Menurut panduan Google Maps, dari Stasiun Tuntang ke Museum Kereta Api Ambarawa, jika mengikuti jalur rel kereta api berjarak 7 km dan bisa ditempuh berjalan kaki dalam waktu 1 jam 37 menit. Tentu saja saya tidak akan jalan kaki sampai kesana, cukup sampai Dusun Sumurup, dan menikmati spot menarik yang saya jumpai disekitarnya.
Melipir disamping pagar kawat di luar area Stasiun, di Jl. Raya Stasiun Tuntang ke arah jembatan, sampai saya memperoleh akses terbuka ke rel kereta api. Perlu di ingat ya, jika kamu masuk ke area Stasiun Tuntang tanpa mendapat ijin terlebih dari pihak terkait, siap-siaplah akan didatangi dan ditegur pak satpam. Disiplin dalam tugas sangat diperlukan untuk melestarikan warisan sejarah.Â
Dulu pernah saya mengalaminya. Ketika sedang membuat konten Youtube video, saya berjalan menyusuri rel kereta api dari Dusun Sumurup sampai masuk ke Stasiun Tuntang.Â
Saya sempat memvideokan gerbong-gerbong kecil yang nampaknya sudah dipensiunkan dari tugas mengangkut wisatawan. Tiba-tiba pak satpam mendatangi saya, lalu ia menegur dengan nada suara berwibawa sedikit membentak: "Ada apa ini ya?! Masuk sini sudah dapat izin belum?!" Â Saya pun cepat-cepat minta maaf, dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah diingatkan, lalu segera kabur keluar dari lokasi.
Pernah sih saya masuk ke lokasi Stasiun Tuntang dengan aman dan nyaman ketika berstatus sebagai wisatawan. Ketika anak-anak masih kecil, saya mengajak mereka berwisata naik kereta api dari Museum Kereta Api Ambarawa - Stasiun Tuntang (pp). Sesampainya di stasiun, kereta berhenti selama 15 menit, waktu yang cukup buat wisatawan untuk menikmati bangunan tua peninggalan Belanda yang terlihat masih kokoh. Saya pun teringat ketika "si jagoan kembar" minta dibelikan es krim disana.
Sebelum memasuki terowongan di bawah Jl. Raya Semarang-Surakarta, saya menjumpai ada dua atau tiga rumah warga nyempil di sini. Dikelilingi area Stasiun Tuntang, rel kereta api, jalan raya, jembatan dan tentunya sungai. Dengan arus lalu lintas yang semakin padat, para penghuni rumah tersebut "dipaksa" untuk berdamai dengan suara bising yang tak mengenal waktu.
Setelah melewati Jembatan Kali Tuntang (Sungai Tuntang), wilayah sudah masuk Dusun Sumurup, Desa Asinan. Rasa penasaran mengantarkan saya ke bawah jembatan. Di atas saya ada dua jembatan yang kokoh, dilalui kendaraan berlawanan arah. Dan satu hal yang saya suka, kali ini kondisi di bawah jembatan terlihat bersih, tidak ada sampah.Â
Mata saya pun terarah ke Kali Tuntang. Hujan mulai sering turun, air sungai pun terlihat mulai banyak. Air sungai ini berasal dari Rawa Pening. Dari jauh saya bisa melihat ada perahu dan seseorang berdiri di tepi sungai. Kelihatannya sedang memancing.