Mohon tunggu...
Aris Armunanto
Aris Armunanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penghobi jalan pagi.

Hati yang gembira adalah obat yang manjur,...(Amsal 17:22).

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ini Manfaat Solo Hiking Gunung Andong via Pendem

2 Agustus 2023   04:18 Diperbarui: 6 Agustus 2023   16:03 1691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman Andong daunnya berwarna coklat kemerahan (DokPri)

Solo hiking atau mendaki sendirian bagi sebagian orang dapat memberikan rasa nyaman ketika mendaki.  Tak ada tekanan untuk memperlambat atau mempercepat langkah kaki anda. Selain itu bisa untuk mengukur kemampuan fisik anda secara keseluruhan.

Karena sendirian anda pun akan lebih waspada dan fokus pada trek yang dilintasi. Jika menjumpai sesuatu yang menarik bisa berhenti tuk mengamatinya secara detail. 

Sabtu, 29 Juli 2023 saya melakukan solo hiking ke Gunung Andong, walaupun seminggu sebelumnya sudah ke puncak Andong via Dusun Sawit ditemani istri saya. Solo hiking tersebut memberikan manfaat dan pengalaman tersendiri bagi saya. 

Kali ini, pendakian dimulai dari Basecamp Pendem tak jauh dari Basecamp Taruna Jaya Giri di Dusun Sawit. Tepatnya berada ditengah-tengah diantara Dusun Sawit dan Dusun Gogik.

Dusun Pendem, Sawit dan Dusun Gogik telah dikenal sebagai Basecamp jalur pendakian ke puncak Gunung Andong. Terletak di Desa Girirejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

Pukul 06:00 WIB saya tiba di Basecamp Pendem (Andong Jaya). Ternyata sudah cukup banyak kendaraan yang  telah diparkir disini. Saya pun menuju ke Post Registrasi. Disana ada dua orang petugas menyambut saya dengan ramah. Saya membayar tiket pendakian 20 ribu rupiah dan parkir sepeda motor 5 ribu rupiah lalu kemudian menulis data diri saya.

Basecamp Pendem (DokPri)
Basecamp Pendem (DokPri)

Membaca dari "Daftar Registrasi Basecamp Gunung Andong via Pendem" bisa didapatkan informasi jumlah pendaki yang sudah duluan muncak, preferensi jam pendakian, tempat asal pendaki dan sarana transportasi yang mereka gunakan. Sebelum saya tiba dilokasi Basecamp Pendem ternyata sudah ada 49 pendaki lainnya. 

Kota atau daerah tempat asal mereka pun cukup beragam. Yaitu: Kalikajar- Wonosobo, Sleman-Yogyakarta, Yogyakarta Kota, Bekasi, Salam-Magelang, Temanggung, Surakarta, dan Semarang.

Bagi yang ingin camping dan berharap melihat "golden sunrise" pun tentunya sudah menghitung waktu yang ditempuh agar sampai puncak sebelum matahari terbit.

Gunung Andong memiliki empat puncak, yaitu Puncak Alap-Alap, Puncak Andong, Puncak Jiwa dan Puncak Makam. Puncak Andong berada di ketinggian 1726 meter di atas permukaan laut (MDPL), merupakan puncak tertinggi.

Jalur pendakian Gunung Andong via Dusun Pendem merupakan yang terpopuler kedua setelah via Basecamp Sawit. Menurut informasi dari seorang petugas di loket atau Post Registrasi, biasanya pada hari Jumat, Sabtu dan libur  nasional, para pendaki yang tercatat berjumlah sekitar 200-an orang per hari. Sedangkan di hari-hari biasa hanya sekitar 30-an orang per harinya.

Jumlah pendaki tersebut tergolong sedikit jika dibanding dengan mereka yang trekking via Basecamp Taruna Jayagiri Dusun Sawit. 1.000-an pendaki per hari di hari Jumat, Sabtu dan libur nasional. Di hari-hari biasa pun masih cukup banyak 200/300-an pendaki per harinya.

Hiking Gunung Andong via Basecamp Sawit lewat "Jalur Baru" dan "Jalur Lama" sudah saya coba.  Sekarang saatnya tuk mencoba jalur pendakian via Pendem. Kenapa sih kalah populer dengan yang via Sawit?

Basecamp Pendem terlihat unik karena lokasinya terpisah dari pemukiman warga. Selain tempat parkir, fasilitas lainnya yang tersedia adalah toilet, kamar mandi dan warung makan. 

