Di bulan Desember ini, saya kembali melakukan Solo Hiking. Kali ini, pilihan saya ke puncak Gunung Prau via Patak Banteng dengan elevasi 2.565 mdpl.
Gunung Prau adalah satu dari beberapa gunung yang berada di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah. Gunung ini termasuk favorit para pendaki.Â
Banyak pendaki yang memilih melakukan camping di puncak Gunung Prau, berharap di pagi harinya mendapatkan view sunrise yang memesona menyembul dari balik puncak beberapa gunung yang ada disekitarnya. Sedangkan sebagian pendaki lainnya, termasuk saya, lebih memilih Tektok, yaitu penikmat naik gunung tanpa camping.
Pukul 4:30 WIB, saya meninggalkan rumah, memacu sepeda motorku menuju ke Temanggung, lalu Wonosobo. Kemudian dari pusat kota Wonosobo saya akan menuju ke arah Dieng.
Perjalanan saya sempat terhambat oleh kemacetan yang panjang di ruas Jl. Raya Ambarawa - Magelang. Kemacetan mulai dari Desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Temanggung.
Untunglah dengan memanfaatkan kelincahan sepeda motor yang berukuran kecil, saya pun mencari setiap celah untuk bisa keluar dari kemacetan tersebut. Ternyata ada truk tanki berisi gas elpiji dari Semarang yang mengalami rem blong. Saat itu sedang dievakuasi oleh mobil derek. Disitu ada beberapa anggota polisi dan dua mobil pemadam kebakaran.
Setelah truk tanki berisi gas elpiji berhasil dievakuasi, saya pun melanjutkan perjalanan. Singkat cerita sampailah saya di Wonosobo.Â
Kabupaten Wonosobo terletak di Provinsi Jawa Tengah, dengan Kota Wonosobo sebagai ibu kotanya. Tidaklah mengherankan jika wilayah kabupaten ini udaranya sejuk, karena didominasi oleh daerah pegunungan.Â
Dataran tinggi Dieng (Dieng Plateau) merupakan wisata andalan Kabupaten Wonosobo. Dan di kalangan pecinta pendakian gunung, nama Dieng tentunya sudah tak asing lagi.
Menurut panduan Google Maps, jarak dari Wonosobo kota ke Dusun Patak Banteng tercatat 24 km, dan bisa ditempuh berkendara dengan sepeda motor sekitar 46 menit.
Perjalanan menuju ke dataran tinggi Dieng disuguhi dengan hawa dingin, jalan naik berkelok-kelok, tanaman sayuran di ladang warga dan pegunungan sebagai pagarnya. Hingga tak terasa, saya sudah berada di Kawasan Dieng Plateau.
Ada satu hal yang menarik. Sebenarnya, saya berniat melakukan pendakian ke puncak Gunung Prau lewat jalur Dieng. Bukan via Basecamp Patak Banteng.
Namun menjelang tiba di Basecamp Dieng, jalan kecil akses masuknya ditutup. Terlihat ada beberapa pekerja disana sedang menyemen jalan. Bisa kesana kalau berjalan kaki. Padahal beberapa hari sebelumnya saya sudah DM ke admin pengelola Instagram Basecamp Dieng, namun ia tak bilang mau ada perbaikan jalan. Mungkin ia lupa ya?
Saya tak mau berjalan kaki menuju ke Basecamp Dieng meninggalkan sepeda motor saya sembarangan. Sehingga rencana awal saya sedikit berubah, lalu memutuskan untuk mendaki Gunung Prau lewat jalur Patak Banteng.Â
Untunglah jarak antar basecamp cukup dekat. Tadi dalam perjalanan saya sempat melihat tanda petunjuk arahnya.
Jarum jam di pergelangan tangan kiri saya menunjukkan pukul 08:13 ketika saya akhirnya sampai di Basecamp Pendakian Gunung Prau via Patak Banteng.Â
Basecamp Patak Banteng beralamat di Desa Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Aksesnya mudah, bisa dilalui mobil. Dari Jalan Dieng Km 24 masuk gang sekitar 100 meter, kamu akan tiba di lokasi basecamp tersebut. Di sepanjang Jalan Dieng saya lihat beberapa homestay, bisa sebagai alternatif bermalammu.
Awalnya saya sempat ragu pergi dengan sepeda motor matic. Puji Tuhan akhirnya selamat sampai tujuan. Jika kamu ke Patak Banteng, pastikan kondisi kendaraan yang kamu naiki dalam kondisi sehat, dan tetap berhati-hati selama dalam perjalanan, karena kondisi jalan menuju ke Dieng naik turun dan berkelok.
