Menurut Gazprom, 58% pembayaran gas pada perusahaan itu dengan mata uang Euro, 39% nya menggunakan dolar AS, dan 3% lainnya menggunakan mata uang pondsterling. Sementara itu Menteri Keuangan Jerman, Christian Lindner menyarankan agar penyuplai energi Jernan supaya tidak perlu membayar gas Rusia menggunakan rubel, seperti yang diinstruksikan Moskow.
Jonathan Stern, seorang peneliti di Institut Oxford untuk Studi Energi, mengatakan bahwa pembayaran gas Rusia dalam rubel merupakan suatu hal yang sangat mustahil; dan tentu saja tak mungkin untuk terjadi dalam waktu yang cepat.
Apabila Gazprom tetap bersikeras untuk menggunakan pembayaran dalam rubel dan akan menghentikan pasokan gas apabila pembayaran tidak dilakukan menggunakan rubel, menurutnya ini tentu akan menjadi sebuah pelanggaran serius mengenai ketentuan kontrak.Â
Sekedar informasi bahwa pembayaran gas dalam rubel dipastikan bisa menopang kurs tukar mata uang Rusia yang telah anjlok sejak invasi dimulai pada (24/2/2022) lalu. Dalam pidatonya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa hal tersebut dapat mendongkrak nilai mata uang Rusia yakni rubel sebesar 9% terhadap dolar AS.