Mohon tunggu...
Aris Budiman
Aris Budiman Mohon Tunggu... Ilmuwan - Ilmuwan, pemerhati pertanian dan perkebunan

Aris merupakan peneliti di lembaga penelitian dibawah naungan BUMN. Aris menyelesaikan pendidikan master dibidang pertanian dari IPB University. Aris juga memiliki minat dibidang perkembangan teknologi informasi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengapa Kamu Harus Berhenti Membaca Buku Pengembangan Diri

15 Januari 2024   11:11 Diperbarui: 15 Januari 2024   12:07 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang yang telah membaca buku self-help dan motivasi namun terkadang outputnya beragam. Saya ingin meyakinkan Anda mengapa Anda harus berhenti membaca buku-buku tersebut. Berikut adalah beberapa pelajaran yang saya dapatkan dari membaca buku-buku tersebut.

Pertama, tema utama yang bisa diambil dari buku-buku produktivitas dan self help adalah pentingnya memiliki kecenderungan untuk bertindak. Banyak orang memiliki ide dan strategi yang bagus, tetapi yang membedakan mereka yang sukses adalah kemauan dan kecenderungan mereka untuk bertindak. Mereka tidak hanya fokus pada perencanaan dan strategi, tetapi lebih memilih untuk melakukan tindakan nyata, sekecil apapun itu. Mereka yang berhasil adalah mereka yang memiliki bias terhadap aksi.

Kedua, untuk benar-benar berubah, kita perlu mengganti identitas kita. Buku-buku seperti "The Courage to Be Disliked" mengajarkan kita untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda. Daripada melihat orang lain sebagai pesaing yang harus dikalahkan, kita perlu melihat mereka sebagai rekan kita. Mengadopsi identitas baru yang sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan kita akan membantu kita merasa lebih bahagia dan kurang stres dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Ketiga, kita harus mengetahui apa yang kita inginkan dan berdiri teguh dengan nilai-nilai kita. Terlalu sering, kita menggunakan standar keberhasilan orang lain sebagai patokan kesuksesan kita sendiri. Hal ini menyebabkan kita selalu merasa tidak puas dengan pencapaian kita sendiri. Kita harus belajar untuk melihat kehidupan kita dari perspektif kita sendiri dan menghargai pencapaian-pencapaian yang telah kita raih.

Terakhir, kita perlu tahu kapan harus berhenti. Terlalu sering, kita terjebak dalam siklus konsumsi konten self help tanpa tahu kapan harus berhenti dan mulai menerapkan apa yang telah kita pelajari ke dalam kehidupan nyata. Konten self help seharusnya menjadi jembatan yang mengantarkan kita mencapai tujuan kita, bukan pelarian atau distraksi dari tindakan yang sebenarnya perlu kita lakukan.

Pesan saya adalah, ketika Anda merasa telah menyelesaikan masalah spesifik Anda dan telah menerapkan apa yang telah Anda pelajari, maka berhentilah membaca atau menonton konten self help. Fokuslah pada implementasi dan jangan biarkan konten self help menjadi penghalang bagi Anda untuk mencapai tujuan Anda.

Jadi, berhentilah membaca buku self help yang terlalu banyak dan mulailah bertindak. Fokus pada identitas Anda, nilai-nilai Anda, dan apa yang Anda inginkan dalam hidup. Terima kasih dan sampai jumpa pada video berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun