

Museum Pandanaran hanyalah sebuah museum kecil yang hanya ada satu ruang display. Tidak tertulis jam operasionalnya, namun kata Pak Win (Winarso), museum ini buka pada hari dan jam kerja kantor. 

Saya datang terlalu awal sehingga petugas museum belum datang, namun untunglah Pak Win dengan baik hati mempersilahkan saya untuk masuk. Pria yang berasal dari Ambarawa itu lalu membukakan pintu ruang museum dan memberi penjelasan tentang koleksi yang dimiliki oleh Museum Pandanaran.

Koleksi yang dipamerkan di ruang Museum Pandanaran, diantaranya:

* Arca Durga

* Potongan Arca

* Fragmen Nandi tanpa kepala

* Kemuncak Candi Segi 8

* Batuan Candi

*Potongan Batuan Candi

* Pelana Kuda

* Gamelan: Alat musik tradisional ini diduga telah ada sejak tahun 404 masehi (digambarkan pada relief Candi Borobudur dan Candi Prambanan). Alat musik tidak hanya dimanfaatkan sebagai bagian dari seni pertunjukan, namun juga digunakan dalam acara adat dan ritual keagamaan tertentu. Gamelan terdiri dari bahan baku kayu dan logam (sumber: Museum Pandanaran).

* Batu Umpak: Batu ini berbentuk bulat yang  berfungsi sebagai alas tiang. Batu Umpak berbahan batu andesit. Merupakan peninggalan dari masa klasik Jawa Tengah. Batu Umpak ditemukan di Desa Krajan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang (sumber: Museum Pandanaran).

Arca Durga, Gamelan dan Batu Umpak (dokpri)
Arca Durga, Gamelan dan Batu Umpak (dokpri)

* Alu dan Lumpang: Pada masa lalu, masyarakat di Kabupaten Semarang menggunakan Alu dan Lumpang sebagai alat untuk menumbuk padi atau bahan makanan lainnya sebelum diolah menjadi makanan (sumber: Museum Pandanaran).

* Cobek Batu: Cobek adalah perkakas rumah tangga yang digunakan untuk menghaluskan rempah-rempah atau bahan makanan lainnya. Ulegan sebagai alat penghancur yang melengkapi cobek. Cobek terbuat dari jenis batuan yang keras, seperti batu kali atau batu andesit (sumber: Museum Pandanaran).

Alu Lumpang dan Cobek (dokpri)
Alu Lumpang dan Cobek (dokpri)

* Yoni Lapik Arca: Yoni merupakan lambang wanita dan lambang Dewi Uma, yaitu cakti Dewa Siwa. Yoni merupakan Lapik Lingga berbentuk kubus dengan cerat di salah satu sisinya yang berfungsi sebagai penyalur air pembasuh arca atau lingga (sumber: Museum Pandanaran).

Yoni dan Arca (dokpri)
Yoni dan Arca (dokpri)

Suku Kalang/Wong Kalang

Melansir dari id.m.wikipedia.org, di masyarakat Jawa, ada salah satu subsuku yaitu Suku Kalang atau Wong Kalang. Keberadaan mereka sudah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa kuno. Namun oleh karena suatu hal, mereka dikucilkan oleh kalangan masyarakat mayoritas pada masa itu.

Konon Wong Kalang memiliki fisik yang kuat dan tegap, serta ahli dalam membuat candi. 

Di Museum Pandanaran, tersimpan koleksi benda-benda peninggalan Suku Kalang berupa bekal kubur, dan berbagai senjata yang ditemukan di Dusun Borangan, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

Bekal kubur Suku Kalang (dokpri)
Bekal kubur Suku Kalang (dokpri)

Peninggalan Suku Kalang di Kabupaten Semarang (dokpri)
Peninggalan Suku Kalang di Kabupaten Semarang (dokpri)

Angkringan Baloeng Gadjah

Angkringan Baloeng Gadjah menawarkan sensasi makan di tepi sawah dengan menu andalan berupa masakan Jawa dan jajanan desa. Angkringan ini ramai dikunjungi oleh berbagai komunitas yang merindukan istirahat sambil makan di lingkungan pedesaan yang alami. 

Angkringan Baloeng Gadjah terletak di Dusun Ngentaksari, Desa Candirejo, berbatasan dengan Desa Kesongo. Dari jalan raya (Jl. Fatmawati), lokasinya sedikit masuk, dengan lahan parkir yang cukup luas. Tempat duduk di area terbuka, nyaman, santai, cocok untuk anak-anak, dan cocok untuk grup. Buka mulai pukul 07:00 - 22:00 WIB.

