Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Sensasi Trekking dari Basecamp Mawar ke Candi Promasan Lereng Gunung Ungaran

28 Desember 2023   08:58 Diperbarui: 7 Januari 2024   17:10 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu "prasmanan" ala Dusun Candi Promasan (Dokpri).

Jelajah alam merupakan salah satu aktivitas mengisi liburan maupun akhir pekan yang seru. Wisata alam ini melibatkan banyak otot di tubuh, sehingga merupakan healing yang menyehatkan. 

Di artikel kali ini, saya akan berbagi pengalaman asyiknya trekking dari Basecamp Mawar Gunung Ungaran menuju ke Candi Promasan yang merupakan dusun tertinggi di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Pada hari sabtu pagi pukul 08:00 WIB (23/12/2023) situasi Mawar Camp Area Basecamp Gunung Ungaran sudah ramai. Tiket masuk Rp 15.000 per orang dan penitipan sepeda motor Rp 5.000, dan Rp 10.000 untuk mobil. Harga yang wajar bukan?

Untuk mencapai Mawar Camp Area, wisatawan harus melewati gerbang masuk ke area Kawasan Wisata Umbul Sidomukti, Jimbaran, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang. Per orang dikenakan biaya Rp 5.000, parkir sepeda motor Rp 3.000, dan mobil Rp 5.000.

Estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Dusun Candi Promasan dari Basecam Mawar sekitar 2 jam, kata seorang petugas di loket. Cukup menantang dan mengasyikkan karena akan melalui lereng Gunung Ungaran yang medannya menanjak. Melewati hutan, mata air, kebun kopi dan kebun teh.

Setelah melakukan peregangan agar otot-otot kaki lentur, trekking ke Dusun Candi Promasan pun dimulai.

Suasana liburan terasa sekali ketika camping ground penuh dengan tenda warna warni. Tinggal menyisakan sedikit spot kosong, namun bukan tempat yang strategis untuk melihat kerlap kerlip lampu dari kota Ungaran di waktu malam. Sehingga siapa yang cepat akan mendapatkan spot terbaik.

Mawar Camp (dokpri)
Mawar Camp (dokpri)

Mawar camp adalah basecamp para pendaki sebelum hiking ke puncak Tugu Raiders (Banteng Raiders). Namun banyak juga yang camping hanya sekedar untuk menikmati keindahan panorama alam dari ketinggian.

Kontur berbukit serta lembah yang terjal, menghiasi kawasan hutan Gunung Ungaran. Disinilah habitat alami beragam satwa langka.

Saya beruntung melihat seekor lutung diatas pohon di pintu rimba berbatasan dengan camping ground. Nampaknya ia sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. 

Lutung adalah hewan berbulu hitam yang dilindungi yang menyukai daun muda, kuncup bunga, dan buah-buahan. Hewan herbivora ini memiliki empat bilik pada lambungnya, sehingga bisa mencerna bahan makanan yang cenderung keras. Hewan ini bisa hidup sampai 20 tahun (id.m.wikipedia.org).

Di Pos 1 Bedengan, saya juga melihat seekor Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) sedang terbang mengikuti arah angin. Hewan ini merupakan hewan endemik di kawasan Gunung Ungaran. 

Tak lama berjalan, saya menjumpai mata air. Di area ini terdapat banyak bebatuan, besar maupun kecil. Air dari gunung terlihat bersih dan jernih. Suara air semakin menambah damai suasana hutan Gunung Ungaran.

Dari sumber mata air, saya mengikuti trek ke kanan. Lereng tebing sebelah kiri terlihat bekas longsor. Untunglah jalur pendakiannnya sudah dirapikan sehingga bisa dilalui dengan nyaman.

Dari sini trek tanah padat bercampur batu dan menanjak. Di sebelah kanan jalan setapak banyak ditumbuhi pohon kopi.

Setelah berjalan sejauh 2 km, akhirnya saya sampai di Pos 2 Kinatar. Di bawah Pos 2 persis, ada jalur percabangan ke arah kanan menuju ke Candi Promasan. 

Namun sayangnya tanda petunjuk jalannya hilang entah kemana, padahal bulan kemarin ketika tektok ke puncak Banteng Raiders, petunjuk arah ke Promasan masih ada.

Pos 2 dan dibawahnya trek menuju ke Candi Promasan (dokpri).
Pos 2 dan dibawahnya trek menuju ke Candi Promasan (dokpri).

Trek ke Candi Promasan dari Pos 2 berupa tanah datar terawat. Pepohonan kopi di lereng sebelah kanan warna hijau daunnya terlihat indah. Ini adalah varietas tanaman kopi jenis arabika.

