Siapa bilang menjadi tua identik dengan rasa kesepian dan merasa tak berguna. Anda bisa tetap aktif dan bersosialisasi yang diwujudkan dengan mengikuti suatu kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain. Seperti yang dilakukan oleh para sepuh yang tergabung dalam koor adiyuswa Gereja Kristen Jawa (GKJ) Salatiga Selatan.
Koor adiyuswa yang mempunyai agenda berlatih setiap hari sabtu sore, merupakan salah satu kelompok paduan suara di GKJ Salatiga Selatan. Anggotanya bisa dibedakan dengan kelompok koor lainnya. Bisa dilihat dari penampilan fisik mereka yang usianya didominasi oleh para lansia.
Rambut yang sudah memutih, kulit keriput, kondisi fisik yang mulai renta, bahkan ada yang berjalan harus ditopang dengan tongkat karena usianya yang sudah usur. Namun untuk urusan melayani Tuhan dalam wujud keikutsertaan mereka di kelompok koor adiyuswa sangat patut diapresiasi dan bisa menjadi teladan bagi generasi yang lebih muda.
Sungguh suatu kehormatan bagi saya yang dihitung dari usia mungkin cocok disebut sebagai "anak" bagi mereka. Saya bisa turut mencicipi kegiatan koor adiyuswa yang atmosfirnya tentunya berbeda dengan kelompok koor lainnya.
Sebagai organis sementara menggantikan organis utama koor adiyuswa, bapak Budiarto. Beliau berhalangan karena ada suatu keperluan keluarga yang tak bisa ditinggalkan. Jadi saya berkesempatan menimba ilmu dari para sepuh selama tiga kali berlatih guna mempersiapkan tiga lagu pujian untuk dipersembahkan dalam pemberkatan nikah dari saudara terkasih Bramantya Widiantoro dan Trias Ayu Lukitasari. Dilayani oleh bapak Pdt Prasetyawan Koesworo di GKJ Salatiga Selatan pada hari sabtu pagi tanggal 29 Desember 2018.Â
Dua dari tiga lagu yang berjudul Menyambut Sang Pengantin yang dilantunkan guna menyambut kedua mempelai ketika memasuki gedung gereja, dan Janji Sang Pengantin untuk mengisi ketika kedua mempelai sedang menandatangani akte nikah. Kedua lagu tersebut adalah hasil aransemen bapak Prapto Yuwono, 71 tahun, salah satu anggota koor adiyuswa yang rajin jalan-jalan pagi.
Ibu Windar Astuti yang terlihat masih energik diusianya yang ke 72 tahun dan juga masih piawai mengemudikan kendaraan roda empat, adalah konduktor koor adiyuswa. Mungkin terlihat "galak" bagi mereka yang belum mengenal beliau secara dekat. Namun itulah karakter seorang konduktor koor yang baik dalam menjaga tempo lagu, ketepatan nada maupun artikulasi agar sebuah lagu bisa dilantunkan dengan sempurna sehingga bisa menyatu menjadi sebuah harmonisasi suara yang enak didengar. Inilah sekilas sosok ibu sepuh berambut putih ini yang karena mujizat dari Gusti Yesus terhindar dari maut ketika sedang mengendarai sebuah mobil bersama cucu-cucunya.
Penghobi berat mancing dan pernah tercebur ke dalam Rawa Pening ketika perahu kecil yang dibawanya oleng terhempas tiupan angin kencang. Tidak menyurutkan semangat beliau yang biasa saya panggil pak Ratno untuk tetap menikmati hobinya seperti halnya kegiatan koor adiyuswa yang rajin beliau ikuti disela-sela kesibukan pekerjaannya.
Itulah sekilas tentang beberapa figur yang tergabung dalam kelompok koor diatas usia 55 tahun yang profilnya tak mungkin bisa saya sebutkan satu persatu, namun pengalaman mengiringi mereka sungguh suatu kehormatan yang besar bagi saya.
Keseruan dalam lingkungan para sepuh yang sudah kenyang dengan manis dan pahitnya kehidupan telah menginspirasi serta memotivasi saya untuk bisa lebih memaknai arti dari kehidupan yang sesungguhnya.Â
Menjadi tua bukan berarti tak berguna jika kita tetap semangat melayani Tuhan seperti teladan yang telah ditunjukkan oleh koor adiyuswa GKJ Salatiga Selatan. Gusti Yesus memberkati pelayanan panjenengan semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H