Jalur pendakian via Gogik masih terlihat alami, namun paling menantang dibandingkan trek yang dari Dusun Sawit dan Pendem. Melewati hutan bambu kemudian hutan pinus. Bagi yang ingin meningkatkan performa mendaki gunung , ini trek yang cocok bagi kamu.
Saya melewati Pos 1 yang ada shelter buat pendaki yang ingin beristirahat. Diatasnya ada tulisan besar "MT. ANDONG" yang bisa terbaca jelas dari jalan desa.
Pos 2 Â Kendit ternyata merupakan pertemuan antara dua jalur pendakian; Gogik dan Pendem. Disini saya bertemu dengan beberapa anak muda yang sedang beristirahat melepas lelah. Mereka mendaki via Pendem. Tidak ada shelter di Pos 2, namun mereka terlihat nyaman di bawah pepohonan pinus yang rindang.
Pukul 07:02 WIB saya berhasil sampai di Puncak Alap-Alap dengan ketinggian 1692 mdpl. Jadi butuh waktu 1 jam 8 menit bagi saya untuk mencapai puncak ini. Dari puncak yang agak berkabut terlihat Gunung Telomoyo, Merbabu dan Merapi.
Sebagai penghobi jalan pagi, pendakian gunung Andong merupakan  ajang rekreasi. Dan terutama untuk meningkatkan kemampuan fisik saya di usia yang sudah kepala lima. Bisa menjaga kebugaran tubuh merupakan anugerah Tuhan yang patut disyukuri.Â
Di Puncak Alap-Alap saya pun bertemu dengan para pendaki lainnya. Mereka tentunya punya alasan tersendiri kenapa memilih hiking ke Gunung Andong.
Saya duduk-duduk di puncak beristirahat di dekat "Pak Ompong Corner" sambil menikmati Indomie telur dan segelas kopi hitam seharga 13 ribu rupiah. Didepan saya view Puncak Andong dan Puncak Makam terlihat sangat cantik. Sempat mengobrol dengan para pendaki lainnya.
Pukul 8:30 WIB saya memutuskan turun melewati jalur yang sama. Ternyata cukup banyak juga pendaki yang naik via Pendem pada hari itu.Â