Di area dekat Goa Jepang, saya bertemu dengan beberapa wanita yang sedang bekerja di kebun teh. Mereka mengumpulkan daun-daun teh muda yang baru dipetik.Â
Rubiyah (60) seorang warga Dusun Candi Promasan, mengatakan bahwa sebagai seorang buruh perkebunan teh, ia hanya dibayar Rp 12.000 per 20 kg daun teh yang dikumpulkannya. Upah yang sangat rendah sekali ya? Namun itulah kenyataan hidup yang harus ia jalani sehari-hari.
Kebun teh Medini yang didekat Goa Jepang terlihat kurang terawat dengan baik. Banyak tanaman liar yang tumbuh.
Kemudian saya menuju ke Sendang Pengilon. Warga Dusun Candi Promasan mempercayainya sebagai tempat yang sakral. Disana ada kolam kecil dan beberapa pancuran mata air, dua batu kecil, dan naik ke atas di area camping ground, ada dua batu yang dinamakan Watu Gendong.
Menurut Kandar (56), seorang warga lokal yang saat itu sedang memperbaiki kamar mandi yang ada lokasi Sendang Pengilon, "Batu-batu itu sudah ada sejak dahulu. Dan di atas pancuran, dulunya pernah ada sebuah patung berkepala ular dan berbadan seorang laki-laki, namun dicuri oleh orang luar daerah. Sampai akhirnya pencuri patung itu bisa ditangkap. Sekarang patung naga berbadan manusia tersebut disimpan di museum Candi Prambanan."
Setelah dari Sendang Pengilon, sebelum kembali ke Basecamp Mawar, saya menyempatkan makan siang dulu di Dusun Candi Promasan.Â
Saya menuju ke salah satu warung yang pemiliknya adalah Ketua RT 07/07 Dusun Candi Promasan, Kelurahan Ngesrep Balong, Limbangan, Kabupaten Kendal.