Dari segi proses, kegiatan ini bersifat simultan yang memadukan ilmu tanah, agronomi, mikrobiologi dan rekayasa proses agar keberhasilan program agromining ini dapat  ini berjalan dengan sukses. Pertimbangan memilih jenis tanaman yang mampu menyerap kandungan nikel atau "hiperakumulator" yang kemudian tanaman diproses melalui sistem pengolahan untuk mendapatkan abu yang mengandung Ni dengan kadar tertentu.
Di setiap wilayah di Indonesia yang tanahnya kaya akan nikel (khususnya di Sulawesi, Maluku dan Papua), terdapat spesies endemik yang memiliki kemampuan hiperakumulator pada unsur mineral logam ini. Plantae tersebut  adalah aktor keanekaragaman hayati, sehingga tantangan berikutnya adalah bagaimana implementasi budidaya tanaman "agromining" pada area bekas tambang Nikel, dan tahapan selanjutnya penyiapan "smelter" dari bio-ore yang hasil panen tanaman tersebut.
Dengan kata lain, agromining merupakan langkah strategis dalam wujud menyelamatkan cadangan ore-nikel sebagai energi tidak terbarukan yang terbuang, dengan memanen akumulasi bio-ore yang diserap oleh tanaman. Selain itu, konstribusi budidaya tanaman hiperakumulator ini akan memberikan dampat positif terhadap perbaikan iklim global bahkan dapat juga dikombinasikan sebagai pengusahaan jasa karbon yang memiliki nilai ekonomis tinggi melalui program "carbon trade" yang juga dorong oleh pemerintah saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H