Tanaman kopi arabika tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dengan elevasi diatas 1.000 mdpl. Kopi jenis ini memiliki karakteristik dan citarasa yang khas (distanbun.jatengprov.go.id).

Setelah melalui kebun kopi, vegetasinya mulai bertambah rapat. Sedikit cahaya matahari yang masih bisa menerobos melalui celah-celah pepohonan.

Hiking gunung melibatkan banyak otot di tubuh, keringat pun keluar membasahi permukaan kulit. Untunglah udara pegunungan sejuk dan menyegarkan.

Suara lutung jantan bisa terdengar dari sini, membuat orkestra alami dengan kicauan burung dan suara serangga.

Setelah melewati lembah, dan trek kembali menanjak lagi, sampai akhirnya saya menjumpai jalan yang cukup lebar. Jalan makadam, berupa batu-batuan yang diratakan, bisa dilalui kendaraan roda empat, walaupun tentunya tak senyaman jalan beraspal.

Ternyata saya sudah berada di perkebunan teh. Disini ada beberapa bangunan dari kayu, sepertinya dulu pernah ditempati orang. 

Dokpri
Dokpri

Melansir dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, perkebunan teh Medini ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Menempati lahan berbukit-bukit seluas 386 hektar di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Varietas tehnya yaitu assamica dan sinensis. Produk hasil olahan tehnya, yaitu oolong tea, teh hitam, green tea, dan white tea. 

Perkebunan Teh Medini merupakan penghasil teh terbesar di Jawa Tengah.

Saya mengikuti jalan makadam ini sampai di persimpangan jalan. Di pertigaan ini saya ke arah kiri yang jalan menanjak menuju ke Candi Promasan. 

Saya melihat banyak burung sriti terbang rendah dengan sangat lincah. Sepertinya mereka sedang berburu serangga yang banyak terdapat di kebun teh.

Setelah mendekati Dusun Candi Promasan, saya baru bisa merasakan keindahan Kebun Teh Medini. Sinar matahari cukup terik walaupun sedikit berawan, sehingga masih bisa menampilkan keelokan Gunung Ungaran. 

Perkebunan Teh Medini dengan latar belakang Gunung Ungaran (dokpri).
Perkebunan Teh Medini dengan latar belakang Gunung Ungaran (dokpri).

Sekitar pukul 10:30 saya tiba di Dusun Candi Promasan. Menurut aplikasi Map Runner, saya telah berjalan sejauh 5.6 km dalam waktu 2 jam 24 menit. Waktu tempuhnya jauh dari ekpektasi yaitu 2 jam. Penyebabnya adalah saya belum hafal jalurnya dan sempat salah jalan. Yang kedua, jalan makadam tak bisa dilalui dengan cepat. Jalanan berbatu sangat tidak nyaman di kaki dan di lutut. 

Kalau kamu mau mengunjungi Dusun Candi Promasan tanpa harus jalan kaki, bisa berkendara roda dua maupun roda empat dari Boja atau lewat gerbang masuk ke Perkebunan Teh Medini. Pastikan kendaraan dalam kondisi baik karena medannya menanjak dan berbatu.

Masih menurut aplikasi Map Runner, Dusun Candi Promasan berada pada elevasi 1.549 mdpl. Dusun ini merupakan dusun tertinggi di Kabupaten Kendal, dan merupakan salah satu basecamp pendakian ke puncak Banteng Raiders (Tugu Raiders) Gunung Ungaran dengan ketinggian 2.050 mdpl. 

Memasuki Dusun Candi Promasan, jalan sudah rabat beton, jadi nyaman buat menapakkan kaki. Disini ada camping ground yang cukup luas dengan view kebun teh dan Gunung Ungaran.

Di dusun ini ada sebuah bangunan Masjid. Terlihat ada seorang pekerja dihalamanya sedang merapikan tembok pembatas.

Dusun Candi Promasan (dokpri)
Dusun Candi Promasan (dokpri)

Di bagian depan dusun ada peta lokasi dan petunjuk arah. Sangat membantu saya yang baru pertama kali berkunjung ke dusun ini. Sehingga bisa tahu lokasi keberadaan saya saat itu, dan mengetahui tempat-tempat menarik yang ada di Dusun Candi Promasan.

Tanpa membuang waktu, saya langsung menuju ke Goa Jepang. Goa ini menembus bawah bukit di area kebun teh. Cukup luas untuk dimasuki saya seorang diri. Di dalam hawanya dingin, sedikit tetesan air dari langi-langit goa membasahi lantai. 

Menurut video di Youtube yang saya tonton, lorong goa ini sangat panjang, dan konon dulunya dibuat untuk pertahanan tentara Jepang. Karena gelap, dan saya tak membawa lampu senter, saya hanya berjalan memasukinya sebatas mata masih bisa melihat. 

