Kegiatan wilayah Panar diawal tahun 2019 merupakan lanjutan dari rangkaian perayaan Natal. Pada hari sabtu tanggal 5 Januari yang lalu memberikan tali asih kepada mereka yang membutuhkan. Pilihan tertuju ke Panti Asuhan Pondok Kasih Anugerah.
Panar merupakan abreviasi dari Pendem, Argamas, Ngaglik, dan Argomulyo. Mengacu pada jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga Selatan yang berdomisili di komplek perumahan maupun perkampungan di daerah tersebut.
Sesuai dengan kesepakatan, pada hari sabtu tanggal 12 Januari jam 15.00, jemaat wilayah Panar yang diwakili oleh panitia Natal berkumpul di depan rumah mbah Slamet, di depan perumahan Argamas. Kami bersama-sama berangkat menuju ke panti asuhan. Sekitar lima belas menit kemudian rombongan pertama berangkat duluan sedangkan yang lainnya menyusul setelahnya.
Lokasi panti asuhan cukup dekat. Ditempuh sekitar sepuluh menit berkendara dari tempat kami berkumpul. Melalui Jalan Lingkar Selatan (JLS). Setelah melewati Taman Kota Salatiga lalu berbelok ke kanan menuju jalan beraspal yang kecil sejauh 200 m. Dan panti asuhan itu berada disebelah kanan jalan, atau kiri jalan jika melewati dusun Warak.
Panti asuhan yang terpencil, bertetangga dengan pepohonan dan lahan yang tak berpenghuni. Menempati area seluas  1.300 m terlihat cukup nyaman dengan lingkungan yang masih asri, hijau, sejuk.
Disinilah harapan bagi anak-anak generasi penerus bangsa. Mereka sempat mengalami putus sekolah dan hilang pengharapan. Keadaan yang tidak bisa mereka tolak telah menempatkan mereka terlahir pada kondisi sosial ekonomi yang serba berkekurangan. Sekedar bisa menyandang status pelajar merupakan suatu kemewahan yang terasa sangat berat untuk bisa dijangkau oleh tangan-tangan kecil mereka.
Ditampung di panti asuhan ini merupakan suatu anugerah bagi anak-anak. Mereka bisa mulai merajut impian indah mereka tentang hari esok yang lebih baik yang sempat musnah diterpa kerasnya roda kehidupan.
Mengawali sebagai orang tua asuh di Jakarta di tahun 1997 dan tiga tahun kemudian, jiwa kemanusiaannya mengantarnya ke kota kecil Salatiga. Beliau memulai dari nol. Hanya berbekal iman kepada Yesus Kristus sampai akhirnya di tahun 2004 mendapat berkat tanah yang sekarang sebagai lokasi panti asuhan.
Panti Asuhan tersebut menampung 23 orang anak dari jenjang usia 6 tahun (yang ketika masuk panti asuhan anak gadis kecil ini masih berusia 1 tahun) sampai dengan usia 18 tahun. Mereka berasal dari Jawa, Nias, bahkan ada yang dari Papua.
Melihat senyuman yang tersungging di bibir mereka merupakan suatu kebahagiaan bagi kami, karena merekalah masa depan negeri tercinta ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H