Dari membaca judulnya saja para pembaca yang belum pernah ke Telaga Sunyi mungkin akan membayangkan sebuah telaga dengan air yang dingin, sepi lalu mungkin akan menganggap tempatnya berhantu.Â
Hii, ngeri!! Lebih baik kabur ah...... Eit tunggu dulu, jangan buru-buru menafsirkan hal-hal begituan. Kalo dulu memang lokasinya masih sepi. Boro-boro mau kesana dengar namanya saja bulu kuduk ini sudah merinding. Namun itu hanya pendapat pribadi loh waktu saya masih kecil (waktu masih SD). Sehingga banyak orang menyebutnya Telaga Sunyi.
Terletak di lereng gunung Slamet yang juga disebut sebagai gunung berapi yang masih aktif dan terbesar di pulau Jawa. Iklimnya masih sejuk dan udaranya masih segar. Didukung dengan sarana infrastruktur jalan yang cukup memadai dan area parkir yang cukup luas beserta fasilitas-fasilitas penunjang lainnya-- seperti kamar mandi, kamar ganti, mushola serta warung makan sederhana. Tapi sayang bukanya hanya pas weekend jadi gagal deh ga jadi menikmati pecel kecombrang dan hangatnya mendoan hiks.....Â
Semuanya itu telah merubah image Telaga Sunyi dari semula tempat yang sunyi dan jarang dikunjungi oleh wisatawan menjadi tempat yang instagramable. Merupakan tempat favorit bagi mereka yang mencari sensasi dingin dan segarnya air Telaga Sunyi.
Hanya butuh waktu sekitar 35 menit berkendara dari Purwokerto, kota kelahiran yang telah mengukir beragam kenangan yang tak akan pernah pudar  dalam ingatan saya. Telaga Sunyi juga sangat dekat  yaitu cuma 2,6 km (10 menit berkendara) dari Lokawisata Baturraden yang terkenal. Dan Telaga Sunyi itu bersebelahan dengan Baturraden Adventure Forest yang saat kami lewati terlihat ramai oleh pengunjung.
Tanpa disadari, akhirnya kami sampai juga dilokasi. Sorot wajah penuh sukacita nampak jelas di wajah David (anak saya). Tongsis dan action camera nampaknya enggan untuk terlepas dalam genggamannya.Â
Desa Limpakuwus, kecamatan Sumbang masih termasuk wilayah kabupaten Banyumas, disinilah Telaga Sunyi terletak. Masih cukup terjaga kealamiannya dan siap untuk menyegarkan para pengunjungnya.
Dengan keramahtamahan yang khas orang Banyumas, seorang petugas loket menyapa kami berdua dengan hangat. Lalu kamipun berhenti untuk membeli tiket masuk seharga 13k per orang. Kemudian kamipun memarkir kendaraan dan berjalan kearah rerumputan dibawah naungan pepohonan Agathis dammara, pohon penghasil getah damar yang tingginya bisa mencapai 60 meter. Kamipun menyempatkan diri berfoto sebelum melangkahkan kaki menuju ke lokasi telaga.
Tidak memerlukan waktu yang lama maupun energi yang besar guna menjangkau Telaga Sunyi. Walaupun saya tidak menghitung waktunya dengan pasti, namun perkiraan saya tidak lebih dari 5 menit kami sudah berada dilokasi telaga.Â
Saat itu hari kamis bukan di akhir pekan, jadi tidak terlihat banyak pengunjung. Seingat saya tidak lebih dari 10 orang. Yang berada di lokasi. Â Termasuk kami berdua, serta seorang petugas yang menyewakan ban dan life jacket, dan 2 orang pengunjung lain.Â
Waktu itu ada 4 orang anak seusia anak sekolah dasar warga setempat. Mereka dengan senang hati dan sedikit meminta tentunya, akan terjun ke bagian telaga yang berkedalaman 3 meter dengan imbalan mendapatkan uang receh (seribuan/dua ribuan) dari para pengunjung untuk sekedar uang jajan mereka.Â
Entah benar atau tidak jawaban dari salah seorang ketika menjawab pertanyaan David bahwa dia tidak sekolah! Sungguh miris sekali mendengarnya kalo jawaban itu benar.
Ah...kapan lagi punya kesempatan berenang di Telaga Sunyi kalo tidak sekarang, pikirku. Apalagi melihat David dengan action cameranya berenang dan menyelam kesana-kemari nampak ceria mengabaikan dinginnya air telaga. Hanya sedikit yang membuat kotor telaga adalah dedaunan yang jatuh kedasarnya.
Kami tinggal di Salatiga, sebuah kota kecil yang terhimpit oleh dua kota besar-- Semarang dan Surakarta, tentunya pernah merasakan dinginnya air di Pemandian Alam Muncul yang berjarak hanya 30 menit berkendara dari rumah kami.
Dulu saya sering berenang pada jam 6 pagi. Namun ternyata air di kolam renang Muncul tidak seberapa dinginnya jika dibandingkan dengan air Telaga Sunyi. Disini serasa sedingin air yang diambil dari dalam kulkas. Hanya semangat dan keinginan yang kuat, kami mencoba menikmati sensasi berenang di air yang super dingin. Toh sekali ini saja.Â
Jadi kalo pembaca  ingin berenang disana atau hanya sekedar berendam, sebaiknya menyewa ban atau life jacket demi keselamatan. Biaya sewanya masing-masing 10k yang bisa digunakan sepuasnya.Â
Perlu juga diperhatikan, batu-batu didasar telaga berlumut dan sangat licin jadi harus berhati-hati. Dan informasi lainnya yang saya dapatkan dari petugas disana; ada dua goa yang berkedalaman 15 meter dan 20 meter yang pernah dieksplor oleh beberapa wisatawan asal negeri Belanda. Tapi kalo mau masuk ke dalam goa tersebut harus didampingi seorang pemandu lokal dengan imbalan sebesar 200k.Â
Cukup mahal juga sih. Tapi kalau melihat lokasi goanya yang dari luar nampak serem dan pastinya tergenang air. Kami tidak pernah berpikiran untuk masuk kedalamnya, takut dipatuk ular hehehe...... mungkin juga ada.Â
Dan bagi saya sendiri, bisa berenang sambil merasakan dinginnya air Telaga Sunyi sudah merupakan suatu kepuasan yang cukup dan terlebih lagi bisa berbagi pengalaman dengan pembaca Kompasiana. Sampai jumpa.......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H