Ketika saya tiba di lokasi, satu warung pintunya sudah terbuka, tertulis namanya; "Warung Kopi Gunung Andong", sedia kopi, susu, es teh, es jeruk, mendoan, nasi telur, nasi rames, mie rebus, mie goreng dan mie telur. Namun tidak tercantum harga makanannya. Tapi menurut saya harganya pasti wajar tak jauh beda seperti warung di Basecamp Sawit. 

Di lokasi parkir juga terpampang besar peta jalur pendakian dan tata tertib pendakian. Waktu registrasi, selain mendapatkan tiket saya pun menerima foto copy-an kecil peta jalur pendakian buat panduan selama mendaki.

Demi kenyaman dan keselamatan bersama "Tata Tertib Pendakian" wajib dipatuhi, yaitu:

1. Wajib membawa sampah anda.

2. Dilarang menembak, mencoret atau menempelkan apapun di area gunung.

3. Jaga etika sopan santun selama pendakian.

4. Dilarang membuat api unggun.

5. Dilarang menebang pohon.

6. Dilarang masuk tanpa izin.

7. Dilarang menyalakan dan membawa kembang api.

8. Dilarang membawa miras/obat terlarang.

9. Dilarang kencing dalam botol.

10. Dilarang mendirikan tenda di area puncak (Bendera, Tugu puncak) dan area makam.

11. Dilarang membawa tisu basah 

12. Sebelum mendaki diharuskan berdoa dahulu demi keselamatan masing-masing.

Di Basecamp Dusun Pendem cukup detail dalam memberikan informasi seputar pendakian. Selain menjaga keselamatan para pendaki juga turut aktif melestarikan alam Gunung Andong sebagai "Sports & Recreation",  yaitu tempat wisata olahraga dan rekreasi.

Gunung Andong jadi tujuan favorit pendaki pemula. Treknya relatif aman dan tak terlalu ekstrim sehingga orang tua terkadang dijumpai membawa anak-anak kecil mereka hiking disini. Selain itu aman buat "solo hiker" yang memilih mendaki sendirian. 

Andapun bisa melakukan pendakian tektok yaitu aktivitas pendakian gunung dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga anda masih bisa menikmati keindahan Gunung Andong tanpa perlu bermalam. 

Namun namanya hiking ke gunung tak bisa dianggap ringan. Anda pun perlu mempersiapkan fisik sebelumnya dengan melakukan olahraga rutin, terutama olahraga jenis aerobik, seperti jalan kaki cepat atau di jalanan yang menanjak, serta jogging, renang atau bersepeda. Semua olahraga tersebut akan menguatkan otot kaki, menyehatkan jantung dan peredaran darah, sehingga anda lebih siap ketika mendaki.

Patuh pada peraturan sangat penting untuk keselamatan selama mendaki. Seperti dilansir "regional.kompas.com"(19/10/2021), pernah ada seorang pendaki tersesat dan selama dua hari terjebak di jurang Gunung Andong sampai akhirnya berhasil ditemukan oleh Tim SAR.

Seperti biasa sebelum mulai menapaki jalur pendakian, saya ke toilet dulu yang ada di basecamp. Apalagi pagi itu puncak Gunung Andong diselimuti kabut yang cukup tebal. Suhu udara pun mencapai 13 derajat Celsius! Bisa kebayang dinginnya Khan?

Otot-otot kaki saya masih terasa kaku ketika menapaki jalanan berpaving rapi sedikit menanjak menuju ke hutan bambu yang masih di ujung sana. Badan masih dingin membuat langkah kaki saya terasa agak berat. Mungkin karena suhu  udaranya pun masih dingin. 

Kicauan burung-burung liar terdengar mengiringi solo hiking saya. Suara merdunya memberikan tambahan semangat. Perkebunan sayur di lereng Gunung Andong melengkapi suasana pagi yang terasa semakin indah. Ada tanaman cabai, tomat, kol, selada dan sepintas tanaman yang mirip tembakau. Warna hijau sayuran terasa menyejukkan mata saya.

Di sebelah kiri agak jauh terlihat beberapa pohon alpukat berbuah besar tumbuh di ladang yang luas. Namun ada satu pohon yang buahnya masih kecil. Melihat buah alpukat yang besar, langsung terbayang jus alpukat nikmat dicampur dengan susu coklat kental manis diminum menyegarkan tubuh. 

Tak terasa otot-otot kaki saya mulai lentur sehingga jalan menanjak terasa biasa. Sesekali saya menoleh ke belakang. Gunung Merbabu terlihat cantik kokoh menjulang berselimut kabut tipis. Gunung Merapi pun tak mau jauh dari sampingnya. Wow! View yang sangat indah. Tak keliru saya memilih pendakian Gunung Andong via Basecamp Pendem. 

Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (DokPri)
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (DokPri)

Sebelum masuk hutan bambu, disebelah kiri tersedia spot berupa gardu pandang bambu dengan tulisan besar "G. ANDONG." Kalau naik kesini perlu hati-hati lantai bambunya agak licin karena lembab terkena embun.

Di hutan bambu ada MMT bertuliskan larangan menebang, membakar dan melakukan kegiatan lain yang merusak  pohon dan hutan di area sekitar Gunung Andong. Yang melanggar bisa diancam pidana.

Sebentar berjalan saya menjumpai bangku bambu buat pendaki yang mau duduk istirahat. Ke arah kanan menuju ke "Camping Ground." Saya berjalan menuju ke arah kiri dimana ada petunjuk arah pendakian. 

Jalur pendakian Gunung Andong via Pendem terbagi menjadi dua:

1. Jalur Selatan: Jika mendaki dari jalur ini akan melewati Post 1 Mantenan lalu akan bertemu dengan jalur pendakian (Jalur Lama) via Sawit. 

2. Jalur Utara: Jika mendaki dari jalur ini akan langsung menuju ke Puncak Alap-Alap.

(DokPri)
(DokPri)

Saya memilih lewat Jalur Utara karena ingin menggapai puncak dari arah Timur. Dari sini suguhan hutan pinus sangatlah mengasyikan untuk dijelajahi mengikuti trek alami tanah dan terkadang berbatu. 

Area Gunung Andong masuk dalam wilayah Perum Perhutani KPH Kedu Utara yang banyak ditanami pohon pinus. Sedangkan Pokdarwis Basecamp Pendem bertanggungjawab merawat kebersihan jalur pendakian dan puncak Gunung Andong. Uang pemasukan dari tiket dibagi merata antar kedua pihak, kata Mas yang di Basecamp.

Lewat Jalur Utara saya menjumpai mata air, lalu Pos 1 Kenongan. Ada shelter dan bangku bambu buat yang mau istirahat. Tempatnya sunyi terasa damai. Sampai sejauh ini saya belum bertemu dengan pendaki lainnya.

Pos 1 Kenongan (DokPri)
Pos 1 Kenongan (DokPri)

Kontur tanah di pegunungan tidak memungkinkan jalan dibuat lurus. Trek pendakian pun berkelok-kelok menanjak . Tak terasa akhirnya sampai di Pos Grujugan. Disini juga ada shelter. 

Baru di Pos 2 Kendit saya ketemu tiga pemuda yang sedang duduk-duduk diatas batu besar sambil merokok. Ternyata tiap orang punya cara masing-masuk tuk melepas lelah, pikirku. Mereka dalam perjalanan turun. Kami saling sapa dan saya lalu meneruskan pendakian mengikuti petunjuk arah panah ke puncak. 

Pada ketinggian ini puncak Gunung Merbabu dan Merapi sesekali terlihat, terkadang tertutup pepohonan. Tak begitu cerah langit waktu itu, namun tetap memancarkan pesonanya yang menjadi daya pemikat para pendaki gunung tuk mengulanginya lagi.

Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (DokPri)
Gunung Merbabu dan Gunung Merapi (DokPri)

Solo hiking ke Gunung Andong via Pendem lewat "Jalur Utara" di pagi hari punya tantangan yang berbeda jika dibandingkan lewat Basecamp Sawit. Menurut saya trek ini lebih berat. Saya pun tak yakin jika istri saya ikut akan bisa kuat sampai puncak.

Kemudian sampailah saya di "Batu Pertapaan." Terdapat batu besar, di bawahnya ada keterangan yang tertulis; "Ki Ageng Tejo Leksono." Sayangnya saya tak dapat informasi lebih dari itu. Di spot ini saya bertemu beberapa pendaki yang sedang beristirahat sambil menikmati keindahan alam pegunungan dari atas. Puncak Alap-Alap pun sudah terlihat sangat dekat. 

Batu Pertapaan (DokPri)
Batu Pertapaan (DokPri)

Puji Tuhan akhirnya saya berhasil sampai di Puncak Alap-Alap dengan ketinggian 1692 mdpl.  Cukup banyak pendaki lain disana. Sebagian terlihat sedang membongkar tenda, yang lain baru sampai di puncak. Dari Basecamp Pendem sampai ke Puncak Alap-Alap menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam. Saya butuh beberapa menit agar nafas saya kembali normal. Maklumlah usia sudah tidak muda lagi. Sudah menyentuh di angka lima. Pantaslah jika anak-anak muda yang mendominasi pendakian Gunung Andong.

Pukul 07:45 WIB suhu udara mulai hangat 18 derajat Celsius, namun cuaca masih berkabut. Hanya sebagian puncak gunung yang terlihat saat itu, yaitu Gunung Merbabu, Merapi, Sindoro, Sumbing, Telomoyo, dan Gunung Ungaran.

Bagi anda yang belum pernah mendaki Gunung Andong tak perlu khawatir. Di puncak ada beberapa warung. Anda bisa beli makanan dan minuman. Di dekat Puncak Makam juga ada toilet. 

(DokPri)
(DokPri)

(DokPri)
(DokPri)

Ketika turun saya tak melalui trek yang sama. Saya memutar memilih lewat jalur pendakian Sawit "Jalur Lama." Dari Pos 3 Watu Wayang ke kiri. Di dekat situ ada mata air terus menuruni sampai menjumpai petunjuk arah panah menuju Basecamp Pendem. Suasana pendakian via Sawit sangatlah berbeda dengan via Pendem.  Lewat trek ini banyak berpapasan dengan pendaki lainnya. Suasananya meriah, seperti punya banyak teman.

(DokPri)
(DokPri)

(DokPri)
(DokPri)

Dalam perjalanan turun menuju ke Basecamp Pendem. Saya bertemu dengan beberapa warga lokal. Para Bapak dan ibu "sepuh" yang usianya terlihat sudah 60-an  tahun mungkin lebih. Mereka sedang mencari rumput buat pakan lembu. Di sela-sela pepohonan pinus banyak ditumbuhi rumput.

Saya pun menyapa mereka dan bertanya tentang "pohon Andong" yang menurut informasi banyak tumbuh di gunung ini. Ada satu versi yang mengatakan bahwa nama Gunung Andong diambil dari nama tumbuhan tersebut. 

Dengan sukacita seorang bapak "sepuh" yang masih terlihat sangat sehat dan cekatan menunjukkan tanaman tersebut pada saya. Warna daunnya coklat kemerahan. Letaknya cukup jauh jadi saya zoom dengan camera di Hp baru kemudian di foto. Semoga hasilnya bisa jelas.  Beliau sempat menyarankan saya untuk mengambil sebagian untuk ditanam di rumah. Tentu saja saya menolaknya karena pendaki tak boleh mengambil tanaman jenis apapun. Ini untuk menjaga kelestarian hutan di Gunung Andong. 

Bapak tersebut juga mengatakan bahwa "Tanaman Andong" kalau sudah besar buat makan lembu. Ternyata tiap warga lokal memperlakukan 'Tanaman Andong" secara berbeda. Bahkan bapak itu sempat mengernyitkan dahinya ketika saya katakan tanaman tersebut daunnya untuk pembungkus tempe. Ketika seminggu sebelumnya saya mendaki ke Gunung Andong dengan istri saya. Seorang warga lokal di dekat kebun cabai mengatakan daun "Andong" buat membungkus tempe.

Tanaman Andong daunnya berwarna coklat kemerahan (DokPri)
Tanaman Andong daunnya berwarna coklat kemerahan (DokPri)

Setelah mengucapkan terima kasih pada mereka, saya pun melanjutkan perjalanan turun. Sambil berjalan sayapun mengambil kesimpulan; Jalur pendakian Gunung Andong via Pendem cocok bagi anda yang ingin menyatu dengan alam tanpa terganggu dengan kehadiran orang banyak. 

Sedangkan solo hiking via Pendem lewat Jalur Utara bisa untuk menguji seberapa kemampuan fisik kita. Dan bagian tubuh mana yang perlu dikuatkan. Saya merasakan menjelang Puncak Alap-Alap nafas saya cukup tersenggal-senggal sehingga sering berhenti untuk mengatur nafas. Dan otot betis pun masih perlu dikuatkan agar pada pendakian berikutnya bisa lebih kuat.

NOTE: Saya start dari Basecamp Pendem pukul 06:05 WIB dan melaporkan kepulangan saya di Basecamp tersebut pukul 09:06 WIB. Jadi saya butuh waktu 3 jam tuk mengekplor jalur pendakian Gunung Andong via Dusun Pendem lewat "Jalur Utara."

Semoga catatan ringan ini bermanfaat bagi anda yang ingin mendaki Gunung Andong via Dusun Pendem "Jalur Utara."

Salam sehat dan bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun