Saya memanggilnya Pak Madi, asli warga Dusun Sumurup. Hobinya mancing. Ukuran pancing favoritnya 9. Katanya bisa untuk memancing ikan besar maupun kecil.
Di warungnya pun ada orang yang sedang memancing. Ia juga menyewakan perahu buat mancing dengan sewa bervariasi, Rp. 12.000, Rp. 20.000, dan Rp. 50.000 (dengan mesin). Dengan harga sewa tersebut, kamu bisa memakainya sepuasnya.Â
Dusun Sumurup juga dikenal sebagai sentra pembuat perahu. Bahan lebih disukai dari kayu suren dan mahoni yang didatangkan dari Parakan dan Magelang. Umur pohon menentukan kualitas perahu. Untuk kayu suren, umur pohon disukai yang 25 tahun, sedangkan mahoni umur pohon 20 tahun. Kayu suren bisa dibuat perahu walaupun umur pohon masih 10 tahun, namun kekuatannya tidak tahan lama, bisa digunakan sekitar 3 tahunan saja.
Kedua jenis kayu, suren dan mahoni memang tidak sekuat kayu jati dan bengkirai. Namun perahu yang terbuat dari kayu suren dan mahoni jika terbalik akan mengapung, sehingga bisa buat pegangan pemancing. Jadi lebih aman.
Masih menurut Pak Madi, untuk menjaga kelestarian ikan di Danau Rawa Pening, dua kali dalam satu tahun, komunitas mancing secara bergantian menebar benih ikan ke Rawa Pening.Â
Ikan di Rawa Pening banyak jenisnya, seperti ikan wader, gabus, bawal, dan nila. Dan ketika saya mau ke warung apung, saya sempat melihat dua orang pemancing membawa seekor ikan besar. Dan kata Pak Madi, itu ikan tomang berberat 10 kg. Dulu ada yang pernah mendapat seberat 20 kg. Dua kali lipatnya, dan ketika dibeleh, di dalam perut ikan itu banyak ikan-ikan kecil.
Ikan tomang bisa sampai besar, merupakan ikan predator yang memangsa ikan-ikan yang lebih kecil. Ikan ini sangat merugikan nelayan maupun penghobi mancing karena menghabiskan ikan-ikan lainnya.Ikan tomang merusak ekosistem Danau Rawa Pening. Dan yang jadi pertanyaan, siapa orang usil yang dulu melepaskan ikan tomang di Danau Rawa Pening sehingga berkembak biak. Menebar benih ikan di danau ini ada aturannya, tidak bisa sembarangan.
Tak terasa hari sudah semakin siang, suhu udara pun semakin panas. Tiba saatnya bagi saya tuk meninggalkan Dusun Sumurup Rawa Pening. Berjalan kembali menyusuri rel kereta api menuju ke arah Stasiun Tuntang.Â
Saat saya pergi, kereta api wisata dari Museum Kereta Api Ambarawa menuju Stasiun Tuntang melintas di tepian Danau Rawa Pening. Terlihat beberapa wisatawan lokal mengambil foto lewat smartphone mereka. Wajah mereka terlihat gembira menikmati akhir pekan yang indah.Â