Ternyata di basecamp, cukup banyak sepeda motor yang diparkir, dan ada dua mobil. Berarti di puncak gunung sudah ramai nih, pikirku. Informasi dari petugas di Pos Registrasi.Â
Jumlah pendaki pada hari-hari biasa sekitar 50-an orang, sedangkan pada hari libur bisa mencapai 500-an orang per harinya. Luar biasa banyaknya ya? Hiking ke puncak Gunung Prau di hari Rabu (13/12/3023) suasananya sudah seperti ini, bisa kebayang kalau hari sabtu dan minggu.
Pos pendakian Gunung Prau via Patak Banteng buka mulai pukul 08:00 sampai 24:00.
Melansir dari gedepangrangoviaputri.com, ada dua pertanyaan yang umum tentang basecamp:
Apa itu Basecamp Pendakian?
Basecamp pendakian merupakan tempat berkumpulnya para pendaki sebelum mereka melakukan pendakian ke puncak gunung. Lokasinya berada di titik awal jalur pendakian. Dilengkapi dengan fasilitas penunjangnya, seperti akomodasi, kebutuhan logistik dan lainnya.
Apa Fungsi Basecamp Pendakian?
* Tempat informasi dan pemantauan.
* Penyedia peralatan.
* Tempat persiapan dan beristirahat.
* Basis logistik.
* Komunitas pendaki.
* Pos darurat
Selain itu, basecamp juga menyediakan atau memberikan informasi tentang penginapan buat para pendaki. Ada tiga jenis penginapan: basecamp/barak, homestay, dan mini vila.
Hal yang menarik dari Basecamp Patak Banteng ialah areanya berbentuk persegi. Semuanya berkumpul saling berdekatan. Di situ sudah termasuk pos registrasi, tempat parkir, kamar mandi, warung makan, dan barak beralaskan tikar untuk sekedar duduk maupun tiduran.
Di Pos Registrasi, saya dikasih satu lembar kertas untuk diisi tentang data diri dan sebagainya. Dan menyerahkan foto copy KTP. Jika kamu belum menyiapkannya, tak perlu khawatir, di dalam barak ada tempat foto copy. Kamu cukup membayar Rp1.000 per lembar.
Registrasi sebenarnya cepat. Barang yang saya bawa pun tak diperiksa. Yang bikin lama hanya menunggu petugas yang foto copy KTP. Mungkin dia tadi ke toilet, pikirku. Jadi kalau registrasi ingin prosesnya cepat, kamu sebaiknya membawa dari rumah satu lembar foto copy-an KTP.
Kemudian saya menuju ke Pos Registrasi, menyerahkan data yang sudah diisi. Lalu membayar total biaya pendakian Rp. 40.000. Perinciannya seperti ini:Â
Rp20.000 tiket masuk wisata Perhutani
Rp10.000 tiket Basecamp Patak Banteng
Rp10.000 tiket penitipan sepeda motor
Para pendaki Gunung Prau via Patak Banteng dilindungi oleh Asuransi Jiwa Syariah Amanahjiwa Giri Artha. Namun ada pengecualian, khusus untuk anak-anak di bawah umur 10 tahun, sepenuhnya menjadi tanggung jawab orangtuanya (tidak ditanggung asuransi).
Larangan di Kawasan Gunung Prau, Melanggar Dikenakan Denda:
* Masuk tanpa izin.
* Membuang sampah sembarangan.
* Membuat api unggun.
* Tidak membawa turun sampah.
* Menebang pohon.
* Membawa senjata tajam.
* Membawa kembang api.
* Menyalakan kembang api.
* Membawa minuman keras.
* Pencurian.
* Membawa alat musik.Â
* Apabila ditemukan alat musik di puncak.
* Memetik bunga edelweise.
* Berzinah
* Mencoret pohon/batu
* Kencing dalam botol.
* Membawa sepeda
* Membawa tisu basah.
* Membawa music box
Di depan pos registrasi, duduk beberapa lelaki warga lokal. Mereka menawarkan ojek motor sampai ke Pos 1. Saya menolaknya secara halus. Saya ingin jalan kaki saja, sekalian mengetes stamina saya.Â
Ini adalah kali pertama saya hiking ke puncak Gunung Prau, dan saya tidak sependapat bahwa gunung ini cocok untuk pendaki pemula. Menurut saya, setiap pendaki perlu mempersiapkan fisik maupun mental dengan baik. Jangan pernah meremehkan gunung manapun.Â
Menurut Fiersa Besari, seorang musisi, penulis, Youtuber dan pecinta alam, dalam video Youtube-nya, ia kurang suka dengan kata pendaki pemula. Fiersa lalu mengatakan. "Kita semua ini pemula di gunung yang baru kita kunjungi. Kita asumsikan, rintangan dan tantangan pada sebuah gunung, pastilah tidak seberat bagi orang yang sudah sering mendaki."
Sebagai seorang pendaki pemula, sebelum mendaki Gunung Prau, saya menambah porsi olahraga rutinitas saya. Tambahannya dengan renang selama tiga kali. Masing-masing dengan durasi satu jam nonstop.Â
Persiapan fisik, mental, dan pengetahuan tentang gunung yang akan didaki sangat penting untuk mengurangi kemungkinan hal-hal yang tak diinginkan terjadi.Â
Pengalaman terakhir mendaki Gunung Ungaran via Mawar yang treknya berbatu naik curam, setidaknya membantu menguatkan mental mendaki saya.
Pukul 08:40, saya memulai pendakian ke puncak Gunung Prau berbekal selembar peta pendakian yang didapat dari Pos Registrasi. Melipir lewat bagian luar basecamp, lalu masuk ke sebuah gang kecil melewati rumah warga.Â
Baru berjalan kaki selama 2 menit, di depan mata sudah disuguhi halangan pembuka. Tanjakan cukup ekstrem yang panjang. Berupa anak-anak tangga beton.
Tangga beton panjang melewati pemukiman warga dan ladang sayuran. Setelah itu ada sebuah bangunan di sebelah kanan. Lalu kemudian menyeberangi jembatan kecil.
Setelah naik sedikit saya berada di jalan yang cukup lebar. Jalan makadam, yaitu jalan yang berupa lapisan batu-batu kecil dan kerikil yang dipadatkan dan diratakan. Dari sini saya ke kanan, ke arah puncak.
Jalan makadam ini semakin lama semakin menanjak. Saya melewati tumpukan sampah di sebelah kiri. Ternyata tempat itu buat pendaki buang sampah ketika turun. Tak jauh dari sini sampailah saya di Pos 1 Sikut Dewo.
Di Pos 1 ada beberapa pemuda yang sedang duduk beristirahat. Mereka turun dari puncak. Di dinding Pos 1 bagian luar ada banner bertuliskan tarif ojek beserta tujuannya:
Dari Pos 1
Ke BC (basecamp) Patak Banteng Rp15.000
Ke BC Kalilembu Rp25.000
Ke BC Dieng Wetan Rp30.000
Ke BC Dwarawati Dieng Kulon Rp40.000
Ke Hotel Tani Jiwa Dieng Kulon Rp35.000
Jadi Pos 1 pun berfungsi sebagai tempat mangkal ojek. Ada dua sepeda motor diparkir di dekat situ.Â
Informasi tambahan yang didapat dari Pos 1 yaitu Pos 1 berada pada elevasi 2.116 mdpl. Dari Pos 1 menuju ke Pos 2 perlu jalan sejauh 400 meter dan bisa ditempuh sekitar 30 menit.
Di dekat Pos 1, saya sempat berkeliling melihat ladang warga dengan view pegunungan yang indah. Sempat bertemu dan berbincang dengan seorang petani yang sedang memotong batang pinus. Ia bilang kayu dari pohon pinus tersebut akan dibuat arang.
Perlu diketahui, bahwa pendakian ke puncak Gunung Prau lewat jalur Patak Banteng ada tiga Pos. Dan akan melewati mata air sebelum sampai ke Sunrise View.
Dari Pos 1 langit terlihat biru dan panorama pegunungan terlihat cantik. Semoga di puncak cuaca tetap cerah. Itulah harapan tiap pendaki, termasuk saya. Namun jika tiba-tiba turun hujan, saya sudah menyiapkan jas hujan di dalam tas.
Trek dari Pos 1 ke Pos 2 berupa undak-undakan tanah yang diganjal papan dan batang kayu untuk mencegah erosi. Napas dan otot-otot kaki pun terus diuji. Sebagai pendaki santai, saya sering berhenti untuk mengatur nafas dan mengistirahatkan sejenak otot-otot kaki yang mulai penat.
Panorama di sini masih suasana ladang. Di sebelah kanan, tanah lebih tinggi. Ada warung yang tutup, namun di depannya ada tanaman hias bunga terompet (Angel's trumpet) kuning yang bunganya sangat cantik. Di bawahnya ada tanaman sejenis dengan bunga warna pink yang masih kecil.
Bunga Angel's trumpet mengeluarkan aroma harum yang kuat pada malam hari. Tanaman tropis dari Amerika Selatan, yaitu sepanjang Andes dari Venezuela sampai ke daerah Chile bagian utara (bibitbunga.com).
Tak jauh dari tanaman bunga trompet, ada warung di sebelah kanan yang juga tutup. Kemungkinan besar warung itu buka pada hari-hari libur saja ketika lebih banyak pendaki.
Nah inilah yang saya tunggu, bonus trek datar. Bermanfaat untuk mengendorkan otot-otot kaki sejenak. Di sebelah kiri ada warung yang buka. Seorang pendaki wanita sedang duduk menyantap Pop Mie.
Namun, trek datar hanya sebentar. Lalu trek kembali nanjak sampai saya berada di Pos 2 Canggal Walangan dengan elevasi 2225 mdpl.
Di Pos 2 ada bangku kayu untuk duduk beristirahat. Sebelah kanan pandangan terbuka. Puncak Gunung Sindoro, Sumbing, Kembang dan Gunung Bismo bisa terlihat jelas jika cuaca cerah.Â
Jarak dari Pos 2 menuju ke Pos 3 masih diperlukan jalan sejauh 1.000 meter (1 km), dan sekitar 46 menit waktu yang ditempuh. Informasi ini tertulis di plang dengan plat seng merah dengan tulisan warna putih di samping gapura masuk hutan.Â
Pendaki juga diimbau untuk istirahat sejenak guna untuk aklimatisasi, karena setiap kenaikan 100 mdpl, suhu berkurang 0,6 derajat.
Vegetasi di hutan ini cukup rapat. Saya bisa merasakan kesejukkannya. Menurut petugas di Pos Registrasi, di Gunung Prau banyak ditanam pohon cemara bintami.
Trekking menuju ke Pos 3 tergolong berat. Banyak tanjakan terjal. Melintasi tanah yang padat bergelombang dan akar-akar pohon sebagai pijakan kaki. Perlu ekstra hati-hati kalau mendaki di musim hujan, trek yang dilalui ada yang licin.
Beberapa kali saya berpapasan dengan pendaki lain yang turun. Mereka nge-camp semalaman. Cuaca cerah ketika sunrise, kata mereka. Sungguh alangkah beruntungnya mereka. Panorama di puncak Gunung Prau pasti sungguh indah.
Sebelum Pos 3 ada sumber mata air yang bisa langsung diminum. Air disalurkan melalui kran. Air asli pegunungan terasa dingin dan menyegarkan. Saya mencuci tangan dan membasuh muka, lalu mencicipi tiga tegukan air dari kran. Sungguh terasa kesegarannya.
Setelah Pos Mata Air, saya sampai ke Pos 3 Cacingan di ketinggian 2.389 mdpl. Sampai sini pun trek masih menanjak ekstrem. Benar-benar jalur pendakian Patak Banteng cocok buat uji ketahanan fisik dan mental.Â
Trek mulai landai ketika saya sampai di Plawangan (zona signal) pada elevasi 2536 mdpl. Lima menit kemudian, saya sampai di Sunrise Camp, puncak Gunung Prau. Jarum jam menunjukkan pukul 11:15. Start dari basecamp pukul 08:40. Jadi saya membutuhkan waktu 2 jam 35 menit untuk sampai ke puncak.Â
Lumayanlah untuk ukuran seorang lelaki, yang sudah berusia 52 tahun, dan sebentar lagi menginjak usia 53 tahun. Rutin olahraga renang dan jalan kaki pagi hari, terbukti manfaatnya. Performa mendaki terasa ada peningkatan.
Kesimpulan
Walaupun panorama indah dari puncak Gunung Prau tertutup kabut, bukan berarti pendakian yang saya lakukan tidak bermanfaat.
Menurut saya, hiking ke puncak gunung, khususnya Gunung Prau via Patak Banteng, lebih dari sekadar menikmati pemandangan indah. Banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapatkan. Di antaranya:
* Bisa untuk mengetes stamina saya. Bagian tubuh mana yang masih kurang kuat dan bisa ditingkatkan.
* Mengetahui suasana Basecamp Patak Banteng.
* Mengenal jalur pendakian Gunung Prau via Patak Banteng.
* Manfaat wisata pendakian Gunung Prau bagi warga sekitar.
* Bertegur sapa dengan sesama pendaki sambil menimba pengalaman dari mereka.
* Ternyata ada burung merpati yang dipelihara di puncak Gunung Prau. Mereka disediakan kandang dan hidup semi liar.
* Saya sempat menjelajah ke sisi utara Sunrise Camp di tengah sabana yang luas. Disekitarnya ada bukit-bukit. Tak ada keterangannya. Apakah itu yang dinamakan Bukit Teletubbies di Puncak Gunung Prau? Atau masih jauh lagi lokasinya.
* Saya menemukan banyak Bunga Daisy cantik di padang rumput Gunung Prau.
Semoga artikel ini bermanfaat. Salam lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H