Eceng gondok, setelah melalui pengomposan, dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Kompos eceng gondok dapat membantu memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman dan membantu sifat fisik tanah (ejurnal.untag-smd.ac.id).
Salah satu "oleh-oleh" yang bisa dibawa dari Dusun Sumurup adalah pupuk kompos dari eceng gondok dan media tanam yang bahan bakunya campuran dari kompos eceng gondok dan bahan-bahan lainnya. Saya sudah beberapa kali membelinya. Harganya waktu itu Rp. 10.000 per sak. Banyak warga yang menjualnya disepanjang jalan di Dusun Sumurup.
Kompos endapan enceng gondok di dasar Danau Rawa Pening maupun yang sudah terbawa ke Sungai Tuntang, turut berperan menggerakkan roda perekonomian bagi warga sekitar. Dengan perahu, warga lokal mengambilnya. Buruh angkut dengan keranjang anyaman bambu, "menyunggi" kompos eceng gondok diatas kepalanya. Kompos tersebut dikumpulkan. Saya melihatnya didekat jembatan kereta api wisata.
Tak terasa saya sudah berada di atas Jembatan Biru yang warnanya tidak semuanya biru, hanya sebagian yang berwarna biru, namun dinamakan Jembatan Biru.Â
Tidak ada tiket masuk ke Jembatan Biru. Gratis! Jembatan ini menawarkan spot foto instagramable dengan latar belakang danau dan pegunungan. Saya pun sempat bertemu dengan seorang gadis, tiktoker dari Magelang. Saya sempat diminta tolong untuk mem-videokannya, untuk buat konten katanya.
Jembatan Biru merupakan sebuah dermaga. Disini kamu akan menjumpai perahu kecil yang disewakan untuk mengantar wisatawan yang ingin menikmati keindahan Danau Rawa Pening dengan berperahu. Maksimal 6 orang per perahu.Â
Saya sudah pernah merasakan serunya naik perahu bermesin yang memiliki atap memutari danau ini dua kali. Namun kami naiknya bukan dari Jembatan Biru, tetapi dari Kampung Rawa.
Tarif Perahu Jembatan Biru
Standar  Rp. 100.000