Goa Jepang (dokpri)
Goa Jepang (dokpri)

Di area dekat Goa Jepang, saya bertemu dengan beberapa wanita yang sedang bekerja di kebun teh. Mereka mengumpulkan daun-daun teh muda yang baru dipetik. 

Rubiyah (60) seorang warga Dusun Candi Promasan, mengatakan bahwa sebagai seorang buruh perkebunan teh, ia hanya dibayar Rp 12.000 per 20 kg daun teh yang dikumpulkannya. Upah yang sangat rendah sekali ya? Namun itulah kenyataan hidup yang harus ia jalani sehari-hari.

Kebun teh Medini yang didekat Goa Jepang terlihat kurang terawat dengan baik. Banyak tanaman liar yang tumbuh.

Warga Dusun Candi Promasan sedang bekerja di kebun teh (dokpri)
Warga Dusun Candi Promasan sedang bekerja di kebun teh (dokpri)

Kemudian saya menuju ke Sendang Pengilon. Warga Dusun Candi Promasan mempercayainya sebagai tempat yang sakral. Disana ada kolam kecil dan beberapa pancuran mata air, dua batu kecil, dan naik ke atas di area camping ground, ada dua batu yang dinamakan Watu Gendong.

Menurut Kandar (56), seorang warga lokal yang saat itu sedang memperbaiki kamar mandi yang ada lokasi Sendang Pengilon, "Batu-batu itu sudah ada sejak dahulu. Dan di atas pancuran, dulunya pernah ada sebuah patung berkepala ular dan berbadan seorang laki-laki, namun dicuri oleh orang luar daerah. Sampai akhirnya pencuri patung itu bisa ditangkap. Sekarang patung naga berbadan manusia tersebut disimpan di museum Candi Prambanan."

Sendang pengilon (dokpri) 
Sendang pengilon (dokpri) 

Watu Gentong (Dokpri)
Watu Gentong (Dokpri)

Setelah dari Sendang Pengilon, sebelum kembali ke Basecamp Mawar, saya menyempatkan makan siang dulu di Dusun Candi Promasan. 

Saya menuju ke salah satu warung yang pemiliknya adalah Ketua RT 07/07 Dusun Candi Promasan, Kelurahan Ngesrep Balong, Limbangan, Kabupaten Kendal.

Dokpri
Dokpri

Di halaman depan ada gazebo kayu, dan diteras warung ada bangku kayu. Warung itu menjual air mineral, minuman saset dan mie instant, dan jajanan lainnya. Di dalam dapur disediakan juga menu "prasmanan" ala desa.

Saya pun di persilahkan masuk ke dalam dapur oleh Bu Rahmat, istri dari Pak RT 07 Dusun Candi Promasan. Rumah ini ternyata merupakan Basecamp pendakian Gunung Ungaran via Promasan.

Untuk biaya mendaki, setiap orang dikenakan biaya Rp 5.000. Tentunya murah sekali jika dibandingan dengan pendakian via Basecamp Mawar yang perlu membayar Rp 15.000. Jika bermalam disini, cukup membayar seiklasnya. 

Di dapur yang sederhana, Bu Rahmat memasak dengan tungku kayu dan kompor gas. Ia bilang nanti mau ada rombongan datang mau naik gunung.

Ada beberapa pilihan menu "prasmanan" yang tersedia di meja makan. Saya mengambil nasi putih dengan lauk, oseng terong, tempe, dan telur dadar dan minumnya es nutrisari rasa jeruk. Semuanya dengan harga Rp 15.000.

Menu
Menu "prasmanan" ala Dusun Candi Promasan (Dokpri).

Bu Rahmat masih menggoreng nangka di dapur. Sambil makan, saya pun mengobrol dengan beliau. 

"Di Dusun ini, warga menempati tanah milik Perkebunan Teh Medini. Mereka adalah pekerja kebun. Terdiri dari 17 kepala keluarga (KK)," katanya.

Tahun 2019 listrik baru masuk ke Dusun Candi Promasan. Sebelumnya, untuk penerangan, mereka menggunakan genset dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), mengandalkan aliran air dari Gunung Ungaran. Namun sekarang PLTA kecil itu sudah rusak dan tidak diperbaiki lagi karena sudah ada listrik dari PLN.

Setelah istirahat dan makan siang, badan saya kembali bugar lagi. Kedua kaki saya terasa lebih kuat untuk mengantarkan saya kembali ke Basecamp Mawar. 

Semoga suatu saat nanti saya bisa mendaki ke puncak Banteng Raiders Gunung Ungaran via Candi Promasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun