Penjual yang berasal dari Denpasar, memajang masakannya di etalase kaca. Suatu hal yang wajar dan umumnya di lakukan banyak penjual makanan siap saji lainnya sehingga pembeli bisa melihat menu apa saja yang tersedia dan bisa memilih sesuai dengan selera.
kebetulan saat itu baru ada saya pembeli satu-satunya. Pesanan makan siang saya pun bisa cepat tersaji. Terdiri dari; nasi, sate lilit ayam, telur pindang yang telah dipotong setengah, sedikit urap taoge dan daun singkong rebus. Dan yang semakin menambah mantaf rasanya adalah Sambal Matah, yaitu sambal mentah khas Bali yang terbuat dari bawang merah dan cabai.
Makanan tersebut disajikan di atas kertas minyak yang beralaskan piring dari anyaman bambu. Nuansa tradisionalnya menjadi semakin kental. Kelezatan yang didapatkan dari Nasi Campur Bali dengan Ayam Betutu dan kesegaran sebotol air mineral yang dingin hanya dihargai Rp 21 ribu. Tentu saja sangat ekonomis dan cukup memuaskan. Saya pun mendapatkan tambahan energi baru tuk melanjutkan perjalanan ke tempat wisata berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H