Setelah melalui kebun kopi, vegetasinya mulai bertambah rapat. Sedikit cahaya matahari yang masih bisa menerobos melalui celah-celah pepohonan.
Hiking gunung melibatkan banyak otot di tubuh, keringat pun keluar membasahi permukaan kulit. Untunglah udara pegunungan sejuk dan menyegarkan.
Suara lutung jantan bisa terdengar dari sini, membuat orkestra alami dengan kicauan burung dan suara serangga.
Setelah melewati lembah, dan trek kembali menanjak lagi, sampai akhirnya saya menjumpai jalan yang cukup lebar. Jalan makadam, berupa batu-batuan yang diratakan, bisa dilalui kendaraan roda empat, walaupun tentunya tak senyaman jalan beraspal.
Ternyata saya sudah berada di perkebunan teh. Disini ada beberapa bangunan dari kayu, sepertinya dulu pernah ditempati orang.Â
Melansir dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, perkebunan teh Medini ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Menempati lahan berbukit-bukit seluas 386 hektar di Desa Ngesrep Balong, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Varietas tehnya yaitu assamica dan sinensis. Produk hasil olahan tehnya, yaitu oolong tea, teh hitam, green tea, dan white tea.Â
Perkebunan Teh Medini merupakan penghasil teh terbesar di Jawa Tengah.
Saya mengikuti jalan makadam ini sampai di persimpangan jalan. Di pertigaan ini saya ke arah kiri yang jalan menanjak menuju ke Candi Promasan.Â
Saya melihat banyak burung sriti terbang rendah dengan sangat lincah. Sepertinya mereka sedang berburu serangga yang banyak terdapat di kebun teh.
Setelah mendekati Dusun Candi Promasan, saya baru bisa merasakan keindahan Kebun Teh Medini. Sinar matahari cukup terik walaupun sedikit berawan, sehingga masih bisa menampilkan keelokan Gunung Ungaran.Â