Angkringan Baloeng Gadjah (dokpri) 
Angkringan Baloeng Gadjah (dokpri) 

Melansir dari jateng.solopos.com (14/08/2022),  Agus Suprapto, pemilik dari Angkringan Baloeng Gadjah membuka rumah makan ini pada tahun 2019. Sempat terhenti karena pandemi Covid-19. Beliau melibatkan UMKM dan ibu-ibu warga sekitar untuk bekerjasama. Konsepnya adalah pemberdayaan. Yang dijual di angkringan semuanya dari warga, termasuk bahan baku berasal dari warung warga. 

Angkringan Baloeng Gadjah (dokpri)
Angkringan Baloeng Gadjah (dokpri)

Saya dan istri saya sudah beberapa kali makan pagi di Angkringan Baloeng Gadjah. Jika anda suka berburu makanan murah dan enak sambil menikmati suasana pedesaan, silahkan mampir ke Angkringan Baloeng Gadjah di Desa Candirejo, Tuntang. Komunitas gowes sering saya lihat mampir ke angkringan ini. Sedangkan anak saya terkadang nongkrong malam hari dengan temam-temannya disini.

Dibawah ini sebagian menu Angkringan Baloeng Gadjah dengan harganya:

Sambal Matah  Rp. 3.000;

Dimsum Ayam  Rp. 2.500;

Ceker  Rp. 2.000;

Sayap Rendang  Rp. 6.500;

Ayam Krispi  Rp. 7.500;

Gemak  Rp. 9.000;

Bebek Bakar  Rp. 20.000;

Sate Rendang  Rp. 3.000;

Sate Lulur  Rp. 3.000;

Sate Udang  Rp. 7.000;

Sate Cumi  Rp. 7.000;

Nasi Bakar Ikan Cakalang Kemangi  Rp. 6.000;

Nasi Bakar Ayam Pedas Kemangi  Rp. 6.000;

Dokpri
Dokpri

Bagi anda yang membawa anak kecil, Baloeng Gadjah juga menyediakan wahana untuk anak-anak, berupa sewa Becak Kecil dan Arena Sniper.

Pesona Desa Candirejo dan Danau Rawa Pening

Menjelajahi Desa Candirejo dengan berjalan kaki sungguh memberikan kepuasan tersendiri. Jalan-jalan seputar Desa Candirejo disuguhi dengan lahan persawahan luas. Saya paling suka ketika melihat padi sudah menguning. Indah dipandang mata. Ketika cuaca cerah, deretan gunung terlihat elok. Yaitu Gunung Merbabu, Gajah, Telomoyo dan Gunung Kendil.

Warga Desa Candirejo ada yang beternak ayam, menthok, bebek dan kerbau. Dua hal yang paling saya sukai; ketika kawanan bebek sedang dilepas di sawah yang sudah di panen. Mereka terlihat asyik mencari makanan, sedangkan pemiliknya duduk di saung sambil mengawasi. Hal menarik kedua, ketika bertemu kerbau yang sedang diajak menyusuri tepian sungai oleh pemiliknya. Namun terkadang saya melihat kerbau-kerbau tersebut masih berada di kandang.

Kerbau di kandang dan menthok (dokpri)
Kerbau di kandang dan menthok (dokpri)

Dengan istri, kami berdua pernah menyusuri tepian sungai sambil menunggu Angkringan Baloeng Gadjah buka. Berjalan menyusuri tepian sungai dan sawah. Kami menuju ke Rawa Pening, danau alam yang indah seluas 2.670 hektar yang menempati wilayah Kecamatan Tuntang, Bawen, Ambarawa dan Banyubiru Kabupaten Semarang (id.m.wikipedia.org).

Danau Rawa Pening (dokpri)
Danau Rawa Pening (dokpri)

Sungai di Desa Candirejo bermuara di Danau Rawa Pening. Waktu itu di perjalanan kami bertemu dengan beberapa orang yang sedang menyalurkan hobi memancingnya. Ada juga yang sedang menebar jala ke sungai sambil duduk di perahu. "Kalau dapat ikan banyak mau dijual," kata pria tersebut.

Dokpri
Dokpri

Ketika awal Januari ini saya ke Desa Candirejo, jalan tanah di sebelah utara sungai sedang dibuat jalan rabat beton menuju ke arah Danau Rawa Pening. Semoga dengan peningkatan infrastruktur jalan, pariwisata berkelanjutan bisa tercapai dan kehidupan masyarakat Desa Candirejo bisa lebih sejahtera. Salam wisata. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Joglosemar Selengkapnya
Lihat Joglosemar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun